ABD

12K 732 12
                                    

"Gue kasih tau ya, kodrat cewek itu emang menunggu. Tapi, ada kalanya kita harus marathon. Siapa tau doi punya rasa gengsi"

Vote dulu kuyy 😉

***

Setelah turun dari mobilnya, hal pertama yang Sandra lakukan adalah mengikat rambut dan kemudian merogoh sakunya untuk mencari sang earphone kesayangan. Setelah mendapatkannya, Sandra segera menghubungkan benda putih itu ke benda pipih yang biasa ia sebut ponsel. Setelahnya, ia memasang earphone itu ke telinga. Lagu-lagu kesukaan Sandra mengalun satu persatu.

Sandra menata langkah yang sengaja ia perlambat untuk menuju ke kelasnya yang berada di lantai dua. Koridor lantai satu bisa terbilang cukup ramai dibanding koridor lantai dua dan lantai tiga yang isinya kelas sebelas dan dua belas. Sandra bukan tipikal anak rajin yang akan datang lebih awal dari yang lain. Sandra akan datang ke sekolah jika jarum pendek  pada arlojinya sudah menunjuk angka tujuh.

Perlahan tapi pasti, Sandra menaiki anak tangga satu persatu. Sesekali ia menyandungkan lagu yang masih mengalun di telinganya. Saat sampai di anak tangga terakhir, Sandra sudah disuguhi pemandangan yang sebenarnya sudah sangat sering terjadi. Adu mulut antara Alfa dan Fasha berhasil mengundang perhatian berpasang-pasang mata, tak terkecuali gadis berambut ikat satu dengan seragam lengkap yang dibalut dengan jaket berwarna merah hati, Sandra Alindira Panjaitan.

Sandra masih dalam posisi mematung memerhatikan interaksi unik yang terjadi antara dua teman seangkatannya. Hingga sebuah tepukan dari belakang berhasil menginterupsi fokusnya. Sandra membalikkan badan seraya melepas earphone yang sejak tadi bertengger manis di telinganya. "Venus?" tebak Sandra karena ia takut salah orang. Pasalnya, gadis yang Sandra yakini adalah Venus itu sedang menutupi sebagian wajahnya dengan masker bermotif hello kitty berwarna putih.

Venus mengangguk membenarkan tebakan Sandra.

"Ngapain lo pakai masker segala?" Alis Sandra saling bertautan.

Venus mendekatkan bibirnya ke telinga Sandra, hendak membisikkan sesuatu. "Gue lagi menghindar dari Arga."

"Kenapa harus menghindar? Bukannya lo suka sama dia? Dan seperti yang lo bilang, Arga itu kayaknya suka juga sama lo. Kenapa harus menghindar?"

Venus mengerucutkan bibirnya, meski tak dapat dilihat oleh Sandra. "Kan baru kayaknya. Mana ada gosip dia suka sama cewek lain lagi. Kan gue jadi bingung, Arga juga gak pernah bilang kalau dia suka sama gue. Maybe gue harus lupain dia."

"Lo bilang apa tadi? Lo pengen Arga bilang suka ke lo? Maksud lo semacam dia nembak lo? Bukannya lo sendiri yang bilang lo gak mau pacaran dan sangat sangat takut kalau dia nembak lo? Lo takut gak bisa nerima dia dan berujung dia melupakan lo, kan?" Sandra bersedekap dan menatap Venus dengan angkuh.

"Iya sih." Tatapan Venus menyiratkan bahwa ia terpukul dengan ucapan-ucapan sahabatnya tadi. Melihatnya, membuat Sandra jadi tidak tega. Sandra melingkarkan tangannya ke bahu sahabat terbaik yang ia punya, Agrita Venusa Arbantara.

"Lo jangan putus asa gitu dong. Jodoh gak akan kemana kok, Ven. Lagian yang lo dengar itu baru gosip, tunggu penjelasan dari si doi," ucap Sandra menenangkan. Venus tersenyum, hal itu dapat terlihat dari matanya yang menyipit.

"Gue kasih tau ya, kodrat cewek itu emang menunggu. Tapi, ada kalanya kita harus marathon. Siapa tau doi punya rasa gengsi," ceramah Sandra seraya mengerlingkan matanya ke Venus.

"Maksud lo? Ngejar-ngejar dia kayak lo ngejar kak Bara? Sorry gue gak punya muka setebal lo yang bisa tahan malu." Venus mengibaskan tangannya angkuh di depan muka Sandra. Mau tidak mau, ekspresi Sandra berubah drastis.

Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang