Miss Wendang, guru bahasa inggris yang mengajar di kelas XI dan XII IPS itu kini tengah menggemakan sepatu pantopelnya di atas ubin koridor lantai tiga. Haknya yang tinggi adalah salah satu caranya agar ia tidak terlihat terlalu pendek. Guru dengan tubuh mungil itu telah sampai di depan pintu kelas XII IPS-3.
Kelas mendadak hening. Setelah memberi salam, mereka duduk di tempat masing-masing dan membiarkan Miss Wendang menyampaikan beberapa kata sebelum ritual dimulai.
"Good afternoon students. How are you? I hope you are better than yesterday. Am I gave exercise last week?"
Dengan kompak satu kelas menyerukan kata 'tidak' diikuti dengan gestur gelengan kepala. Tentu saja mereka berbohong. Karena nyatanya, minggu kemarin Miss Wendang memberi mereka tugas. Namun, bukan kelas XII IPS-3 namanya kalau ada yang mengerjakan PR. Terlebih pelajaran bahasa inggris.
Gavi, teman sebangku Bara, menyenggol lengan cowok itu hingga fokusnya teralihkan. "Mulai aja gih ritualnya. Bengkak kuping gue denger bahasa alien yang dia pakai."
Bara terkekeh mendengar ucapan Gavi. Mereka memang agak berlebihan jika mengenai pelajaran bahasa inggris.
Bara mengulurkan kedua ibu jarinya seraya mengeluarkan sebuah kotak korek api dari dalam sana. Mengingat apa yang ada di dalamnya membuat Bara teringat kejadian istirahat tadi. Dia tidak bisa melupakan wajah Sandra yang teramat lucu.
Bara kembali tersadar ketika Gavi kembali memperingatinya dengan sikutan yang cukup keras. Bara melemparkan ulat bulu besar berwarna hijau itu ke baju Miss Wendang yang kebetulan sedang menulis di papan tulis. Sontak, cewek-cewek di kelas yang memang juga jijik dengan ulat bulu berteriak histeris.
"Miss... ulat bulu!!"
"Aaa!!! Ulat bulu!!!"
"Mom please gue takut ulat bulu!!!"
"Aaa!!! Ulat bulu ijoknya gede banget!!!"
"Ada apa?!" tanya Miss Wendang masih belum mengerti apa yang menyebabkan mereka semua berteriak. Miss Wendang memasang mimik herannya ketika mendapati beberapa diantara mereka ada yang saling berpelukan, tentunya cewek sama cewek. Dan ada yang menutup matanya.
"Di baju belakang Miss ada ulat bulu!" sahut Gavi dari tempat duduknya. Mimik wajah Miss Wendang berubah menjadi pucat pasi.
Satu detik
Dua detik
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!" teriakan Miss Wendang langsung membuat seisi kelas menutup telinga berjamaah. Mereka sudah terbiasa dengan teriakan dari gurunya yang satu ini.
"Your class is zoo!!! Buang ulat bulunya!" Miss Wendang berteriak histeris seraya menghentak-hentakkan kakinya. Syla, satu-satunya cewek yang tidak takut pada ulat bulu segera mengambil kertas dan membuang ulat bulu itu keluar.
"Miss. Ini harus segera ditangani. Kalau dibiarin, nanti Miss bisa gatel-gatel." Ya. Ini adalah kata-kata yang sangat mereka tunggu-tunggu. Mereka tahu, Miss Wendang akan mengiyakannya dan akan meninggalkan kelas.
Dan, tebakan mereka tidak meleset. Miss Wendang langsung menulis tugas yang tidak akan pernah mereka kerjakan, karena toh sedetik kemudian juga dia lupa. Lalu, guru berpantopel tinggi itu beranjak keluar kelas hingga mengundang teriakan kemerdekaan dari kelas XII IPS-3.
Selepas kepergian Miss Wendang, sebagian dari mereka menuju ke kantin lantai dua. Sisanya tetap di kelas, ada yang tidur, ada yang memainkan ponselnya, bahkan ada yang gibah di pojok kelas.
Bara termasuk ke dalam mereka yang keluar kelas. Tapi, tujuannya bukan kantin. Melainkan rooftop. Tempat yang telah ia jadikan sebagai singgasana. Cowok itu menata langkahnya perlahan dan mengendap-endap supaya tidak ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Teen Fiction"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...