"Kan kakak salah satu alasan aku tersenyum, tertawa, dan bahagia. Kakak gak melakukan apa pun, bisa membuat aku bahagia. Asal kakak selalu berada di dekat aku."
Budayakan vote sebelum membaca😇
***
Ada perasaan aneh dalam diri Sandra hari ini. Perasaan senang yang datang begitu saja. Bahkan, Sandra tidak tahu pasti apa penyebabnya. Mungkinkah tentang mimpi indahnya semalam? Atau karena mobilnya yang sudah diperbaiki dan hari ini bisa digunakan? Atau mungkin tentang bundanya yang hari ini tidak marah sama sekali? Atau bisa jadi juga tentang ucapan Bara kemarin? Ah, ntahlah. Yang jelas, sekarang Sandra merasa sangat bahagia. Lengkungan bibirnya pun enggan untuk turun dari berangkat ke sekolah sampai sekarang.
Sandra membuka resleting jaket berwarna merah hati kesukaannya. Pagi ini berembun, tapi tidak cukup dingin untuk menghalau hangatnya hati Sandra. Setelah memarkirkan mobilnya, ia menata langkahnya menuju ke kelas. Ketika menatap ke arah parkiran motor, matanya tak sengaja menangkap Bara. Cowok itu baru saja melepaskan helm nya dan sepersekian detik kemudian tatapan mereka bertubrukan. Hal itu tentu saja langsung dihindari oleh Sandra. Menatap Bara lekat-lekat itu tidak sehat untuk jantungnya.
Sandra segera menundukkan kepalanya dan melangkah dengan cepat untuk meninggalkan parkiran. Ia mengeratkan gendongan tasnya dan terus melangkah. Sayangnya, belum keluar dari parkiran, cowok dengan seragam yang sama dengannya yang dibalut dengan jaket hitam itu memanggil namanya. Sontak, Sandra menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.
"Gak bareng Faris?" tanya Bara yang entah bagaimana caranya sudah berada di depan Sandra. Sandra menggeleng pelan sebagai jawaban. Setelah perkataan Bara kemarin, setiap melihat wajah Bara, jantung Sandra selalu memompa lebih cepat.
"Kok cuma geleng?"
"Eh? Eng... enggak kok kak, mobil aku udah dibenerin."
Bara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Kalau berangkat bareng gue, mau?" tanya Bara kemudian.
Sandra melebarkan matanya. Jantungnya seperti sedang berhenti memompa darah sekarang. "Enggak," jawab Sandra cepat yang langsung mengundang kernyitan di dahi Bara.
"Kenapa?"
"Aku maunya bareng sama kakak kalau status kita udah berubah."
"Oh itu... lo masih inget aja!" Astaga. Sungguh, Sandra hanya asal ceplos tadi. "Udah siapin diri?"
"Buat?"
"Yang kemaren! Lo harus siap lahir dan batin!"
Sandra hanya diam.
"Gue takutnya lo pingsan karena terlalu bahagia saat gue tembak," lanjut Bara dan Sandra masih diam.
"Kakak ... Serius?" tanya Sandra hati-hati.
"Iyalah! Kan lo yang minta buat serius! Gue juga udah nyuruh lo nunggu, ntar kalo kelamaan nunggu lo lumutan, eh ntar diambil Faris. Kan gue gak rela." Bara mencebik kesal di akhir kalimatnya.
Sandra masih mematung. Antara bahagia, terkejut, dan memang tidak tahu mau berkata apa. Sandra memilih untuk diam saja. Hingga Bara menautkan jemari mereka, Sandra masih mematung. Bara menuntun Sandra yang membeku itu untuk jalan bersisian menuju kelas. Tangan mereka masih bertautan, Sandra enggan untuk melepaskannya. Bukankah ia memang senang?
"SANDRA!!!" Seorang cowok tengah berlari menuju Sandra dan Bara yang masih berjalan bersisian di koridor. Faris Natawijaya. Cowok menyebalkan itu telah mengganggu kebahagiaan Bara. Faris hendak membelah tangan mereka yang sedang bertautan, tapi Bara justru mengeratkan pegangannya. Sangat erat hingga Sandra meringis tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Teen Fiction"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...