Sandra sudah bersiap di balik panggung. Ia tidak memedulikan pakaiannya lagi. Matanya terus mencari seseorang. Tapi, tidak ada.
"Mungkin di depan panggung. Di depan panggung. Dia pasti nonton."
Sandra terus menguatkan hatinya yang sangat gelisah. Sangat sulit meyakinkan hatinya. Tapi, Sandra pasti bisa. Ya, dia bisa.
"Baiklah, marilah kita saksikan penampilan selanjutnya. Perwakilan kelas XI IPS-3. Sandra Alindira Panjaitan!"
Sandra naik ke panggung ketika namanya dipanggil. Dia memakai dress hitam-merah selutut. Dan memakai flat shoes dengan warna senada. Tak lupa dengan rambutnya yang digerai dengan hiasan bandana merah pula.
Sandra duduk di atas kursi sembari menggendong gitarnya. Disapukannya pandangan ke seluruh penonton di acara perpisahan hari ini. Ada banyak orang di sana. Bisa terhitung ribuan.
Sandra merasa mood menyanyinya hilang begitu saja. Cowok yang ingin ia persembahkan lagu itu tidak datang.
"Saya akan membawakan lagu yang sengaja saya persembahkan untuk seseorang. Dia yang membuatku tertawa, menangis, dan merasa konyol." Sandra tertawa hambar. "Dia itu ... Bagaikan ekspresi untuk saya. Tanpa dia, saya tidak punya ekspresi. Hidup saya flat. Dengannya, hidupku sempurna. Hidupku berwarna. Dan lagu ini, khusus untuk dia. Yang sudah membuat saya jatuh cinta, jatuh hati, bahkan jatuh sejatuh-jatuhnya. Dan tanpanya, saya tak akan bisa bangkit."
Musik-musik pengiring yang didominasi oleh suara gitar Sandra mulai menggema. Lapangan yang biasa mereka gunakan untuk upacara, kita digunakan untuk panggung acara perpisahan. Dan tentunya dipenuhi lautan manusia. Sayang, dari mereka, tak ada satu pun yang bernama Alexano Bara Dirgantara.
Setelah selesai menyanyikan lagu 'Jatuh hati' yang dipopulerkan oleh Raisya itu, Sandra turun dari panggung. Ia melepas gitarnya dan menaruhnya asal. Lalu berakhir di pelukan Venusa.
"Ven hiks dia hiks dia gak dateng hiks ..."
Tangisan Sandra sungguh memilukan hati siapa pun yang mendengarnya. Arga dan Venus yang ada di sana pun turut merasakan sedihnya Sandra.
Bayangkan saja, di kesempatan terakhir untuk mengatakan bahwa ia sangat mencintai cowok itu, cowok itu malah tidak ada. Mungkinkah kesempatan Sandra sudah berakhir?
Dari kejauhan, Arga dan Venus dapat melihat Zera dan Faris yang berjalan mendekat membelah kerumunan. Sandra tentu tidak dapat melihat karena ia masih menangis.
"San!" panggil Zera ketika mereka sudah sampai.
"San, Bang Bara San, Bang Bara!" pekik Faris heboh. Sandra semakin cemas.
"Kak Bara kenapa? Ris, Zer, Kak Bara kenapa?"
Zera mendekati Sandra. "Kak Bara ... Mau pergi San," ucapnya lirih. Zera bahkan sudah lebih dulu menjatuhkan air matanya dari Sandra.
"Pergi? Kemana? Kapan? Kenapa dia gak bilang sama gue?!"
"San! Kak Bara titip ini." Zera memberikan sebuah flashdisk ke Sandra. Sandra tidak tahu isinya, tapi ia yakin, pasti isinya sangat berharga.
"Aku mau kasih tau kamu, bahkan kalian semua. Sebenarnya, bunda Kak Bara meninggal tepat beberapa hari sebelum kalian putus. Alasan Kak Bara jadi seemosi itu adalah kepergian bundanya. Sejak dulu, Kak Bara mengidap self injury. Dan kata mama, penyakit itu bisa kambuh kapan saja jika ia sedang emosi berlebihan. Kak Bara bukan mutusin kamu karena gak cinta. Dia cuma mau lihat kamu bahagia, tanpa dia lukai. Dia takut melukai kamu."
"Jadi, Kak Bara masih sayang sama gue?"
"Lebih dari sayang. Di lubuk hatinya, sudah tertulis dengan kekal nama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Teen Fiction"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...