"What you see isn't all the true. And the truth, not all can you see."
Vote duluu sayyyang
***
Angin menerpa dari ujung rambutnya hingga ujung sepatu. Cowok dengan tinggi menjulang itu berkacak pinggang di pinggir rooftop. Ia membiarkan tubuhnya yang masih dibalut dengan baju basket tanpa lengan ditiup angin. Ia menyapukan pandangannya ke seantero sekolah.
Cowok aneh itu sedang mencari Sandra katanya. Bayangkan saja, mencari satu orang dalam lautan siswa-siswi di jam istirahat. Ada banyak kemungkinan Sandra berada di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh indra penglihatan jika ditinjau dari atas sini. Seperti di dalam kelas, di kantin, di toilet, dll. Tapi, cowok itu tetap kekeuh bahwa Sandra berada di ruangan terbuka.
Cowok itu menyipitkan matanya untuk menyelidik siapa pun yang lalu-lalang di lapangan. Dan hasilnya tentu saja nihil. Karena terik matahari ditambah wajah orang-orang di bawah sana terlalu kecil untuk dilihat, sangat menyulitkannya untuk mencari Sandra. Cowok itu memutuskan untuk turun dan mencari Sandra di kelas atau pun kantin.
***
Sandra hendak ke taman sekolah ketika bel istirahat berbunyi. Ia sudah memesan makanan ringan kepada Venus dan menyuruh cewek itu untuk membawanya ke taman.
Sandra memang lebih menyukai untuk menghabiskan waktu istirahatnya di ruangan terbuka. Dia suka angin yang akan meniup-niup rambutnya, memberinya sensasi segar dan menurutnya dapat menghilangkan stres akibat pelajaran selama lebih dari satu jam lamanya. Lalu, dia akan memesan makanan pada Venus agar cewek itu membelikannya di kantin. Mungkin Sandra hanya akan meminta untuk dibelikan roti, pop ice, pop mie, atau apa pun yang diwadahi oleh plastik. Alasannya tentu saja agar mudah dimakan di taman. Tak jarang pula Sandra membawa bekal agar lebih higienis katanya.
Meski Sandra suka makan di taman, bukan berarti dia tidak pernah makan di kantin. Sandra akan makan di kantin jika perutnya meraung-raung untuk diberi makan.
Tapi, hari ini berbeda. Perut Sandra tiba-tiba melilit, bukan karena lapar. Ntahlah. Tapi, hal pertama yang Sandra lakukan adalah ke toilet. Dan, di sinilah ia sekarang. Di dalam toilet yang ternyata harus mengantre untuk masuk.
Satu tangannya ia gunakan untuk menggedor-gedor pintu toilet. Tangannya yang satu lagi ia gunakan untuk menekan perutnya yang semakin menjadi-jadi. Tubuhnya semakin lemas, Sandra kehilangan tenaga. Tangannya melemah. Keringat dingin mengucur dengan deras di pelipisnya. Bibir Sandra yang biasanya berwarna kemerahan kini menjadi pucat dengan warna abu-abu mendominasi.
Untuk meneriakkan kata 'Tolong' pun Sandra sudah tak kuasa. Toilet semakin ramai dengan ia sebagai pusat perhatian. Semua orang mengkhawatirkan Sandra. Hingga seorang cowok tiba-tiba datang menepis keramaian dan langsung menggendong Sandra ke UKS yang letaknya di lantai satu.
Cowok itu membawa Sandra dengan terburu-buru. Sandra tahu, cowok itu khawatir. Terlihat sangat jelas dari air wajahnya dan langkahnya yang dibuat secepat mungkin.
Bibir Sandra terangkat, meski untuk mengangkat sudut bibirnya itu sangat sulit. Tapi, Sandra tetap tersenyum disela-sela sakit perutnya dan tubuhnya yang semakin lama semakin lemas.
"Thanks, Ris."
***
Bara masih mengenakan baju basketnya sejak bel istirahat berkumandang. Air wajahnya berubah khawatir. Sandra tidak ada di kelas, di kantin lantai satu dan dua, di perpustakaan, bahkan di taman, yang notabene nya adalah tempat favoritnya itu, Sandra juga tidak ada. Berkali-kali, Bara mengubungi nomor cewek itu. Tapi, hasilnya tetap nihil. Bara juga sudah bertanya kepada Venus, tapi cewek itu bilang terakhir kali Sandra bilang ia akan ke toilet. Tapi, sudah hampir sepuluh menit Bara berdiri di depan toilet, tapi tak ada wajah Sandra yang keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Fiksi Remaja"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...