Anak baru

7.1K 486 2
                                    

Aku pernah menjadi orang bodoh. Dimana saat itu aku mengejar hal yang sudah pasti tak akan menjadi milikku.

Vote duluuuu sayyyang😙

***

Hari ini adalah hari pertama Faris masuk SMA Tirta Jaya. Seragam sekolah lamanya telah membalut tubuhnya. Lingkungan sekolah ini masih sangat asing baginya. Bahkan untuk menemukan letak Kantor Guru ia harus bertanya dan tersasar terlebih dahulu. Sialnya, Sandra sudah berangkat lebih dulu sebelum ia menjemputnya.

Faris berdecak kesal karena tak kunjung menemukan letak Kantor guru. Ia segera mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dari sana. Setelah menemukan nama Sandra di kontak ponselnya, ia segera menelepon cewek itu.

Tidak ada jawaban dari cewek itu. Decakan kesal berkali-kali lolos dari bibirnya. Banyak anak cewek yang berusaha menyapanya, tapi Faris mengabaikan saja. Dia terlanjur kesal karena kebanyakan mereka memberitahu alamat yang salah.

Lapangan upacara tempat Faris berdiri semakin dilahap keramaian. Ia segera memisahkan diri dengan berteduh di bawah pohon di pinggir lapangan upacara.

Berkali-kali ia menghubungi Sandra. Namun tak satu pun dari panggilannya diangkat oleh cewek itu. Matanya terus menyelusuri siswa-siswi yang hilir mudik untuk mencari siapa pun yang dikenalinya. Tatapannya berhenti beredar ketika menemukan sosok cowok yang sedang memegang topi upacara. Faris segera mengangkat tangannya dan berseru memanggil nama cowok itu. Sayangnya, telinga cowok itu seolah menuli dan terus berjalan. Tentu saja Faris harus berlari mengejar cowok itu seraya terus memanggil namanya.

"Woy Bang! Gue panggilin juga daritadi," ucap Faris dengan nafas terengah-engah. Tangannya ia sampirkan di pundak Bara.

Bara menaikkan sebelah alisnya seraya menatap Faris heran. "Kita kenal?" Pertanyaan yang hanya terdiri dari dua kata itu meluncur dari bibir Bara. Faris sempat terkejut, lalu ia terbahak di tempatnya.

"Astaga.... secepat itu lo lupa sama gue bang? Gue Faris, sahabatnya Sandra. Yang kemarin ketemu lo waktu makan es krim," ucap Faris mencoba menjelaskan setelah puas tertawa.

"Oh." Hanya itu. Hanya itu balasan yang keluar dari bibir Bara. Jauh dari perkiraan Faris. Apakah Bara masih cemburu padanya?

"Eh iya bang. Gue nyari kantor guru. Dimana ya? Daritadi gue ditipu terus."

"Lo jalan aja terus di lapangan ini. Di ujung sana ada deretan ruangan. Salah satunya kantor guru. Ada tulisannya," jelas Bara. Akhirnya, Bara mau mengobrol dengannya dan melontarkan kata yang cukup panjang.

"Ntar gue kesasar lagi bang. Ujung lapangan bagian mana nih?"

"Dari sini juga kelihatan. Deretan ruangan yang itu. Lo tanya aja ke guru."

"Siap bang! Lo gak mau nemenin?" Faris berharap Bara akan menjawab iya. Karena berjalan di pinggir lapangan ini dari ujung ke ujung bisa menjadikannya pusat perhatian. Terlebih karena seragamnya yang mencolok sangat berbeda dengan seragam SMA Tirta Jaya.

"Gak. Sebentar lagi upacara dimulai."

Faris menghela napas lesu. Namun, dia tetap berpamitan pada Bara dan mulai berjalan menuju ke ujung sana yang beradius beberapa meter dari ujung sini. Siswa-siswi SMA Tirta Jaya sudah mulai membentuk barisan untuk upacara. Bara berusaha mencari kelas Sandra, tapi sangatlah sulit.

Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang