Gengsi

5.8K 451 2
                                    

"Gue masih mau jadi alasan lo buat tersenyum, meski bukan alasan utamanya."

Kunanti vote muu

***

Sandra memilih untuk bolos satu pelajaran ke taman sekolah. Kekesalannya pada Bara tentu saja belum menyurut. Dia kesal, dia sedih, dia kecewa, dia marah, pokoknya komplit!

Sandra menjatuhkan bokongnya ke atas salah satu kursi taman. Sedangkan, di belakang sana Faris datang menghampirinya dari arah kantin lantai satu. Tangan cowok itu memegang satu botol air mineral dingin dan beberapa butir obat yang masih tersegel dari UKS.

Dia menghampiri Sandra dan menyerahkan obat itu. Bila di film-film dan di novel-novel si cowok akan memberikan sapu tangan, maka kali ini berbeda. Yang disodorkan Faris justru beberapa butir obat dan air mineral. Sandra mendongak dan mendesah kecewa.

"Dasar sahabat gak ngerti situasi!" oceh Sandra masih terus menangis.

"Justru itu. Gue tau lo lagi sakit dan belum minum obat. Daripada nanti tambah parah, nih minum obatnya." Sandra masih belum mengambil obat dari tangan Faris.

"Kan cape kalau gue harus gendong lo lagi," lanjutnya kemudian. Sandra merengek seraya menggerak-gerakkan kakinya gemas. Faris terkekeh melihat tingkah kekanakan sahabatnya.

"Ya udah. Nih minum obatnya, gue cuma takut lo sakit lagi. Gue gak kuat kalo harus lihat lo pingsan kayak tadi. Gue memang gak keberatan kalau harus gendong lo keliling sekolah juga, tapi gue khawatir kalau lo sakit. Minum ya?"

Oh God!

Benarkah ini Faris? Sejak kapan nada bicaranya berubah? Suaranya melembut selembut sutera begini? Astaga ... kalau saja tidak ada Bara, mungkin Sandra sudah jatuh hati pada sahabatnya ini.

"Sandra?" Faris mengibaskan tangannya di depan wajah Sandra, membuat cewek itu kembali tersadar. "Gue imut ya kalau ngomongnya lembut gitu?" tanya Faris menggoda. Sandra langsung merotasi matanya jengah. Faris lama telah kembali.

"Lo tadi kesambet apaan? Janda ngebet kawin? Lembut amat suara lo." Sandra berdecak seraya mengambil alih obat dari tangan Faris dan memasukkannya ke dalam mulutnya sendiri dengan bantuan air mineral dari Faris juga.

"Iya. Gue kesambet janda ngebet kawin tapi dibunuh calon suami karena ternyata mereka ayah sama anak."

"Aw, cus lah kita bikin film judulnya mati dibunuh suami yang ternyata ayahku."

"Masa judulnya panjang banget! Ntar gak muat di layar."

"Lah biarin! Lumayan kan senam mata!"

"Senam mata? Begini?" ucap Faris seraya menyipitkan lalu melebarkan kembali matanya. Terus begitu sampai membuat Sandra tertawa.

"Boleh boleh. Nanti hari jumat gue mau request ke instruktur senamnya, biar lo yang jadi instruktur."

"Siap! Tapi sama lo juga, nanti kita jadi pencetus senam mata!"

"Boleh boleh." Sandra kembali tertawa. Receh memang. Biarlah, Sandra memang receh. Karena tidak akan ada uang kertas tanpa uang receh. What? Gk nyambung!

"Gini dong San, ketawa! Kan kalo gini gue gak nafsu buat mukul orang," ucap Faris yang lagi-lagi dengan nada suara yang lembut. Kata-katanya terdengar seperti ... Berasal dari hati.

Sandra tersenyum menanggapinya. "Selagi lo gak apa-apain alasan gue buat tersenyum, gue akan selalu bisa tertawa dan tersenyum sama lo."

"Memangnya alasan lo tersenyum apaan?"

"Banyak!"

"Gue?"

"Salah satunya!"

"Boleh gue tebak?" Sandra mengangguk. "Keluarga lo? Sahabat lo?"

"Yup! Eh iya, kapan-kapan gue kenalin deh lo sama sahabat cewek gue! Namanya Venus."

Faris mangut-mangut mengerti. "Oke, gue gak akan usik itu semua."

"Ada satu lagi ih! Yang belum lo sebut ..."

Alis Faris terangkat sebelah.

"My sun, my moon, my star, my sky, my flower, my king, my heart."

"Hah? Sopo toh?"

"Lo gak mau nebak?"

"Oke gue tau. Tukang PHP itu."

"Nama dia Bara! Ntahlah, semarah-marahnya gue ke dia gue gak bisa benci. Gue masih terus sayang ke dia. Meski bibir gue bilang gue mau dia menjauh, tapi hati gue gak sepenuhnya menginginkan itu."

"Oh, lo cinta banget ya sama dia?"

"Menurut lo? Pokoknya gue gak mau lo ngusik alasan gue tersenyum itu! Lo ada di antara mereka, jangan biarin gue menghilangkan nama lo dari sana, hanya karena lo menyingkirkan satu alasan gue tersenyum."

"Bukannya kalaupun lo kehilangan satu, lo masih punya banyak alasan?"

"Alasan-alasan itu membentuk seperti topologi ring dalam jaringan, bulat dan mereka saling bekerja sama, namun, jika satu saja terganggu maka yang lain akan ikut terganggu. Dan bayangkan saja sebuah lingkaran, jika kehilangan satu titik saja, apa masih bisa disebut lingkaran? Jawabannya gak! Lo ngerti kan?"

Faris mengangguk. Dia mengerti maksud dari Sandra. Itu merupakan sebuah peringatan halus agar dia tidak menyakiti Bara dan alasan lain cewek itu tersenyum.

"Lo tau aja kalau gue mau hajar tuh cowok. Tapi, karena lo minta jangan, maka gue gak akan lakuin. Gue masih mau jadi alasan lo buat tersenyum, meski bukan alasan utamanya."

***

"Ampun kucrut! Itu muka ditekuk aja!!! Lo kenapa sih? Diputusin kak Bara? Eh iya, jadian aja belum! Hahahaha ..." tawa Venus memenuhi indra pendengarannya. Sandra mendengus kasar.

"Ngeselin tuh cowok! Kalo emang gak cinta, mending gak usah sok-sok kasih kesempatan, kan sakit kalo cuma dijadiin pelarian." Sandra ngomel-ngomel seraya menjatuhkan bokongnya ke atas meja. Dia tidak mood duduk di kursi. Alasannya, karena kalau duduk di kursi kakinya tidak menggantung. Kalau menggantung kaki Sandra suka. Tapi, kalau menggantung hubungan sangat Sandra benci.

"Ish! Dateng-dateng ngamuk aja! Lo kemana sih? Gue bilang lo sakit lho tadi."

"Emang. Kan gue dari pingsan."

"Hah?"

"Bau mbak," Sandra menutup mulut sahabatnya dengan satu telapak tangannya.

"Lo kok bisa pingsan? Hp lo tinggal di sini lagi. Lo sakit apa? Asal lo tau ya, kak Bara itu hampir keliling sekolah nyariin lo! Dan ada yang bilang dia nunggu di depan toilet cewek bermenit-menit."

"Hah? Serius lo? Bukannya dia abis main basket langsung nemuin Zera di UKS?"

"Wah wah wah ... Jadi ini yang bikin lo kayak orang kesetanan! Cemburu? Udah deh! Dia itu lebih dulu nyariin lo dari Zera. Itu artinya lo lebih penting dari Zera! Dia nyariin lo setelah main basket dan setelah bel istirahat bunyi, sedangkan nyari Zera baru setelah dia gak nemuin lo. Well, siapa yang lebih penting?" Venus bersidekap di depan dada.

Astaga.

Sandra ingin mengulang apa yang baru saja ia dengar. Dia ... kelewat bahagia. Ternyata Bara mencarinya sebelum menemui Zera? Ah, dia jadi menyesal pingsan dan marah-marah tadi. Tapi, untuk minta maaf Sandra juga gengsi. Sekali-kali dong Bara yang berjuang. Sandra terkekeh dengan pemikiran anehnya itu.

***

Vote vote vote comment jugaa.

Kunanti kau kunanti kutunggu kau kutunggu. Walauuu sampai akhirr crita iniii

With love,

U


Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang