"Kalau mau bilang sayang, maaf. Udah terlambat. Gue udah move on"
Vote dulu eiy!
***
Satu bulan berselang setelah 'aksi' Bara nembak Zera, Sandra benar-benar berhenti mengejar Bara. Kata Venus, tindakan Sandra ini adalah yang terbaik dan terbenar. Meski terkadang Sandra masih sering kepo dengan akun sosial media cowok itu, setidaknya dia sudah bisa untuk bersikap normal saat bertemu Bara. Tak ada sapaan, tak ada candaan, hanya sebuah senyuman menyapa.
Fokus Sandra teralih ketika seorang cewek berambut panjang sepunggung memasuki kelas. Nafas cewek itu terengah-engah, sepertinya dia baru saja berlari karena terlambat. Sandra melengos dan mengalihkan pandangannya ke lain arah. Semenjak satu bulan yang lalu, setiap melihat wajah Zera, ingin rasanya Sandra memaki cewek itu. Tanpa alasan. Karena Zera memang selalu bersikap baik, tapi Sandra belum sepenuhnya terima atas kenyataan bahwa Bara lebih memilih Zera dibanding dirinya.
"Azera Malika?" Pak Rian agak terkejut dengan pemandangan ini. Karena Zera termasuk tipikal siswi yang rajin, rasanya aneh jika cewek itu terlambat.
"M... maaf pak, saya telat. Tadi, mobil saya mogok di jalan," kata Zera jujur setelah menetralkan napasnya.
"Bohong," tuduh Sandra dari tempat duduknya. Tatapan seantero kelas terbagi antara Zera dan Sandra. Venus yang sadar kini sahabatnya menjadi pusat perhatian, segera menyikut lengan Sandra pelan dan disambut dengan dengusan kasar dari Sandra.
"Serius. Aku gak bohong. Tadi mobilku mogok di jalan. Untungnya ada Kak Bara yang mau nebengin sampai ke sekolah," jujur Zera. Mendengar nama Bara disebut, ada sebuah rasa yang sulit dijelaskan dalam hati Sandra. Rasa sakit yang berusaha ia sangkal.
"Ya sudah, Zera boleh duduk. Asalkan perbuatan kamu jangan diulangi lagi, ya?" ucap pak Rian sopan.
"Dasar! Jadi guru gak adil banget sih! Mentang-mentang anak kesayangan aja gak dihukum!" rutuk Sandra dalam hati.
***
Mata Sandra seakan mau melompat keluar ketika menangkap sosok Bara di daun pintu. Dari pandangan cowok itu, Sandra tahu kalau dia sedang mencari seseorang, yang jelas bukan dirinya. Mengingat pernyataan Zera tadi pagi, membuat hatinya kembali sakit.
Benar saja, Bara memasuki kelas Sandra. Fokus tatapannya tak pernah luput dari pergerakan Bara.
"Dia bahagia San! Dia bahagia tanpa lo! Liat, dia ketawa! Inget San, lo udah move on," batin Sandra menguatkan dirinya sendiri. Bara mendekati meja Zera, dan dia seperti menyerahkan sesuatu. Air wajah cowok itu membuktikan bahwa dia bahagia bersama Zera.
"Jangan sampai gagal move on," ucap Venus tiba-tiba.
Bodoh! Dia tertangkap basah oleh sahabatnya sendiri. Aduh, gengsi kan jadinya.
"Apa sih, udah enggak kok." Sandra mengalihkan tatapannya ke buku matematika yang masih berada di atas mejanya dan sok belajar.
"Enggak apa nih? Enggak cinta lagi? Apa enggak move on lagi?"
"Enggak move on lagi karena udah gak cinta lagi. Puas?" Sandra menjaga suaranya agar tidak meninggi, takut jika cowok yang menjadi pusat pembahasan itu mendengarnya. Sandra memiringkan duduknya hingga menghadap ke Venus. "Lo niat bantu gue move on gak sih? Jangan buat pertahanan gue runtuh!" Setelah mengatakan kalimat itu, Sandra segera membenarkan posisi duduknya. Ralat, dia membenarkan posisi duduknya karena dia sempat beradu tatapan dengan sang mantan gebetan, Bara.
"San, kak Bara ke arah sini." Venus mengatakannya sedikit berbisik mengingat jarak yang terpaut antara mereka dan Bara hanya tinggal beberapa langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Teen Fiction"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...