Skip?

4.6K 307 0
                                    

Masih terbayang dengan jelas wangi Sandra saat ia memeluknya. Bara terus merapalkan nama cewek itu meski saat ini jarak antara mereka sangat sangat sangatlah jauh. Melihat wajah cowok kurang ajar di depannya ini membuat Bara teringat semua luka di tubuh Sandra. Luka yang ditorehkan oleh cowok brengsek di depannya. Lingga.

Tadi, Bara berinteraksi dengan Alfa melalui whatsapp. Setahunya, Alfa itu anaknya nakal, pasti kenal sama cowok brandal seperti Lingga. Dan tebakannya benar. Alfa bilang, katanya dia kenal cowok brengsek itu saat ia duduk di SMP. Ya, SMP nya dan Alfa memang beda. Dan di SMP Alfa, Lingga memang sudah terkenal nakal. Setahu Alfa, cowok itu memiliki basecamp dekat sekolah mereka. Tepatnya di samping supermarket, lorong antara supermarket dengan rumah di sampingnya.

"Jadi, kenapa lo ke sini?" Radit. Selaku ketua geng mereka bertanya ke Alfa. Mereka menyelesaikannya sesama anak bandel.

"Gue ada urusan sama wakil lo. Dia ganggu pacar temen gue." Alfa menunjuk Lingga dengan telunjuknya, namun langsung ditepis oleh Radit.

"Gak sopan tangan lo! Terus kenapa kalau dia ganggu?"

"Gue dan temen gue gak suka, bego! Dia bahkan nyakitin cewek, dia ngelukai cewek. CEWEK!"

"Gue gak peduli. Bagi kami, cewek dan cowok itu sama. Siapapun yang mengusik, akan kami sakiti!"

Rahang Bara mengeras. Cowok macam apa mereka ini. Tidak menghormati perempuan sama sekali! Brengsek.

"Geng banci! Cowok yang menganggap derajat cewek itu pantas untuk disakiti cuma banci. Banci kaleng!" ucap Alfa penuh penekanan. Bara masih menunggu di belakang. Dia sudah tidak siap untuk meninju semua banci ini. Tapi, Alfa bilang, mereka harus menunggu teman-teman Alfa.

"Lo banci! Daritadi gak berani nyerang!" Radit berusaha meninju Alfa, tapi dengan tangkas Alfa menangkisnya.

"Gue bukan gak berani. Gue gak level berantem sama orang yang beraninya keroyokan!" Alfa menyapukan pandangannya ke seluruh anggota geng mereka yang tentunya sudah menunduk. Kecuali Lingga dan Radit, mereka semua takut kepada Alfa. Bagaimanapun, cowok ini pernah menjadi ketua geng yang paling mereka takuti.

"Bangsat! Oke, one by one," putus Radit seraya menarik kembali tangannya. "Jo, maju!" Meski terlihat ogah-ogahan, cowok yang dimaksud Radit maju dan sekarang berhadapan langsung dengan Alfa.

Alfa tersenyum miring, nyali seperti kerupuk begini mau melawannya? Yang benar saja. Sekali tinju pun Alfa pasti sudah menang. "Maju!" Alfa menggerakkan tangannya memberi instruksi agar cowok itu memulainya.

Dengan cepat, cowok suruhan Radit meninju wajah Alfa hingga cowok itu tersungkur. "Boleh juga lo," ucapnya seraya menghapus darah di sudut bibirnya.

Alfa balas menendang perut cowok itu. Dan pertarungan pun dimulai.

Dugh

Alfa menendang cowok tadi hingga tersungkur ke tanah. Cowok itu sudah dipenuhi luka dan lebam. Sedangkan Alfa, hanya lecet sedikit.

Melihat temannya jatuh, anggota geng mereka yang lain tidak terima. Jadilah mereka mengeroyok Alfa dan Bara. Banci memang. Ucapan dan perbuatannya tidak sesuai. Untung saja, geng panggilan Alfa segera datang dan dapat mengimbangi jumlah anggota mereka.

Pertandingan sengit pun dimulai. Alfa melawan Radit. Dan Bara melawan Lingga.

Bara meninju rahang Lingga keras sampai cowok itu tersungkur. Lingga malah tersenyum miring dan membuang ludahnya sembarang arah.

"Segitu cintanya lo sama cewek itu? Gimana kalau kita bikin perjanjian. Kalau gue menang, cewek lo jadi milik gue. Dan kalau gue kalah, lo bisa bebas sama cewek lo. Deal?"

"Bangsat!" maki Bara seraya menarik kerah Lingga kuat. Tatapannya menukik tajam di iris hitam milik Lingga.

"Iya atau enggak?" tanya Lingga masih dalam mode angkuh. Bara melayangkan tinjuan cukup keras di wajah Lingga.

Cowok itu nampak tak terima. Ia balas menendang perut Bara sampai Bara tersungkur ke tanah. "Lo nyerang gue lagi, artinya lo setuju. Kalau lo kalah, cewek lo buat gue. Dan kalau gue kalah, hidup lo tenang."

Tanpa membalas ucapan Lingga, Bara bangkit dan langsung menghajar Lingga bertubi-tubi. Dia tidak memberi kesempatan barang sedikit pun untuk Lingga menghajarnya.

"KAK BARA STOP!!!" Mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu, Bara langsung menghentikan pukulannya ke Lingga.

Dan kelengahan Bara itu, dimanfaatkan Lingga untuk balas memukulnya. Beruntung, Alfa datang dari belakang dan menarik kerah baju Lingga.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Bara berteriak, "Dia punya gue, Fa!"

Dan Alfa mendorong Lingga ke Bara. Bara menghajar cowok itu sampai ia puas. Lingga sudah tidak berdaya, dia bahkan berteriak menyerah.

"JANGAN PERNAH GANGGU CEWEK GUE LAGI! SEKALI LAGI LO SAKITIN ATAU GANGGU DIA, LO AKAN LEBIH PARAH DARI INI!!!"

Bara berlalu dan menghampiri Sandra. Wajah cewek itu sudah dipenuhi air mata. Ia kecewa dan sedih. Pacarnya tidak mendengarkan perkataannya. Padahal Sandra sudah bilang, jangan mencari masalah. Sandra hanya takut. Dan ketakutannya terjadi. Dia melihat secara langsung, bagaimana hancurnya wajah Bara. Pasti luka-luka itu sangat sakit.

"San ..." Bara meringis merasakan nyeri di sudut bibirnya.

"Puas?! Luka udah dimana-mana, aku udah bilang kan? GAK USAH CARI MASALAH! Kenapa masih juga berantem, sih!?"

Bara hanya diam. Dia memang salah. Tapi dia hanya ingin memberi pelajaran ke cowok yang berani-beraninya melukai pacarnya.

"Kakak mau kita putus?" Bara mengangkat kepalanya bingung. Dia tidak mau. Sangat tidak mau. "Aku gak suka sama cowok yang gak tepat janji."

"San, gue cuma mau ngelindungin lo ..."

"Tapi aku gak bisa liat kakak kayak gini!"

"Akhirnya lo tau. Gue juga gak bisa liat lo kayak kemarin. Lo pikir gue tahan? Lo pikir gue akan tinggal diam? San, gue sayang sama lo. Gue gak suka liat lo disakitin"

"Tetep aja kakak ngelanggar perjanjian! Dan aku gak suka dijadiin bahan taruhan!"

Bara menghela napasnya perih. "Gue gak jadiin lo bahan taruhan."

"Aku denger kak!"

"Tapi gue gak iyain!"

Sandra menggelengkan kepalanya masih terus menangis. "Untuk beberapa waktu, kita skip dulu ya?"

"Maksud lo? Kita gak putus kan?"

Sandra mengangkat bahunya. "Ntah. Aku belum tau. Aku pamit pulang, memarnya dikompres, lukanya juga diobatin. Maaf, gak bisa ngobatin. Permisi." Sandra pergi tanpa memberi Bara kesempatan untuk berbicara barang satu huruf pun. Cewek itu melajukan mobilnya menjauhi Bara. Dan Bara hanya bisa menatap sendu kepergian Sandra.

***

Hm.... bakalan putus gak ya? Enaknya diputusin aja apa enggak?

See you dan jangan lupa vote and comment!!!!

Makasih

Tertanda

💖U

Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang