Tidak akan pernah

5.2K 370 1
                                    

"Sekali lo sentuh milik gue, gue gak akan tinggal diam. Apalagi kalau lo sakitin, lo akan dapat yang lebih menyakitkan."

Bara Dirgantara

Tuh, jangan nyakitin apa yg udah jadi milik orang! Jangan lupa vote yaaaa😙

***

"Kak, mau kemana sih?" Sandra bersungut kesal. Pasalnya, mereka hanya berputar-putar di tempat itu saja. Rasanya, bokongnya sudah hilang karena terlalu lama duduk di mobil.

Dan jawaban Bara masih sama seperti sebelumnya. "Mau beli buku."

"Ya kan daritadi udah ngelewatin banyak toko buku. Lagian daritadi juga cuma muter-muter aja."

"Gue lagi cari toko buku rekomendasi dari Zera. Katanya sih di daerah sini, tapi kok gak ada ya?" Bara menjawabnya jujur. Dia memang sedang mencari buku. Dan kalau berhubungan dengan buku, Zera lah tempat yang pantas untuk bertanya. Dan kata cewek itu, toko buku yang menjual buku yang sedang dicari Bara ada di sini.

Sandra mendengus sebal. "Emang nama toko bukunya apa sih?"

"Ruang baca. Katanya sih gue dulu pernah nganterin dia beli buku di situ. Tapi gue lupa, dia kebanyakan beli buku. Dan tempatnya beda-beda pula."

Sudah. Sandra tidak lagi mau menanggapi. Telinganya terlalu panas. Hatinya terus menggerutu. Menyebalkan.

"Lo tau?" tanya Bara seraya memutar kemudinya. Sandra bosan melihat pemandangan ini. Bahkan dia sudah hapal rumah-rumah di sekitar sini. Sudah berapa kali mereka berputar? Yang jelas lebih dari delapan kali.

"Gak. Memangnya pasti buku itu ada di toko Ruang baca? Emang gak ada di toko buku lain?"

"Gue ragu ada atau enggak di toko buku lain. Soalnya buku yang gue cari ini langka banget."

"Buku tentang apa sih?"

"Kepo aja."

Sandra kembali diam. Dia sedang kesal, dan sekarang jawaban pacarnya membuatnya semakin kesal. Dasar.

"Kak, makan dulu, ya? Aku laper ..." pinta Sandra karena merasa perutnya berbunyi sejak tadi.

"Oke. Dimana?"

"Barusan kelewat! Mundur dikit, di belakang ada cafe." Sejak tadi cafe yang di depannya tertulis 'Cafe literasi' itu telah menjadi incaran Sandra. Pengunjungnya juga banyak, membuat Sandra penasaran dengan apa yang ada di dalam sana.

"Oke. Kita mundur ..." Bara memundurkan mobilnya hingga tepat berada di depan cafe literasi. Bara memarkirkan mobilnya, lalu mereka berdua masuk ke dalam.

Dan, wow! Bukan hanya ramai, cafe ini penuh oleh manusia. Untungnya cafe ini cukup besar. Jadi, masih ada beberapa meja kosong yang dapat Sandra dan Bara duduki.

Di dekat pintu masuk, mereka memilih untuk duduk. Saat baru saja duduk, Bara tidak sengaja melihat papan penunjuk arah di dekat mereka. Sandra ikut melihat apa yang sejak tadi dilihat pacarnya.

Terdapat panah menunjuk ke sebelah kiri dengan tulisan musholla. Panah yang menunjuk ke kanan dengan tulisan toilet. Serta satu panah menunjukkan jalan lurus dari tempat mereka duduk dengan tulisan Ruang baca.

Ah iya. Bara ingat. Dia pernah mengantarkan Zera ke cafe ini. Lalu, mereka membeli buku di dalam cafe ini. Bara langsung saja mengikuti anak panah dengan tulisan ruang baca.

Panah itu mengantarkan mereka ke sebuah ruangan yang dipenuhi rak-rak berisi buku. Pada rak-rak sebelah kanan, bertuliskan dijual. Dan rak-rak sebelah kiri bertuliskan just for reading.

Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang