Tak akan pernah ada 'hati yang baru' jika kamu pandai menjaga hati.
Budayakan vote sebelum membaca😈
***
Ketukan di pintu membuat Sandra tertarik dari alam mimpinya. Setelah Bara membatalkan janjinya, Sandra menangis dan menutup kepalanya dengan bantal. Efek lelah menangis, cewek itu tertidur.
Sandra menyeret langkahnya menuju ke pintu setelah memastikan tak ada air mata yang tersisa.
Dia langsung menemukan adiknya Anet yang sedang nyengir lebar.
"Apa?" Tanya Sandra to the point.
"Ada temen kakak di luar."
"Oh. Udah disuruh masuk?"
"Udah. Dia lagi di ruang tamu"
"Ya udah."
"Ya udah apa?"
"Ya udah ntar kakak keluar. Bilang tunggu sebentar."
"Siap." Anet berkata seraya hormat bak tentara-tentara yang diperintah oleh kaptennya.
Sepergian Anet, Sandra kembali menutup pintu kamarnya dan menuju kamar mandi untuk membasuh muka.
"Siapa sih yang dateng saat mood gue lagi jelek-jeleknya?" Sandra mengeringkan wajahnya dengan handuk yang tersampir di dinding kamar mandi.
Setelah mengikat rambutnya, Sandra keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tamu yang letaknya di lantai bawah. Sedangkan kamarnya berada di lantai dua.
"Hai San." Seorang cowok dengan senyuman manisnya menyambut Sandra di ruang tamu. Cowok itu mengenakan hoodie hijau lumut yang dipadukan dengan celana jeans hitam.
"Far--ris?" Sandra berusaha menyebutkan nama cowok yang sedang berdiri tak jauh darinya. Butuh waktu beberapa saat untuk Sandra memercayai ini semua.
Setelah sadar bahwa ini nyata, Sandra segera berhambur memeluk cowok di depannya erat. Faris Natawijaya namanya. Sahabat karib Sandra sejak kecil yang sudah terpisah selama hampir dua tahun. "Darimana aja lo? Kenapa baru balik?"
Cowok berhoodie hijau lumut itu tertawa renyah. "Lo kangen berat ya sama gue?"
Sandra melepaskan pelukannya dan memukul lengan cowok itu kasar hingga Faris mengaduh kesakitan. "Siapa sih yang gak kangen setelah berpisah selama hampir dua tahun tanpa kabar?"
"Tapi lo kan tau gue kemana. Kenapa gak nyusulin?" Faris kembali menjatuhkan bokongnya ke sofa empuk milik Sandra.
"Mana berani gue ke Bali sendirian. Mama sama papa gue kan sibuk pake banget." Sandra berjalan ke arah dapur seraya bertanya, "Lo mau minum apa?"
"Lo tau. Minuman kesukaan gue masih sama," jawab Faris agak berteriak supaya Sandra dapat mendengarnya.
Selang beberapa menit kemudian, Sandra kembali dengan segelas es teh manis dan sepiring kue bolu. Faris mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Sandra yang baru saja datang.
"Jadi, apa yang membuat lo bisa balik ke sini?" tanya Sandra seraya duduk di sofa seberang Faris.
"Elo," jawab Faris singkat. Ia memasukkan beberapa teguk air teh ke dalam mulutnya. "Gue kangen sama lo. Dan gue rasa gue mau pindah ke SMA lo aja," lanjutnya setelah selesai menghabiskan setengah gelas teh dingin.
"Lo? Mau pindah ke SMA gue? Maksud lo tinggal di sini lagi?" Ada binar bahagia yang dipancarkan oleh matanya ketika mengajukan pertanyaan tersebut.
Faris mengangguk mantap. Sandra sangat senang tentunya. Sahabatnya dari kecil yang selama dua tahun ini terpisah darinya, akhirnya bisa kembali bersatu. "Lo masih tinggal di rumah lo, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Fiksi Remaja"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...