"Solusinya cuma satu. Cukup kasih kepastian. Udah."
Vote dulu bebss
***
Sandra masih menunggu-nunggu. Mungkinkah Venus akan membahas tentang snapgram nya? Tapi semua terasa sia-sia. Karena bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Sedangkan Venus masih seperti tadi, menghampirinya seperti orang linglung.
Setelah piket kelas, karena memang jadwalnya hari ini piket, Sandra melangkahkan kakinya keluar kelas. Koridor sudah sepi. Tinggal tersisa beberapa murid lagi di sana. Sandra berjalan sendirian. Venus sudah pulang lebih dulu, sebelum tadi ia bertanya 'kenapa' dan Sandra balas 'Gak papa' cewek itu langsung pamit pulang duluan.
Dasar sahabat gak peka!
Sandra baru teringat sesuatu. Katanya, Bara mau menembaknya hari ini, kan? Kenapa sampai sekarang cowok itu batang hidungnya tidak terlihat sama sekali? Sandra mendengus kesal. Dia dibohongi?
Sandra mempercepat langkahnya menuju ke parkiran. Saat di parkiran motor, cewek itu melihat Bara yang sedang menyalakan motornya. Tatapan mereka sempat bertabrakan, tapi kenapa Bara seolah tidak melihatnya?
Bahkan Bara menjalankan motornya melewati Sandra seolah yang berdiri di sana hanyalah tiang listrik. Dia tidak menengok sama sekali, bahkan tersenyum pun tidak. Sandra dibuat kesal sekaligus tidak percaya. Benarkah itu Bara?
***
Sandra menghempaskan tubuhnya yang sudah terbalut baju tidur panjang ke atas kasur berukuran king size. Matanya menatap langit-langit kamar yang berwarna biru langit dan beberapa bercak putih yang lebar, seolah menggambarkan awan. Ia menghela napasnya kasar. Kenapa semua orang berubah hari ini? Bara, Venus, dan gurunya yang biasa baik itu malah memberikan banyak PR? Sandra sangat kesal hari ini. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya lagi. Diliriknya jam dinding, sudah pukul 8 malam.
Kakinya turun dari ranjang dan mulai menyentuh lantai yang dingin. Sandra berjalan ke arah meja belajarnya dan duduk di atas kursi belajarnya begitu saja. Jika kalian berpikir ia akan mengerjakan PR, maka kalian salah. Karena cewek itu hanya mengambil kertas HVS dan mencoret-coret asal di atas sana. Dia tidak suka menulis diary. Lebih baik mencoret daripada menulis diary. Begitulah pendapat Sandra. Jika kalian tidak percaya, buku diary yang dibelikan bundanya saat ia berada di sekolah dasar, sampai sekarang, baru terisi beberapa halaman. Paling isinya hanya beberapa hal yang memang sangat penting dan tak boleh terlupakan.
Sandra bosan mencoret. Emosinya sudah tersalurkan. Sepuluh lembar kertas HVS sudah menjadi korban kekesalannya. Ada yang ia robek, ada yang ia tulis-tulis asal, dan ada pula yang ia gambar abstrak. Beginilah Sandra jika sedang kesal. Ia membuang kertas-kertas itu ke kotak sampah, lalu beralih ke album foto. Ia mulai membukanya satu persatu. Ada banyak foto di sana, fotonya saat masih bayi, balita, sd, smp, hingga sekarang. Ada fotonya saat di hari ulang tahunnya bersama kedua orang tuanya. Ada saat mereka sekeluarga liburan ke luar negeri, ke taman binatang, ke museum, bahkan saat mereka hanya piknik di belakang rumah ada fotonya. Sudut bibir Sandra terangkat ketika melihat dan kembali merasakan kehangatan. Namun, suatu pikiran negatif kembali hinggap di kepalanya. Bagaimana jika kebahagiaan ini berakhir nantinya? Bagaimana jika ia kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya? Sandra masih sangat belum siap untuk itu. Ia mengenyahkan pikiran buruk dan kembali membalik foto-foto di sana.
Sandra tersenyum ketika melihat beberapa foto Bara di sana. Foto yang ia ambil diam-diam. Jarang sekali yang mukanya terlihat penuh. Karena Sandra sembunyi-sembunyi ketika memotret Bara. Sandra jadi teringat setahun yang lalu. Dimana ia mengejar-ngejar Bara tanpa malu. Tapi sayang, harus kandas di tengah jalan. Ah, tidak. Buktinya cowok itulah yang sekarang mengejar-ngejarnya. Takdir memang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Teen Fiction"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...