Tersedak nasi goreng

10.8K 796 55
                                    

Seperti angin, kamu lalu-lalang di dekatku. Membawa sebuah rasa yang tak pernah berujung pada kepastian.

Budayakan vote sebelum membaca!😈

***

Tak ada hal yang lebih mengejutkan dari Bara mengiriminya nasi, mengiriminya chat duluan, dan selalu bersikap manis. Sandra terlalu terkejut mendapatkan itu semua. Ada rasa senang, tapi juga was-was. Dia takut, jika perasaannya ini disalahgunakan. Dijadikan pelarian contohnya.

Setelah tiga jam pelajaran lamanya mendekam di kelas dan dihadapkan dengan angka-angka, cukup membuat tenaga Sandra terkuras. Dia bukan cewek pintar yang akan dengan cepat mengerti rumus-rumus matematika. Kapasitas otaknya tidak sanggup menerima angka-angka selain menghitung uang.

Sandra mendesah pelan seraya berusaha mengenyahkan angka-angka yang masih menggelayuti pikirannya. Di sinilah ia berakhir, di surganya makanan SMA Tirta Jaya. Kantin kelas sebelas memang surganya makanan. Karena dibandingkan kantin kelas sepuluh dan dua belas, pedagang di kantin kelas sebelas memang paling banyak dan paling enak. Jadi, tidak heran jika banyak anak kelas dua belas yang memilih untuk makan di kantin yang letaknya di lantai dua ini.

Berbeda dengan anak lain yang sudah siap menyantap makanannya, atau bahkan sedang mengantre untuk mendapatkan makanan, Sandra masih duduk memandangi kotak bekal-nya seolah isi dari kotak bekal itu adalah bom.

"Woy! Bengong aja." Venus datang dengan semangkuk mie ayam dan segelas minuman dingin rasa jambu yang baru saja ia dapatkan dengan susah payah.

"Es teh gue mana?" Alih-alih peduli dengan teguran Venus, Sandra malah menanyakan keberadaan es teh pesanannya yang tidak ada di bawaan Venus.

Venus menepuk dahinya keras. "Gue lupa San." Venus menyapu pandangannya ke tempat jualan es teh kegemaran Sandra, dan tempat itu masih dipenuhi oleh anak kelas dua belas. "Penuh San, senior semua lagi. Yang lain aja deh," ucapnya bernegosiasi disertai seringai yang menunjukkan deretan gigi-gigi putihnya.

Sandra menghela napasnya pelan. "Gak usah aja, yang lain juga penuh."

"Yah ... jangan marah gitu dong." Venus memasang wajah rasa bersalahnya, dari dalam hati.

"Gak kok."

"Beneran ih!"

"Bener."

"San."

"Mending diem deh Ven. Daripada gue berubah pikiran."

"Peace." Venus membentuk V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Kok gue baru sadar, lo bawa bekal?" tanya Venus yang baru menyadari kotak bekal di atas meja mereka berdua.

Sandra mengabaikan pertanyaan Venus. Dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Ponselnya berdering dan menampilkan pop up pesan whatsapp dari Bara. Tangan Sandra hendak meraih benda pipih yang masih di atas meja itu, tapi tangan Venus lebih dulu mengambilnya.

Kak Bara: Nasinya udah nyampe? Dimakan ya

Venus yang membaca pesan singkat itu hanya bisa menahan senyuman gelinya. Bibirnya berkedut-kedut menahan tawa. Tangan Sandra merebut kembali ponselnya dengan kasar.

"Ketawa aja ketawa!" Setelah mendengar ucapan Sandra yang terdengar sangat ketus itu tawa Venus benar-benar pecah. Bahkan, sudut matanya mengeluarkan air mata.

"Jadi, dari Kak Bara?" tanya Venus setelah tawanya selesai seraya menyapu air yang keluar di sudut matanya.

Sandra mengangguk malas. "Makan gak ya?" Sandra semakin frustasi.

Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang