Jarak

7.1K 391 10
                                    

"Cukup jarak kita yang jauh. Hati kita jangan!"

Budayakan vote sebelum membaca😤

***

Sandra berniat membenahi kamarnya dan membongkar semua barang-barang yang sudah tidak ia gunakan. Yang masih bisa dipakai, untuk diberikan ke Anet. Dan yang sudah tidak berguna lagi, akan ia bakar.

Di depan Anet dan Sandra sudah ada beberapa kardus mainan dan buku-buku Sandra saat masih di sekolah dasar. Kardus pertama, berisi buku-buku pelajarannya. Saat akan membongkar isi kardus ketiga, Sandra sedikit terkejut karena isinya hanya sebuah kotak yang berukuran lebih kecil dari kardus dan beberapa foto tanpa bingkai. Sandra membaca bagian depan kardus, ada sebuah kata yang tertulis di sana 'Spesial'.

Tangan Sandra meraih foto-foto yang berserakan di sana. Ternyata, fotonya bersama dengan sahabatnya dulu saat di sekolah dasar dan beberapa foto keluarga mereka yang lama. Ya, yang lama. Karena di sana ada sang ayah kandungnya, bukan Adren ayahnya yang sekarang. Adren memang ayah tiri Sandra, tapi baginya Adren itu sama saja seperti ayah kandungnya. Meski ayah kandungnya memiliki poin lebih di hati Sandra. Sandra menghela napasnya pelan, rasanya dia seperti ingin menangis. Tapi, dia tidak mau jadi anak yang cengeng.

Setelah selesai meneliti foto-foto di dalam sana, tangan Sandra beralih untuk mengambil kotak berwarna ungu yang ukurannya cukup kecil. Sandra tersentak membaca tulisan yang ada di penutup kotak tersebut.

Namanya Aleksano Bara Dirantara

Sandra dengan cepat membuka penutup kotaknya dan menemukan sebuah kalung berliontin berlian dengan bentuk hati. Ada secarik kertas di sana.

Aleksano Bara Dirantara. Ntahlah, namanya susah. Dia ngomongnya cepat banget, sih. Yang jelas, katanya panggilannya Bara (semoga gak salah). Dia itu cowok cengeng yg gak malu nangis di dpn cewek. Tapi, aku kasian katanya kakaknya meninggal. Aku jadi ingat papa, tapi aku gak bilang kalau aku juga pernah kehilangan papa. Aku bohong, aku bilang aku kehilangan nenekku. Padahal eyang masih sehat walafiat. Dia cowok yang punya senyum yang akan selalu aku sukai. Senyumannya manis dan menenangkan. Dia punya lesung pipi, tapi cuma satu. Dia cowok cengeng yang kasih aku kalung ini. Aku seneng banget, tapi kata mama aku gk boleh pake. Karna masih kecil, nanti diculik. Ya udah deh, aku simpan aja kalung ini. Kata mama aku boleh pakainya kalo udh sma. Aku bener-bener gk sabar mau sma.

See you, Bara

Sandra

Sandra terkekeh membaca selembar kertas yang ditulis dengan tulisan khas anak kecil itu. Jelas saja itu tulisannya, ia sangat ingat. Karena dia menulisnya setelah disuruh Serin untuk melepaskan kalungnya dan menyuruhnya untuk menyimpan kalung itu. Saat itu, Sandra tidak tahu kalau kalung itu mahal.

Sandra ingat sekarang. Dulu dia bertemu dengan Bara di bawah pohon beringin. Sandra hanya ingin mengajak anak itu main, tapi lama kelamaan Sandra tahu kalau dia menangis. Sandra sangat kewalahan, hingga ia mengingat kata-kata mamanya dulu saat papanya meninggal. Dan berhasil, cowok itu berhenti menangis. Sandra ingin memperkenalkan diri, tapi dia malu. Jadi dia berlari untuk membeli balon, saat itu uangnya kurang. Untung saja mas penjual balonnya baik, jadi Sandra boleh membelinya meski dengan uang yang kurang.

Sandra cukup sulit mendengar nama cowok itu, karena dia mengucapkannya dengan sangat cepat. Dan ternyata, namanya memang meleset. Setelah diberi kalung oleh Bara kecil, Sandra berlarian menuju ke ruangan tempat mamanya dirawat. Sesampainya di sana, dia langsung dihadiahi omelan dari sang mama dan pelototan dari papa tirinya. Sandra baru menyadari bahwa arloji yang dikenakannya saat itu mati. Seharusnya sudah pukul lima, tapi arlojinya masih menunjuk angka tiga. Setelah menjelaskan yang sebenarnya, ia tidak jadi dimarahi. Malah langsung diberi pelukan hangat oleh Serin.

"Kak! Itu buat Anet?" Pertanyaan Anet sukses menarik Sandra kembali ke dunia nyata. Dengan cepat ia menggeleng dan menarik kardus dengan tulisan spesial itu ke atas tempat tidurnya.

"Enggak. Ini punya kakak. Kamu boleh ambil barang yang lain, tapi yang ini jangan," ucap Sandra pelan. Bagaimanapun dia tidak mau membuat adiknya ini menangis, meskipun adik tipikal seperti Anet ini sangat menyebalkan.

"Yah ... Padahal kalungnya bagus. Aku kan pengen kardus yang itu," rengek Anet memohon. Tapi Sandra tetap tidak memberikannya.

"Ini gak boleh diambil. Menangin lomba balet dulu sana," Sandra mencubit hidung mungil milik Anet membuat gadis kecil itu menggembungkan pipinya dan berlalu pergi. Sandra hanya terkekeh geli melihat kelakuan adiknya.

Sandra menyimpan isi kardus itu ke dalam kotak yang lebih kecil. Setelahnya, ia memakai kalung pemberian Bara. Memakai kalung ini, membuat perasaan hangat itu kembali menjalari hatinya.

***

"Coba tebak!"

"Apa?" Pertanyaan itu memang pantas untuk diajukan. Pasalnya Sandra tiba-tiba menyuruhnya menebak. Apa yang perlu ditebak?

"Aku tau siapa cinta pertama kakak!" seru Sandra gembira. Dan dia dapat melihat Bara di seberang sana yang sedang menyunggingkan senyumnya. Mereka sedang terhubung melalui panggilan video.

"Siapa?"

"Akuuuu!" ujar Sandra gembira seraya menunjukkan kalung yang sudah ia pakai di lehernya. "Ini punya Kak Rae, kan? Makasih ya kak! Aku sukaaa banget sama kalungnya."

"Iya. Sama-sama. Syukurlah kalau lo udah ingat. Gue pikir lo akan amnesia sampai lupa awal pertemuan kita"

"Kalau aku gak nemuin kalung ini mungkin aku emang gak akan pernah ingat. Hehe." Sandra sapat mendengar cowok disebrang sana sedang berdecak keras. Sandra merindukan cowok itu. Tatapannya melemah.

"San? Lo kenapa?" Bara jadi panik sendiri.

Sandra tersenyum disela-sela air matanya yang terus berjatuhan. "Aku ... Kangen ..."

Dan detik itu juga Bara ingin menangis. Jarak antara mereka memang sungguh menyiksa. Tenggorokan Bara rasanya seperti tercekat.

"Hei. Jangan nangis, gue mau nyanyi deh buat lo! Tunggu ya, gue ambil gitar!"

Sandra tidak melihat Bara untuk beberapa menit hingga cowok itu kembali sudah memangku sebuah gitar.

"Gue mau nyanyi lagu judulnya kangen. Lo jangan baper ya ..."

"Belum dinyanyiin aja udah baper, kak!" celetuk Sandra.

Perlahan, suara Bara yang diiringi suara gitar memenuhi indra pendengarannya. Dan lirik lagunya, pas ke ulu hatinya. Sangat menceritakan mereka.

"Semua kata rindumu, semakin membuatku tak berdayaaaa menahan rasa ingin jumpaaa percayalah padaku aku pun rindu kamu. Ku akan pulaaang."

Sandra tidak bisa berhenti menangis. Bahkan dia juga melihat cowok di seberang sana, yang sedang bernyanyi untuknya pun ikut menangis. Jarak memang sangat menyiksa.

***

Kesiannn yang LDR.

Sabar aelahh

Mungkin sekitar satu atau dua bab lagi cerita ini berakhir. Say good bye sama merekaaa.

Jangan lupa vote and comment.

Tertanda

💖u

Pelarian (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang