"Pada dasarnya, jarak itu menyiksa."
Budayakan vote sebelum membaca😤
***
Hari kelulusan pun tiba. Sandra, Arga, Venus, Faris, dan Zera. Mereka semua lulus. Tinggal menghitung hari lagi mereka akan mengikuti acara yang bernama 'Perpisahan'. Sandra, Venus, dan Zera sudah sibuk mencari baju untuk perpisahan. Memang disunnahkan mereka mengenakan kebaya.
Dan sekarang, mereka beramai-ramai sedang berada di sebuah cafe. Hingga ponsel Sandra berdering menunjukkan panggilan video dari pacarnya. Tanpa berpikir panjang, Sandra langsung mengangkat panggilan itu.
"Hai ..." Sandra melambaikan tangannya saking bahagia.
"Halo. Gue denger-denger, hari kelulusan ya? Gimana, pacarnya Bara pasti lulus kan?"
"Luluslah! Urutan keenam sih! Tapi, hebatlah! Rekor tau gak buat aku!"
"Iya iya. Aku hargai kok."
Sandra tertawa lepas. Lalu, ia mengulum kembali tawanya ketika melihat siluet wanita yang sudah dimakan usia namun tetap terlihat cantik. Mereka sudah kenal satu sama lain karena Bara dan Sandra sangat sering melakukan panggilan video.
"Halo oma ... good apa aja di sana!" ujar Sandra ceria yang dibalas kekehan dari Oma dan Bara di ujung sana.
"Halo sayang. Bara nih pelit sekali kalau udah video call sama kamu."
"Iyalah. Kan yang mau ngobrol itu Bara bukan Oma. Kalau ada Oma, Bara gak pernah dikasih kesempatan buat ngomong!" sungut Bara kesal.
Sandra hanya tertawa kecil melihat perdebatan antara mereka. Terlihat sangat membahagiakan.
"Ekhm ekhm gue keselek es batu liat orang LDR-an!" celetuk Faris yang langsung membuat Sandra mendongak.
"Gue keselek gajah liat dua sejoli lagi video call-an!" timpal Arga yang langsung membuat wajah Sandra berubah datar.
"Ciee bagi-bagi lah kalau lagi video call sama kak Bara! Kami juga mau liat," tambah Zera. Dasar mereka ini. Tidak bisakah melihat Sandra bahagia dengan dunianya?
"Dimana sih San? Kok rame bangett. Kayaknya ada suara-suara jin gitu deh."
"Iya kak! Aku lagi sama jin-jinnya SMA Tirta Jaya yang baru pensiun ... Mau liat gak?" Sandra mengarahkan kameranya ke mereka satu persatu.
"Halo Kak Bara!"
"Woy Bang!"
"Halo oma, halo Kak Bara."
"Halo oma."
"Widiih makin gemuk lo bang! Banyak makan daging ya di sana?"
"Gemuk darimananya sih Ris! Timbangan gue turun lima kilo juga!"
"What?!" Sandra mengarahkan kembali kameranya ke wajahnya. "Kok bisa? Gak makan ya? Gak boleh gitu ih! Nanti kekurangan gizi. Mau jadi apa anak gue nantinya kalau bapaknya kurang gizi!"
"Sut! Mikirin keturunan aja! Gue becanda. Cuma turun sekilo kok. Itu juga karena kurang tidur."
"Tuh kann. Gak boleh kurang tidur, kak! Ntar cepet tua! Nanti aku disangka nikah sama aki-aki!"
"Punya pacar kalau ngomong gak pernah difilter dulu ya!"
Sandra hanya bisa nyengir dan menampilkan deretan giginya. Mereka terus berbincang-bincang seperti biasanya. Terkadang oma turut ikut menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian (COMPLETE)
Ficção Adolescente"Maaf, ini hati. Bukan running track yang bisa kamu jadikan sebagai ajang berlari, apalagi pelarian!" ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Terkadang, takdir itu memang lucu. Saat Sandra mulai berhenti, Ba...