1. Perkara Berang-Berang

454K 21.2K 2.2K
                                    

Kau obati lukamu saja dulu, nanti kau juga tahu.

Setelah bersiap, Rindu mengegas motornya dengan kecepatan penuh menuju SMA Samudera. Kini Rindu sudah ada di depan gerbang, ada dua keberuntungan yang mungkin utusan monster baik berikan kepadanya.

Keberuntungan pertama, tidak ada OSIS menyebalkan yang menjaga gerbang pada pagi ini. Keberuntungan kedua, Pak Darmo, satpam SMA Samudera tertidur. Namun sialnya gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat.

Dan pagi ini, Rindu harus memanjat—lagi. Memang, memanjat gerbang sekolah bukanlah hal baru yang dialami oleh seorang Rindu Pressila.

"Manjat lagi, manjat lagi." Rindu menghela napas sejenak lalu mulai menaiki pagar sekolah.

Dengan napasnya yang tersengal-sengal Rindu terus berusaha untuk memanjat gerbang sekolah yang begitu tinggi. "Mau sekolah aja berasa lomba panjat tebing gue."

"Mending kalo dapet kulkas."

"Seenggaknya, kabel chargeran gitu."

Rindu terus berusaha untuk bisa memanjat pagar sekolah tanpa membuat Pak Darmo terbangun.

Namun ternyata dibawah sana ada sosok pemilik bola mata berwarna coklat gelap yang menatap Rindu dengan kesal, mungkin karena Rindu terlalu lama untuk memanjat. Lelaki itu berpangku tangan dengan melepas earphone yang tadinya ia kenakan.

Rindu sudah hampir berhasil, selangkah lagi ia akan melompati gerbang sekolahnya. Namun ia dikejutkan dengan Lelaki itu yang tiba-tiba saja memanjat gerbang sekolah tanpa berpikir jika ada Rindu disana.

"Eh..., eh." Rindu mencoba mempererat genggamannya pada pagar sekolah agar ia tidak terjatuh.

Rindu menatap kesal Lelaki itu. "Eh, sabar dikit kek."

"Lompat!" suruh Lelaki itu. Pasti tak lama lagi akan ada pengurus OSIS yang datang untuk mengabsen siswa terlambat.

"Cepetan! Masa kalah sama berang-berang?"

"Ya lo diem dulu, gue nggak bisa lompat."

"Ah, berang-berang aja bisa," tepis Lelaki itu. Ingin rasanya Rindu berteriak didepan wajahnya, apa hubungannya dengan berang-berang?
Rindu mengerutkan dahinya. "Berang-berang?"

Gerak Rindu terlalu lama sehingga membuat Lelaki itu berdecak kesal. "Lama lo."

"Kalah sama berang-berang."

"Emangnya gue berang-berang?" Rindu menatap kesal lelaki itu dan kembali mencoba untuk melompat.

"Aduh." Rindu mencoba untuk melompat, namun karena pagar yang terus bergoyang karena Lelaki itu yang terus memanjat membuatnya jatuh tersungkur ketika berhasil melompat.

Setelah Rindu berhasil melompati pagar walaupun harus jatuh tersungkur, Lelaki itu juga berhasil melompati pagar tanpa terjatuh.

Ia hanya menatap Rindu dengan wajah datar, melihat situasi yang sepertinya mulai tak aman, dengan wajah tanpa dosa ia memasuki sekolahnya dan meninggalkan gadis yang tengah jatuh tersungkur sendirian disana.

"Ah sialan."

Rindu membersihkan roknya yang menjadi sangat kotor serta membersihkan kakinya yang terluka dari debu. "Dapet kulkas nggak, nyusruk iya."

Sepertinya Pak Darmo terbangun, ia menatap Rindu samar-samar dari pos satpam. Rindu yang tadinya sibuk membersihkan kakinya kini beranjak bangun untuk menghindari Pak Darmo.

"Neng Rindu!" Pak Darmo sepertinya sudah menyadari jika Rindu manjat lagi, Rindu menunjukkan deretan giginya.

"Dadah, Pak Darmo. Bobok yang nyenyak ya."

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang