28. Lost Things

177K 13.2K 966
                                    

Seharian Rindu tak bisa tenang sebelum ia membicarakan semuanya dengan Gama. Namun, apakah Gama masih mau mendengarkannya? Perasaan Rindu sungguh tak karuan. Sesungguhnya di satu sisi Rindu merasa sangat senang karena ia mengetahui jika Monster Baiknya belum benar-benar pergi dan menghilang. Ia mengetahui jika Monster baiknya belum berubah menjadi Monster Jahat yang amat menyebalkan seperti Nino. Namun di lain sisi Rindu juga berpikir, apakah Gama akan tetap menjadi Monster Baiknya? Atau apakah Gama akan menjauh selamanya dari dirinya? Atau Gama akan membencinya? Pikiran-pikiran itu berkumpul menjadi satu di dalam kepalanya.

Yang Rindu bingungkan adalah, apakah Gama sendiri yang mengirim kotak di masa kecilnya itu? Jika iya, berarti Gama ingin mengklarifikasi semuanya, 'kan? Lalu mengapa Gama tetap menjauh dari Rindu?

Sepulang sekolah, Rindu cepat-cepat keluar dari kelasnya dan menghampiri koridor kelas Gama. Benar saja, disana terdapat Gama yang baru keluar dari kelasnya dengan langkah cepat. Gama menatap Rindu sejenak lalu mempercepat laju jalannya. Rindu berjalan cepat menyejajarkan posisi berjalannya dengan Gama.

"Gam, lo masih sibuk nggak?" tanya Rindu dengan berhati-hati.

Gama hanya menoleh kearah Rindu dengan tatapan sinis. "Masih."

"Bisa nggak gue ngomong sama lo? Sebentar aja." Rindu menatap Gama penuh harap, namun Gama membalasnya dengan tatapan tajam, dingin, dan mematikan.

Gama menghela napas berat. "Nggak."

"Gam, tapi ini penting."

Gama menatap Rindu lekat. "Bukan urusan gue."

"Nggak bisa ya lo dengerin gue sebentar aja?" tanya Rindu lagi.

Gama menatap Rindu lekat. "Bisa nggak sih lo nggak usah ganggu gue terus?"

"Mending lo pergi." Ucapan Gama seakan membalikkan kata-kata Rindu yang ia lontarkan pada Gama lebih dari satu minggu yang lalu.

Rindu menghela napas sejenak, hatinya kembali merasa sesak. Mungkin benar, kini Gama bukan monster baik untuknya lagi. Mungkin cerita tentang dirinya dengan monster baiknya harus berakhir bersamaan monster baik berhenti mengejarnya di kala senja hari itu.

Mata Rindu kini berkaca-kaca, ia tersenyum miris kearah Gama seraya mengangguk. "Iya, gue pergi."

Rindu segera pergi meninggalkan koridor kelas Gama, Gama menghela napas berat. Setelah Rindu pergi, ia menoleh ke belakang dan menatap langkah Rindu yang semakin menjauh.

Rindu duduk di kursi yang ada di koridor sekolah, wajahnya terlihat sangat murung. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, Gama sudah membuktikan ucapannya untuk menjauhi Rindu.

"Lo Rindu, 'kan?" Suara itu membuat Rindu menoleh kearah sumber suara itu. Rindu mengangguk seraya tersenyum kearah gadis yang tengah mengajaknya bicara.

Iya, itu Deandra. Gadis yang bersama Gama di UKS kemarin, Gadis yang Gama tatap dengan tatapan teduhnya, Gadis yang pernah sangat Gama sayangi. Dan Gadis yang Gama rangkul kemarin sore dihadapan Rindu.

Deandra tersenyum. "Boleh gue duduk?"

Rindu mengangguk seraya membalas senyumannya. "Duduk aja."

"Maaf kalo sebelumnya gue lancang, tapi gue boleh ngomong sesuatu sama lo?" tanya Deandra.

Rindu mengerutkan dahinya. "Ngomong apa?"

"Jangan biarin Gama ngejauh dari lo."

"Kenapa?"

"Karena cuma bakalan nyakitin perasaan lo berdua. Gue yakin, Gama sebenernya sayang banget sama lo."

"Lo pernah minta Gama buat ngejauhin lo, 'kan? Gue tau lo bener-bener kecewa, tapi yang Gama lakuin itu semuanya buat lo, Rin. Dia nggak mau kalo kehadiran dia cuma buat lo sakit hati. Padahal lo tau gimana sakitnya dia waktu dia harus ngejauhin lo dan ngedinginin lo kayak gini?" tanya Deandra.

Rindu menatap Deandra sejenak. "Kak, Gama cuma sayang sama Kak Deandra."

Deandra menggeleng seraya tersenyum. "Itu cuma perasaan lo aja, Rin. Lo ngomong gitu karena cemburu liat gue sama Gama kemarin, 'kan? Gue sama Gama cuma temen, Rin. Sekarang dia cuma sayang sama lo."

"Kalo dia sayang sama gue, dia nggak mungkin jadiin gue bahan taruhan."

"Rin, Gama itu orangnya cuek banget, dingin sama orang lain, nggak mungkin dia seperhatian itu sama lo kalo dia nggak sayang. Lo tau, bahkan dia selalu jagain lo dari jauh saat dia ngejauh? Dia selalu ada tanpa lo sadar. Lo tau apa yang Gama rasain jauh lebih sakit?"

"Gama bilang, dia taruhan sama Nino buat buktiin sesuatu sama lo yang nggak bakal lo percaya kalo misalnya dia langsung ngomong sama lo, dia juga nggak bilang lebih jelas. Tapi yang gue yakin, lo berdua saling sayang 'kan?" jelas Deandra.

Rindu terdiam sejenak, apakah mungkin mereka berdua saling menyayangi? Bagaimana dengan Rindu? Ia tak mengerti dengan perasaannya, apakah mungkin ia menyayangi Rindu?

Maksudnya buktiin kalo Monster Baik itu dia? batin Rindu.

"Rin, gue boleh minta tolong?" tanya Deandra. Rindu mengerutkan dahinya.

"Minta tolong apa?"

"Jangan buat Gama patah hati untuk kedua kalinya, Rin. Dulu Gama emang suka sama gue, tapi gue nggak bisa anggep Gama lebih dari temen."

"Gama sayang sama lo, dan gue yakin lo juga sayang sama Gama."

Rindu berpikir sejenak, maksud Deandra kesimpulannya adalah Gama menjadikannya bahan taruhan dengan Nino untuk membuktikan jika Gama adalah monster baik Rindu? Yang jika Gama mengatakan langsung pada Rindu sebelumnya, Rindu tak akan percaya?

Namun, apakah mungkin Gama menyayangi Rindu sementara sekarang Gama masih menjauhinya?

Gama menghela napas berat. Ia menutup pintu kamarnya kasar lalu duduk di tepi kasurnya.

"Gue udah bilang, gue nggak peduli, Gama! Lo nggak bisa denger atau emang nggak punya otak sih?" bentak Rindu.

Gama menghela napas berat. "Cewek berang-berang, gue minta maaf. Apa yang harus gue lakuin biar lo maafin gue?"

Rindu menatap Gama tajam. "Jauhin gue."

Gama tersenyum parau, ia menghela napas kembali. "Oke."

"Gue akan jauhin lo."

Menjauh dari Rindu dan bersikap dingin terhadap Rindu rasanya menyakitkan, namun jika itu dapat membuat Rindu tersenyum bahagia dan tidak tersakiti tanpanya itu cukup membuatnya bahagia. Mungkin memang seharusnya Rindu tak memaksakan dirinya untuk kembali masuk kedalam kehidupan gadis itu.

Harusnya ia sadar diri dan hanya menatap Rindu dari jauh. Namun mengapa Rindu seolah ingin bicara sesuatu yang penting kepadanya? Apa yang ingin Rindu sampaikan?

Pikirannya menjadi sangat kalut, lagi juga apa pentingnya kehadirannya di dalam hidup Rindu?

Ia membuka loker lemari yang ada disamping kasurnya, ia menatap foto Rindu yang tak sengaja ia ambil di tas Rindu disaat mereka kecil. Gama mengusap lembut foto Rindu seraya tersenyum. "Cantik, bahagia terus ya."

Mata Gama membulat kearah loker tersebut. Dimana kotak dan kunci itu? Ia yakin betul jika ia menyimpannya disini dengan baik-baik.

"Mana kotak sama kunci gue?"

Gama mengobrak-abrik lokernya hingga membuka lemarinya, namun kotak dan kunci yang selama ini ia simpan tak ia temukan.

Bukankah kunci dan kotak itu sudah ada di Rindu karena ada yang mengirimnya sebagai kado untuknya? Jadi bukan Gama yang memberikannya pada Rindu? Lalu jika bukan Gama, lalu siapa yang memberikan kotak dan kunci itu pada Rindu?

Apakah kau setuju jika menjauhi orang yang kau sayang lebih menyakitkan dibandingkan ditinggal saat sayang-sayangnya?

TBC

Author Note:
Kenapa Gama masih dingin aja sih? Apa mungkin Gama sama Rindu saling sayang? Oh iya, terus kalo bukan Gama yang ngasih kotak sama kunci ke Rindu terus siapa? Thanks for reading

Alya Ranti

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang