27. A Fact

176K 13.3K 1.4K
                                    

"Kalo kamu capek, kamu nggak usah kejar aku. Aku aja yang ngejar kamu."

Rindu mencoba membuka kotak itu, ia membuka gembok kotak itu dengan kunci yang ada diluar kotak.

Perlahan, ia mendapatkan beberapa foto kecil seseorang. Rindu menyipitkan matanya, ia sepertinya tak asing dengan sosok yang kini ia lihat didalam foto itu. Dibalik foto-foto itu terdapat beberapa pesan.

Maaf ya aku kasih foto aku, soalnya aku nggak punya foto sama kamu. Kata monster baik aku harus ngasih foto aku ke kamu biar kamu nggak kangen sama aku.

Rindu menggelengkan kepalanya, perasaannya seperti tertohok. Rasanya sungguh tidak mungkin dan tak dapat ia percaya. Disana juga terdapat sepucuk surat yang terlihat sudah sangat usang.

Halo, Pressil. Maaf ya aku nggak panggil kamu Rindu, aku nggak suka. Karena kita 'kan sering ketemu, jadi aku nggak Rindu sama kamu. Mungkin nanti aku panggil kamu Rindu kalo aku udah kangen sama kamu.

Pressil, maaf ya aku harus pergi ikut papaku. Sebenernya aku nggak mau, tapi kata monster baik nggak bagus ngelawan orang tua. Lagi juga, Papa traktir aku mie ayam sama es krim sih jadinya aku nurut aja.
Sengaja aku kasih kamu kunci ini biar kamu bisa buka kotaknya. Maaf aku nggak sempet bilang sama kamu, maaf aku harus pergi ke Amerika. Tapi aku janji, kalau nanti aku udah balik ke Indonesia aku bakal selalu cari kamu dan kita bakal temenan lagi.

Pressil, kamu jangan nangis lagi ya kalo ada geluduk. Kamu inget aja, monster baik pasti dari jauh bakalan jagain kamu. Dia pasti bakalan selalu jaga kamu.

Maafin aku ya Pressil, semoga kalo kita udah gede kita bisa ketemu lagi. Sampai jumpa, Pressil! Jangan lupa sama aku dan monster baik yang ngutus aku ya. Jangan pernah nangis lagi, aku nggak pergi dari kamu selamanya. Dadah, Pressil!

Utusan monster baik:
Gama Ardhino.

Rindu menggelengkan kepalanya, entah mengapa matanya menjadi berkaca-kaca setelah ia membacanya. Mengapa Gama tak bilang dari awal padanya? Jadi, selama ini Monster Baiknya adalah Dino bukan Nino? Mengapa ia baru mengetahuinya sekarang setelah Gama sudah benar-benar menjauh darinya?

Apakah Gama akan menjadi Gama yang seperti dulu? Apakah Gama akan kembali dan tidak menjauhinya lagi? Apakah hati Gama sekarang sudah untuk Deandra? Apakah Rindu dan Gama hanyalah akan menjadi sebuah masa kecil indah yang harus usai dan mereka lupakan satu sama lain?

"Gam, jadi lo itu Dino? Monster baik gue?" Bibir Rindu bergetar, seakan tak percaya dengan apa yang baru ia ketahui.

"Kenapa lo nggak bilang dari dulu?"

"Jadi ini alesannya kenapa tiba-tiba hilang? Jadi, Nino bukan monster baik?"

Rindu menghela napas berat, seluruh kenangan masa kecilnya dengan Gama, sang monster baik yang tersamarkan kembali terulang.

Hari itu, sang Monster Baik mengajak Rindu untuk kejar-kejaran di taman yang ada di depan sekolah Rindu. Namun Gama sudah berlari terlebih dahulu, jauh didepan Rindu.

"Monster baik, tungguin aku!" Rindu terus mengejar Gama untuk menyejajarkan posisi mereka.

Nafas Rindu terengah-engah, ia memegangi lututnya karena ia sudah tak kuat lagi berlari. Gama yang awalnya terus berlari menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang menatap Rindu yang sudah amat kelelahan.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang