26. Curious

182K 12.9K 1.5K
                                    

Rindu masih penasaran dimana keberadaan Gama, setelah acara ulang tahunnya selesai ia segera keluar dari ruang theater dan mencari sosok Gama. Bu Jeni juga menyuruh mereka untuk tetap berlatih setelah ulang tahun Rindu.

Rindu mencari sosok itu, sosok yang sudah berubah lebih dari seminggu itu. Jujur saja, hari-hari Rindu tak semenyenangkan dahulu saat sosok Gama yang selalu memanggilnya dengan sebutan cewek berang-berang.

Kadang ia bingung, apakah keputusannya salah? Tapi bukankah Gama hanya menjadikannya sebatas bahan taruhan?

Pikirannya terlalu kalut, bahkan ia melupakan kakinya yang terluka karena terjatuh saat memanjat tadi pagi. Rindu menghela napas berat. "Ke UKS dulu deh."

Rindu berjalan menuju ruang UKS, Rindu hendak membuka pintu UKS.Namun apa yang ia lihat dari luar sungguh tak dapat ia percaya.

"Udahlah, Gam. Gue nggak papa kok." Gadis itu bersikeras menolak pertolongan Gama, gadis itu mencoba mengambil tissue yang tengah Gama letakkan di hidungnya untuk menahan darah mimisan yang terus keluar dari hidungnya.

"Nggak papa gimana sih? Udah deh, De jangan banyak gerak." Gama mengelap hidung gadis itu dengan sangat lembut. Tatapan Gama terhadap gadis itu juga sangat hangat.
Iya, itu Deandra. Kakak kelas Rindu yang merupakan anggota theater SMA Samudera juga. Deandra adalah sekertaris theater yang Rindu tahu Deandra adalah sosok yang cantik, introvert, namun terkadang juga bisa jutek dan tegas. Rindu tak menyadari sama sekali jika Deandra tidak ada di ruang theater juga.

"Gama, gue nggak papa." Deandra menepis tangan Gama.

"Gue harus ke ruang theater." Deandra beranjak bangun dari posisi duduknya, namun Gama menahan lengan Deandra.

"Mau ngapain sih? Lo aja masih sakit, De."

Deandra menatap Gama sejenak. "Lo nggak dateng ke surprise ulang tahunnya Rindu?"

Gama menghela napas berat. "Lo masih mikirin orang lain disaat kondisi lo lagi begini?"

Kepala Deandra masih sangat sakit, kepalanya terasa sangat pusing. Darah kembali keluar bercucuran dari hidungnya. Gama menghela napas kasar. "Ini yang namanya nggak papa?"

Gama kembali menyuruh Deandra untuk duduk dan kembali meletakkan tissue di hidung Deandra agar darahnya tidak keluar lebih banyak lagi.

Deandra menatap Gama dengan tatapan sendu. "Gam, lo serius nggak mau dateng ke ulang tahun Rindu?"

"Gue yakin, dia masih berharap kalo lo dateng ke ulang tahunnya."

Gama menggeleng. "Enggak."

"Gam, gue cewek. Gue tau apa yang Rindu rasain, Gam. Dia pasti bakalan ngerasa sedih banget kalo lo beneran ngejauhin dia sampe nggak dateng ke acara ulang tahunnya."

"De, gue bilang nggak ya nggak." Gama tetap bersikeras.

"Lo pikirin dulu diri lo sendiri."

Deandra mengangguk pasrah seraya memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Tanpa Deandra prediksi, Gama menarik lembut kepala Deandra agar dapat bersandar di pundaknya.

"Cepet sembuh ya."

"Gue nggak mau liat lo sakit terus." Gama mengelus rambut Deandra perlahan, memberi kenyamanan pada gadis itu sehingga rasa sakit di kepalanya berkurang.

Entah mengapa perasaan Rindu seperti tersayat oleh ribuan pisau, seketika rasa sesak berkumpul menjadi satu didalam dadanya. Tatapan Gama terhadap Deandra sangat berbeda, tatapan itu sangat hangat dan menenangkan, perlakuan Gama terhadap Deandra juga berbeda.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang