18. Jadi Pacar?

223K 14.7K 4.2K
                                    

Rindu akhirnya bergegas kembali ke kelasnya dan hendak meninggalkan Gama di perpustakaan. Rindu bahkan tak memperhatikan tali sepatunya sehingga ia jatuh tersandung tali sepatunya sendiri karena menginjaknya.

Gama tertawa dari jauh, membuat Rindu menoleh kearah sumber tawa itu. "Nggak ada yang lucu."

"Cewek berang-berang, awas kesandung," ledek Gama. Padahal ia melihat sendiri jika Rindu sudah tersandung.

Rindu semakin kesal dengan Gama, ia menatap Gama kesal lalu keluar dari ruang perpustakaan.

Gama teriak dari jauh. "Rindu! Salam rindu buat berang-berang!"

"Awas kesandung lagi!"

Rindu berdecak kesal, mengapa disaat Rindu kesal dengannya Gama justru membuatnya semakin kesal? Biasanya kebanyakan cowok akan meminta maaf jika melakukan kesalahan dan menjelaskan alasannya se-detail mungkin walaupun alasan mereka tak seratus persen benar.

Tapi lihatlah Gama, perbuatannya untuk mendapatkan maaf Rindu sangat tak masuk akal. Ia mendatangkan Miti, terus meledeknya dengan sebutan berang-berang, dan kini? Gama menertawakannya ketika ia terjatuh. Bagaimana Rindu tidak kesal?

Rindu melangkahkan kakinya memasuki kelas lalu duduk di tempat duduknya. Rindu mendengus kesal. "Dasar cowok berang-berang aneh."

"Nggak bisa gitu ya sehari aja nggak nyebelin?" dumel Rindu. Rindu terlalu kesal dengan Gama hingga ia tak sadar jika ada seseorang yang duduk disampingnya.

"Awas aja ya, kalo ketemu lagi bakal gue bejek-bejek itu berang-berang!"

Lelaki yang duduk disampingnya terdengar tertawa hangat, suara yang sangat ia kenali namun sudah lama tak ia dengar. "Siapa sih yang bikin lo kesel gitu?"

"Bilang sama gue, 'kan gue monster baik lo."

Mendengar itu Rindu sontak menoleh kearah sumber suara itu. Rindu menatap sosok itu dengan tatapan aneh. Iya, sosok itu adalah Nino. Lelaki yang beberapa minggu lalu menamparnya, mengatakan jika dirinya adalah cewek murahan dan berkata jika ia sudah tak mau menjadi sahabat Rindu lagi.

Lalu sekarang, begitu menjijikan bukan tiba-tiba ia datang seperti itu?

"Minggir."

Nino menatap Rindu penuh bersalah. "Rin, maafin gue."

"Lo masih inget 'kan kalo gue monster baik buat lo? Gue nyesel udah nampar lo, Rin."

"Gue udah nyesel sekasar itu sama lo. Lo mau maafin gue 'kan, Rin?" Nino terus menatap Rindu. Rindu menatap Nino dengan tatapan malas.

Entah mengapa degupan itu tak ia rasakan lagi ketika ia bersama Nino. Rasa nyaman juga sudah tak tersirat lagi saat mereka bersama. Rasanya semuanya sudah berubah. Ia malah malas untuk berdekatan dengan Nino.

Jika dibandingkan dengan Gama, walaupun Gama menyebalkan bin aneh tingkat akut. Namun Rindu lebih memilih untuk berada didekat Gama dibandingkan di dekat Nino. Setidaknya, Gama tidak sekasar itu padanya.

"Lo nggak bisa denger? Minggir!" sentak Rindu, namun Nino tak juga menyingkir dari pandangan Rindu.

"Gue nggak akan minggir, sebelum lo maafin gue." Nino tetap bersikeras untuk ada di samping Rindu hingga Pak Gino memasuki kelas mereka. Mau tidak mau Rindu terima jika Nino harus ada di sampingnya hingga jam pelajaran berakhir.

Selama jam pelajaran, pikiran Rindu malah tertuju kearah cowok berang-berang menyebalkan itu. Apakah ia harus tetap marah pada Gama? Namun Gama sudah meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Bahkan, Gama melakukan hal-hal yang dapat membuat Rindu tersenyum kembali.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang