Gama mengantar Rindu pulang. Sepanjang perjalanan yang mereka bahas hanyalah seputar hal-hal yang tidak penting. Namun, Gama berhasil Rindu tidak merasa takut berkepanjangan terhadap petir.
Gama memberhentikan motornya di depan rumah Rindu. "Ini teh tarik lo, jangan lupa diminum. Soalnya nanti dokter bakalan bingung gimana ngobatin berang-berang masuk angin."
Rindu tertawa. "Iya, aneh lo."
"Jangan takut lagi ya, kalo ada yang berani bikin lo takut bilang sama berang-berang," ujar Gama. Rindu mengerutkan dahinya.
"Biar apa?"
"Biar dimakan lah."
Rindu tertawa. "Berang-berang udah kenyang makan lo."
"Yaudah, gue balik," ujar Gama setelah tertawa.
"Salam buat berang-berang didalem, kalo ada."
Gama kembali mulai mengegas motornya lalu kembali memakai helm-nya. Rindu tertawa.
"Hati-hati dimakan berang-berang!" teriak Rindu dari jauh. Gama hanya menatap Rindu dari kaca spionnya, tak sadar senyumannya mengembang menatap wajah Rindu yang tengah berteriak dari jauh.
"Dasar cowok aneh." Rindu bergegas memasuki rumahnya. Ia menemui Reina yang sudah ada di ruang tamunya. Ia tampak sedang mengintip dari jendela.
"Heh, ngintipin apa?" tanya Rindu. Reina tertawa.
"Ngintipin Cinderella yang abis dianterin sama Pangerannya," jawab Reina.
"Pangeran apa? Dia itu cowok berang-berang nggak jelas." Rindu duduk disamping Reina dan meletakkan dua gelas plastik teh garik diatas meja.
Memang, tadi Gama mengajak Rindu untuk membeli itu dulu. Katanya, supaya berang-berang tidak masuk angin.
"Gue bingung deh, Rin. Kenapa lo bisa kenal deket gitu sih sama Kak Gama?" tanya Reina. Rindu mengangkat kedua bahunya seraya meminum segelas teh tarik.
"Gue nggak deket. Minum, Rein."
"Nggak deket gimana? Kak Gama itu baik banget kalo lagi sama lo, Rin. Udah gitu, dia nurut aja lagi waktu lo maksa dia buat jadi Pangeran."
Rindu tertawa. "Iyalah, kalo dia nggak mau bakalan gue laporin ke BK gara-gara dia nyolong pancake gue."
"Dia itu nggak jelas, Rein."
"Lo pernah denger 'kan kata-katanya Kak Gama waktu dia belom tau kalo Cinderella-nya itu lo? Dia ketus banget, dingin, galak, serem."
"Tapi, dia bisa berubah waktu lagi sama lo. Lo ketemu Kak Gama dimana sebelumnya?" tanya Reina.
"Gama itu cuma cowok aneh yang tiba-tiba ikutan manjat dan manggil gue cewek berang-berang."
"Setiap ngomong, pasti ada berang-berangnya. Kurang aneh apalagi coba senior lo?" tanya Rindu seraya tertawa.
"Sumpah ya, Rin. Kak Gama itu serius orangnya, nggak suka bercanda kayak gitu. Pokoknya beda banget deh kalo nggak lagi sama lo."
"Atau jangan-jangan, Kak Gama suka sama lo lagi?" tebak Reina. Rindu bergedik geli.
"Ya nggaklah, ngaco aja."
"Udah minum teh tarik-nya." Rindu memberikan segelas teh tarik itu kepada Reina. Reina meminum teh tarik itu tetapi masih menatap Rindu bingung.
"Percaya deh, Rin. Kak Gama suka sama lo."
"Amit-amit." Rindu menutup kedua telinganya dengan tangan mungilnya.
"Mendingan sama Kak Gama daripada galau gara-gara Nino terus."
"Bodo amat, gue mau mandi." Rindu pergi meninggalkan Reina yang terus menerus membahas Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...