23. A Secret

196K 13.5K 1.1K
                                    

Gama kembali ke rumahnya, matanya membulat kearah kasurnya yang sudah sangat berantakan oleh makanan dan minuman ringan. Disana juga ada seorang lelaki yang tengah menonton televisi di kamar Gama seraya menyantap makanan ringan itu.

Gama menghela napas pasrah, Karrel, sahabatnya memang tak pernah tak membuat kamarnya berantakan tiap kali Karrel ke rumahnya.

Sambil menguyah, Karrel menoleh kearah Gama yang ada di ujung pintu. Lelaki itu terkekeh kecil. "Eh, abang Gama udah pulang?"

Gama mendengus kesal lalu merebahkan tubuhnya diatas kasurnya juga, ia menghela napas sejenak. "Gam, lo tau nggak?"

Karrel beranjak duduk dan menatap Gama serius. "Tadi, gue nyolong gorengan Nyai lagi."

"Tapi karena gue udah profesional, Nyai nggak ngejar-ngejar gue lagi buat bayar gorengan," lanjut Karrel. Gama memutarkan kedua bola matanya malas. Ia justru mengganti acara televisi dengan remote-nya.

Apa-apaan Karrel, lelaki itu sedari tadi menonton film kartun Timy Time.
Karrel merasa kesal karena Gama tak menghiraukannya. "Gam, lo dengerin gue nggak sih?"

Gama menoleh sejenak. "Denger."

"Keren 'kan gue?" lanjut Karrel lagi. Gama menatap Karrel malas.

"Paling Nyai cuma niat sedekah buat maling-maling gorengan kayak lo!" timpal Gama.

Karrel mendengus kesal. "Eh iya, lo kemana tadi? Kok lama amat?"

"Nganterin Rindu."

Karrel membulatkan matanya. "Rindu? Emangnya taruhan lo belom kelar?"

"Udah."

"Lo taruhan sama siapa sih, Gam? Nino? Sahabatnya Rindu itu? Kapan? Buat apa lagi coba? Lo taruhan apaan? Motor? Mobil? Rumah? Lo tinggal minta sama Om Revo atau minta sama Tante Alea cantik nan baik hati pasti mereka bakal ngasih. Nggak harus taruhan kayak gitu Babang Gama! Lo nggak kasihan sama gue? Reputasi gue sebagai teman lo bisa turun! Apalagi reputasi gue sebagai pencuri gorengan professional!" cerocos Karrel.

Gama menghela napas kasar. "Jadi, gue harus jawab yang mana dulu?"

Karrel mengelus dadanya, mencoba untuk bersabar akan sikap sahabatnya ini. Panjang lebar ia bicara dan Gama merespons seperti itu?

"Lo taruhan sama Nino?" ulang Karrel.

Gama mengangguk. "Iya."

"Kapan?" tanya Karrel lagi.

"Udah lama."

"Buat apaan?"

Gama menghela napas sejenak, ia mengangkat kedua bahunya. "Ada lah, lo nggak bakal ngerti, Rel."

Mata Gama nampak menyembunyikan sesuatu yang Karrel tak ketahui. Gama memang dekat dengan Karrel, namun Karrel tak mengetahui seluruh rahasia Gama.

"Kok lo main rahasia-rahasiaan sih kayak Detective Conan! Ayolah, aku nggak bisa diginiin!"

Gama mendengus geli. "Gila lo, nanti juga lo tau."

"By the way, lo tau tadi Aksa udah masuk sekolah? Lo tau Aksa, 'kan? Bocah bar-bar yang nampar Pak Beno!"

Gama mengangguk. "Tau."

"Lo tau juga kalo Aksa suka sama Rindu dan ngejar-ngejar Rindu dari Rindu kelas sepuluh? Aksa itu bakal ngelakuin apapun buat dapetin apa yang dia mau, Gam."

"Udah tau, tadi gue ngeliat Aksa sama Rindu."

"Aksa lagi godain Rindu?" tanya Karrel lagi.

Gama mengangguk.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang