Disini, anggep gue bener-bener jadi Pangeran lo.
✏
Rindu tak begitu memikirkan ucapan Karrel kemarin, karena mustahil 'kan jika Gama akan secepat itu jatuh cinta kepadanya padahal mereka baru kenal kemarin?
Pagi ini, Rindu sengaja berangkat lebih awal daripada biasanya. Karena ia pikir, ia terlalu lelah untuk terus memanjat sekolahnya setiap pagi. Namun nyatanya dewi fortuna kembali tak berpihak padanya, motor Rindu mogok dijalan tanpa aba-aba.
Terpaksa Rindu harus mendorongnya hingga ke bengkel, sialnya lagi motor Rindu mengalami banyak kerusakan sehingga perlu waktu lama untuk membenarkannya.
Rindu menatap jam tangannya, sekarang sudah jam 06.45. Tak akan cukup waktu untuk sampai ke sekolah tepat waktu, jika ia meninggalkan motornya dan memesan ojek online pun tetap tak akan cukup.
Mata Rindu membulat kearah sosok yang tak asing baginya. Iya, itu Gama alias cowok berang-berang yang tengah melintasi motor tak jauh dari sana.
Rindu beranjak berdiri. "Bang, saya tinggal motornya diambil nanti ya."
"Iya, Neng."
Rindu berlari secepat mungkin. "Gama!"
Rindu berteriak memanggil nama itu, namun sepertinya Gama sama sekali tak mendengar. Akhirnya, Rindu berdiri ditengah jalan untuk menghadang Gama.
Gama membulatkan matanya, terkejut dengan sosok cewek berang-berang yang seketika ada dihadapan motornya. Benar-benar gila. Gama dengan cepat mengerem motornya agar tidak menabrak gadis itu.
Gama membuka kaca helmnya, lalu menatap Rindu lekat. "Cewek berang-berang, lo ngapain sih ditengah jalan kayak gitu?"
"Lo tahu nggak, kalo sampe gue nabrak lo gue bisa kena kasus pembunuhan hewan langka yang dilindungi. Lo mau tanggung jawab?" tanya Gama. Rindu menghela napas sejenak, mencoba mengatur napasnya yang kini sudah tak karuan.
"Motor gue mogok, lama kalo ditungguin, 15 menit lagi udah masuk. Lo nggak mau berbuat baik buat menambah pahala pagi-pagi gitu?" Rindu bermaksud agar Gama menawarkannya berangkat bersama ke sekolah. Ini hanya karena ia terlalu malas memanjat, jika tidak ia juga sangat malas untuk meminta Gama untuk mengantarnya.
"Maksudnya, lo butuh tumpangan gitu?" tanya Gama. Rindu menunjukkan deretan giginya.
"Motor gue nggak biasa dinaikin berang-berang, takut kaget," jawab Gama. Motor Gama memang tak pernah dinaiki siapapun kecuali dirinya, Karrel, dan kedua orang tuanya.
"Mending sekarang lo minggir, ngalangin jalan tau nggak?" suruh Gama.
"Lo beneran nggak mau berbaik hati, Gam?"
Gama mengerutkan dahinya. "Tumben lo manggil gue pake nama."
"Yaudah naik." Gama tertawa sejenak. Rindu membulatkan matanya.
"Lo-serius?" tanya Rindu.
"Naik sebelum gue berubah pikiran."
Karena ucapan Gama tersebut, tanpa aba-aba Rindu langsung menaiki motor Gama sehingga membuat Gama kewalahan. "Berang-berang emang suka bar-bar ya?"
"Cepetan jalan!" Rindu menepuk pundak Gama. Gama menghela napas pasrah, ia mengegas motornya dengan kecepatan normal menuju sekolah.
"Lo kenapa sih manggil gue berang-berang mulu?" tanya Rindu. Gama menatapnya dari kaca spion.
"Suka-suka gue lah."
Rindu mendengus kesal. "Pokoknya jangan panggil gue berang-berang lagi!"
"Semoga, kalo nggak lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...