"Argh! Dimana sih itu kunci sama kotak?" Gama terus mengobrak-abrik isi lemarinya, namun barang-barang itu tak ia temukan. Mana mungkin ada orang yang mengetahui tentang kotak dan kunci itu selain dirinya dan Rindu?
Gama menoleh kearah jam dinding rumahnya, tanpa sadar sekarang waktu menunjukkan pukul 7 malam. Gama harus berlatih adegan bersama Rindu di Grocks Studio Theater. Gama menarik napas kasar lalu mengambil kunci motor yang ada diatas meja.
Gama segera bergegas menghampiri motornya dan mengegasnya dengan kecepatan kencang, tak sampai 15 menit Gama sudah sampai di Grocks Studio Theater. Gama segera memasuki ruangan theater, disana sudah ada Rindu yang tengah memegang kertas naskah drama mereka.
Rindu menghela napas sejenak lalu menatap Gama dengan tatapan lekat. "Lo telat 15 menit."
Gama menatap Rindu balik dengan tatapan yang masih dingin. "Oh."
Tak lama kemudian mereka berlatih adegan sebagai Cinderella dan Pangeran. Adegan demi adegan sudah mereka lalui, tiba saatnya adegan dansa yang membuat perasaan Rindu tak karuan.
Rindu menatap Gama lekat, mata hazel itu menatap Rindu dingin. Sungguh, jika boleh jujur Rindu sangat merindukan sahabatnya alias monster baik. Andaikan semuanya dapat ia ulang kembali, pasti semuanya tak akan seperti ini.
Apakah Gama akan terus membenci Rindu? Apakah Gama akan terus bersikap dingin seperti ini? Apakah Gama masih akan menganggap Rindu sebagai sahabatnya? Jangankan sahabatnya, mendengarkan ucapannya saja Gama tak mau. Untuk berbicara sebentar saja dengan Rindu ia tak mau. Bagaimana Gama bisa kembali menjadi sahabatnya? Bagaimana Gama bisa menjadi Gama yang dahulu? Gama yang selalu memanggilnya dengan sebutan cewek berang-berang?
Jika boleh jujur, Rindu sangat merindukan saat-saat Gama selalu tiba-tiba muncul dihadapannya dan memanggil Rindu dengan sebutan cewek berang-berang. Rindu sangat menyesal, andaikan saja waktu dapat ia ulang pasti ia tak akan menyuruh Gama untuk menjauhinya. Andaikan Rindu mengetahui segala kebenarannya sejak awal.
Kini Gama membencinya, Gama tak mau lagi berbicara dengannya, mereka bertemu hanya karena paksaan Bu Jeni untuk tetap berlatih theater.
Rindu menatap Gama semakin lekat, tatapan Gama yang sangat mendinginkan membuat hati Rindu merasa semakin sesak sekarang.
Monster baik, gue kangen sama lo. Kapan lo mau ngomong sama gue? Kapan lo berhenti benci gue? Gue minta maaf, batin Rindu dengan terus menatap Gama tanpa henti.
Gama sadar jika Rindu terus menatapnya.
"Adegannya udah selesai." Gama melepas kedua tangan Rindu yang tadinya berada di pundaknya.
Gama meraih tasnya lalu bergegas untuk keluar dari ruang studio. Rindu menatap Gama dari belakang. "Lo mau balik?"
Gama hanya menatap Rindu tajam lalu melewati Rindu yang ada dihadapannya.
"Gam, boleh nggak gue ngomong sebentar? Kali ini aja." Rindu kembali menghadang Gama yang ingin berjalan.
"Nggak." Gama ingin kembali berjalan, namun Rindu tetap menghadangnya.
Rindu menatap Gama sendu. "Sebentar aja, Gam."
Gama malah menatap tatapan Rindu dengan tatapan yang begitu tajam. "Minggir."
Rindu tak menyerah, ia menghadang tubuh Gama yang sebelumnya sudah bergegas berjalan.
Gama menghela napas kesal. "Minggir, gue mau balik."
Rindu masih tak menyerah, ia tetap menghadang Gama.
"Gue cuma mau ngomong sebentar aja sama lo."
Gama menatap Rindu semakin tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...