19. Jatuh Cinta

213K 14.8K 1.8K
                                    

"Tapi pasti lo bakal jadi pacarnya berang-berang, percaya sama gue."

Rindu masih membeku, ia tak tahu apa yang harus ia katakan dan ia lakukan sekarang. Jantungnya berdegup begitu kencang sehingga ia dapat merasakan jika darahnya berdesir lebih cepat.

Rindu menatap Gama balik, mata yang sudah menatapnya terlebih dahulu dan mampu membuatnya tak karuan seperti ini. "Hah?"

"Iya, lo mau nggak jadi pacarnya berang-berang?"

Rindu masih tak mengerti. "Maksud lo, gimana?"

"Nggak papa, nanya aja."

"Mau ngasih tau berang-berang, biar dia siap kalo nantinya ditolak atau keduluan orang lain," jawab Gama santai, tapi tidak dengan Rindu. Pikiran Rindu masih tertuju entah kemana.

"Tapi nggak papa kalo lo nolak dia."

Gama membisikan sesuatu di telinga Rindu. "Dia bakalan terus usaha sampai lo mau jadi pacarnya."

"Dia bakalan tetep jatuh cinta sama lo apapun keadaannya."

Jantung Rindu semakin tak karuan. Jika kau bisa melihat wajah Rindu sekarang, wajah Rindu sudah seperti udang rebus yang panas nan berwarna kemerahan. "Berang-berang?"

Gama mengangguk. "Iya, dia mau lo jadi pacarnya."

Rindu mengerutkan dahinya. "Hah? Maksud lo apa sih?"

Gama meraup wajah Rindu. "Hoh."

Rindu menepis tangan Gama dan menatap Gama dengan tatapan lekat. Mata Gama juga membalas mata Rindu yang sudah menatapnya terlebih dahulu.

"Gam, maksud lo gimana sih?"

"Gue nggak ngerti."

Gama tersenyum hangat. Tuhan, mengapa kau bisa menciptakan senyuman yang dapat melelehkan hati Rindu? Senyuman itu sangat menenangkan, menghangatkan, namun di satu sisi senyuman itu dapat membuat jantung Rindu berdebar tak karuan.

Gama mendekatkan wajahnya dengan wajah Rindu. "Dia mau jadi pacar lo, kurang jelas?"

Tuhan, mengapa jantung Rindu ritme debarannya semakin cepat? Apa sekarang Rindu sedang terkena sakit jantung? Atau mungkin serangan jantung mendadak?

"Maksudnya yang mau jadi pacar gue itu berang-berang atau—lo?" tanya Rindu dengan perlahan.

Reaksi Gama hanya tersenyum tipis saja. "Lo maunya siapa?"

Rindu hanya terdiam, ia tak mengerti apa yang Gama katakan. Ia terdiam mengatur dirinya sendiri karena yang tengah ia rasakan sungguh tak dapat ia mengerti.

Gama tertawa sejenak. "Nggak usah dipikirin. Kata berang-berang dia cuma nanya kok, nggak harus dijawab."

"Mau lo jadi pacarnya atau enggak, dia bakalan selalu jatuh cinta sama lo."

"Mending sekarang bahas dialog."

Gama mengacak-acak rambut Rindu lalu berjalan ke ujung ruangan dan mengambil sesuatu. Rindu menatap Gama dari belakang, mencoba mengerti apa yang diucapkan Gama.

"Dia mau jadi pacar lo, kurang jelas?" ucapan Gama seakan terngiang jelas dibenaknya.

Rindu menoleh kearah Gama yang kini sudah kembali duduk disampingnya seraya membawa naskah dan alat tulis. "Kayaknya ada yang harus direvisi."

Akhirnya mereka merevisi beberapa dialog yang dianggap janggal dan beberapa bagian yang di rasa tak perlu. Kurang lebih satu jam mereka merevisi dialog, entah mengapa Rindu jadi merasa lebih gugup. Sesekali ia menatap Gama, namun ketika Gama menatapnya kembali dengan lekat, Rindu malah melihat kearah yang lain.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang