13. Fought

221K 15.9K 1.8K
                                    

Hati-hati, yang diamit-amitin biasanya yang jadi.

Rindu juga tak mengerti mengapa ia tak terlalu memikirkan Nino, ia justru menjadi tertawa sendiri melihat gambar berang-berang yang dikirimkan oleh Gama.

"Berang-berang lucu juga ya." Rindu tertawa seraya mengubah-ubah posisi tidurnya.

Keesokan harinya, Rindu akhirnya bisa datang tepat waktu ke sekolah. Rindu memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Rindu turun dari motornya.

"Neng Rindu tumben datengnya pagian?" ledek Pak Kasman, penjaga parkiran SMA Samudera.

Namun tiba-tiba Gama dengan motor besarnya parkir di samping motor Rindu. Lelaki itu membuka helmya lalu menghampiri Rindu dan Pak Kasman.

"Iya, Pak. Dia mau ngasih makan berang-berang dulu."

"Jagain ya Pak motornya, motor berang-berang mahal soalnya."

"Bang Gama tumben ada suaranya, biasanya nggak pernah ngomong. Ada pacarnya ya?" ledek Pak Kasman.

"Kalian kapan jadiannya? Kok bapak nggak denger gosip?"

Gama terkekeh kecil.

"Pacar lo bukan?" tanya Gama kearah Rindu. Rindu menatap Gama kesal.

"Apaan sih, Pak. Ngapain juga saya pacaran sama cowok aneh kayak dia," tepis Rindu. Pak Kasman tertawa.

"Belum berarti, bapak doain semoga secepatnya ya," ledek Pak Kasman. Rindu semakin kesal. Mengapa semua orang bilang jika Gama pacarnya? Padahal jelas-jelas cowok berang-berang menyebalkan itu bukan pacarnya.

"Amit-amit, mending saya sama berang-berang."

"Tuh 'kan sama-sama ngomongin berang-berang, Neng."

"Hati-hati, yang diamit-amitin biasanya nanti yang jadi."

Rindu memutarkan kedua bola matanya malas lalu segera pergi dari parkiran sekolah.

Gama tertawa lalu mengikuti langkah Rindu. Rindu menoleh kearah Gama. "Lo ngapain?"

"Mau sekolah lah, masa jadi pawang berang-berang," jawab Gama meledek. Rindu berdecak kesal.

"Lo ngapain ngikutin gue?"

"Mantau kegiatan hewan langka." Jawaban Gama justru membuat Rindu semakin kesal.

"Kita sebagai warga negara yang baik harus membantu dan meringankan tugas kepolisian, ini salah satunya."

"Kalo nanti berang-berang mendadak kenapa-napa gimana? Hancur sudah bilantika perhewanan Indonesia."

Omongan Gama semakin tak jelas. Rindu menatap Gama kesal. "Udah berapa kali sih gue bilang? Gue bukan berang-berang."

"Jadi, berhenti panggil gue berang-berang."

Bibir Gama hanya mengikuti ucapan Rindu yang sedari tadi berbicara. "Lo pagi-pagi ngeselin banget sih?"

"Kalo siang-siang boleh?" tanya Gama meledek.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang