Rindu melengkungkan senyuman di bibirnya. Setelah mereka selesai menghabiskan es krim mereka masing-masing, Gama memutuskan untuk mengantar Rindu pulang. Karena mentari sudah tampak lelah dan sebentar lagi mungkin ia akan terbenam.
Rindu bergegas untuk menaiki motor Gama.
"Tunggu." Suara Gama membuat Rindu tak langsung menaiki motornya.
Rindu menatap Gama bingung. "Tunggu apa?"
Gama melepas jaket yang terbalut di tubuhnya dan memberikannya pada Rindu. "Ini apa?"
Gama tertawa sejenak seraya menatap Rindu gemas. "Cewek berang-berang, berang-berang juga tau kalo itu jaket."
"Iya gue juga tau kalo itu jaket, tapi kenapa lo kasih ke gue?" tanya Rindu bingung.
Gama tersenyum tipis. "Disuruh berang-berang, katanya sekarang dingin makanya lo disuruh pake."
"Dia nggak mau kalo calon pacarnya sakit."
"Mau, 'kan?"
Rindu terkekeh kecil. "Iya, cowok berang-berang cerewet."
Rindu akhirnya memakai jaket yang Gama berikan, jaket itu tampak kebesaran di tubuh Rindu. Tak lama kemudian, Rindu menaiki motor Gama.
Hari itu mungkin hari yang sangat menyenangkan bagi Rindu. Gama selalu punya cara untuk membuat Rindu selalu tertawa. Dan yang Rindu tahu dari hari ini adalah Gama mempunyai kemampuan baru, yaitu membuat degupan di jantungnya tak karuan dan rasa nyaman yang bersamaan hadir.
Jika kalian tak percaya, biarkan senja yang hari ini menyaksikan semuanya yang menjadi saksinya. Aroma parfum khas Gama yang keluar dari jaketnya juga menjadi saksi, perasaan nyaman semakin menjadi-jadi ketika Rindu merasakan aroma itu di hidungnya. Rasanya, Rindu sangat bersyukur kepada tuhan karena ia telah menciptakan manusia seperti Gama.
Karena Gama, Rindu bisa tahu jika hidup tak selamanya tak menyenangkan. Rindu tahu bagaimana rasanya tertawa setiap hari, merasa senang setiap hari. Hanya saja, ada satu yang ingin Rindu tanyakan.
Apakah dirinya sedang jatuh cinta? Haruskah dirinya jatuh cinta? Apakah Gama adalah benar-benar orang yang tepat? Entahlah, Rindu tak mengerti makanya ia ingin bertanya. Yang Rindu tahu, setiap kali ia bersama Gama ia tak bisa tak tertawa, ia tak bisa menahan senyumnya karena ucapan Gama yang sebetulnya tidak jelas.
Tak sampai 20 menit, Gama menghentikan motornya di depan rumah Rindu.
"Makasih ya, Gam." Rindu bergegas memasuki rumahnya.
"Cewek berang-berang, jangan lupa." Suara Gama membuat Rindu menoleh ke belakang dan mengurungkan niatnya untuk memasuki rumahnya.
Rindu menatap Gama heran. "Cowok berang-berang, jangan lupa apaan sih?"
"Kata berang-berang, cowok juga bisa kedinginan," jawab Gama. Rindu terkekeh kecil, ia lupa jika ia tengah memakai jaket milik Gama. Ia melepaskan jaket itu dan memberikannya pada Gama.
"Makasih," ujar Gama seraya tersenyum. Rindu mengerutkan dahinya, mengapa Gama yang mengucapkan terimakasih? Padahal harusnya ia yang berterimakasih.
"Cowok berang-berang, harusnya gue yang bilang makasih."
Gama tersenyum. "Makasih udah mau bantuin gue jagain calon pacarnya berang-berang."
Rindu tertawa seraya menggelengkan kepalanya. "Nggak jelas tau nggak sih lo?"
Gama jadi ikut tertawa, rasanya perasaan bahagia itu hadir ketika ia melihat Rindu tertawa. "Oh iya, jangan lupa."
Rindu kembali terbingung. "Jangan lupa apa lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Novela Juvenil#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...