"Bau hujan itu sederhana, tapi bikin tenang."
✏
[Kalau bisa bacanya sambil dengerin multimedia ya]
3 hari tanpa Gama bagi Rindu sangat berbeda. Ketika merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, Rindu pun sebenarnya tak tahu apa penyebabnya. Apa mungkin hilangnya Gama yang biasanya tiba-tiba hadir dalam hidup Rindu membuatnya merasa ada yang berbeda?
Apalagi sekarang, Rindu harus latihan theater tanpa Gama. Selama Gama di skors, Bu Jeni memutuskan Bimo yang menggantikan Gama sementara. Walau hanya untuk lawan main Rindu selama berlatih saja, tapi tetap saja menyebalkan bagi Rindu. Katanya, Bimo itu tampan dan keren. Tapi tidak bagi Rindu. Baginya Bimo terlalu tebar pesona selayaknya playboy yang memiliki banyak incaran.
Kabar yang tersebar beberapa bulan yang lalu adalah Bimo menyukai Rindu. Bimo juga sering kali memberikan pesan kepada Rindu atau sekadar menyapa ketika pagi hari Rindu lewat didepan kelasnya, tetapi Rindu tak pernah menggubrisnya.
Padahal Gama lebih aneh dan menyebalkan daripada Bimo. Tapi mengapa Rindu justru seakan meladeni Gama dibandingkan Bimo? Rasanya bersama Gama sangat menyenangkan dan menenangkan. Tak peduli jika orang-orang bilang Gama galak dan menyeramkan, namun saat bersamanya Rindu sama sekali tidak menemui apa yang orang-orang katakan. Justru yang ia temui adalah Gama sangat aneh, menyebalkan, tapi selalu berhasil membuatnya tertawa.
Bimo menatap Rindu lekat seraya tersenyum genit, karena setelah ini adalah adegan Cinderella berdansa dengan pangeran, tetapi Rindu justru menatap Bimo dengan tatapan malas.
"Apa lo liat-liat?" tanya Rindu malas. Bimo tersenyum sejenak."Pangeran 'kan lagi liatin Cinderella-nya, masa nggak boleh?" tanya Bimo balik. Rindu memutar kedua bola matanya malas.
Bimo menatap Rindu semakin lekat, ia tampak tersenyum penuh arti. "Wahai nona cantik, maukah kau berdansa denganku?"
Bimo memulai adegan selanjutnya, ia tampak mengulurkan tangannya kearah Rindu. Sungguh sangat menyebalkan, haruskah Rindu berdansa dengan Bimo?
Saat Rindu terpaksa hendak meraih tangan Bimo, ada tangan yang meraih tangan Bimo terlebih dahulu.
"Bukan muhrim." Rindu sangat mengenali suara itu. Rindu menoleh kearah sumber suara itu, iya benar, itu adalah Gama si cowok berang-berang aneh nan menyebalkan. Gama lalu menepis tangan Bimo dan berdiri diantara Bimo dan Rindu.
Bimo menatap Gama malas, mengapa ia harus tiba-tiba datang ketika dirinya hampir berhasil berdansa dengan gadis impiannya? "Kak—tapi Bu Jeni bilang, saya yang gantiin kakak selama kakak diskors."
"Mau kamu yang saya skors?" Gama menatap Bimo dengan suara tegas dan tatapan mengintimidasi.
"Enggak Kak, maaf." Bimo menundukan kepalanya seraya mengangguk lalu meninggalkan Gama dan Rindu berdua disana.
Beberapa mata menatap Gama dan Rindu sejenak.
"Kerjakan tugas masing-masing!" bentak Gama membuat yang ada disana menatap Gama takut lalu menundukan kepalanya.
"Sekarang!" sentak Gama lagi yang membuat orang yang ada di ruangan itu kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.
Rindu menatap Gama. "Galak banget sih."
"Biarin, biar kayak berang-berang."
Gama menatap Rindu dengan tatapan yang menyejukkan. "Jangan dansa sama Bimo, nanti dimarahin berang-berang."
Rindu tertawa. "Kok dimarahin?"
"Berang-berang belum pernah dansa sama lo soalnya," jawab Gama dengan tetap menatap Rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...