Sore itu, Rindu tak main-main dengan ucapannya. Ia benar-benar berada di area balap bersama Gama.
Gama menatap Rindu sejenak sebelum balapan dimulai. "Cewek berang-berang, lo beneran nggak mau minum teh tarik aja?"
Rindu menoleh. "Nggak."
"Gimana kalo ke toko boneka beli boneka berang-berang?" tanya Gama.
"Nggak, pokoknya hari ini kita harus tetep balapan. Inget ya, kalo gue menang lo harus tutup mulut!" jawab Rindu. Gama tertawa sejenak.
"Iya deh iya, duluan gih." Gama mempersilahkan Rindu untuk melintas terlebih dahulu.
"Kok gitu? Bareng lah."
"Cewek berang-berang, lo 'kan pernah bilang sama gue kalo ladies first."
Rindu menghela napas sejenak, ia mengegas motornya dengan kencang terlebih dahulu. Gama dibelakang justru berteriak. "Jangan ngebut-ngebut, Rin. Nanti nabrak berang-berang!"
Sepertinya Gama memang tidak menganggap serius tantangan Rindu untuk balapan motor. Ia mengegas motornya dengan kecepatan normal, setidaknya ia tak akan membalap Rindu.
Gama menyesuaikan kecepatan motornya agar dapat berada disamping Rindu. Rindu kembali mengegas motornya dengan kecepatan kencang, namun Gama terus menyesuaikan kecepatan motornya agar motornya dapat berdampingan dengan Rindu.
Rindu menghela napas sejenak, ia menoleh kearah Gama. "Cowok berang-berang, lo mau balapan atau mau jalan-jalan sore sih?"
Gama justru tertawa. "Maunya apa?"
"Ya balapan lah, pake nanya."
"Lo maunya gue ngebut juga?" tanya Gama.
"Iyalah."
"Yakin?" tanya Gama seraya menaikkan satu alisnya.
"Ya iya cowok berang-berang."
"Serius?"
"Lo kenapa nanya mulu sih kaya pembantu baru?" Rindu menghela napas kesal.
"Kalo gue ngebut nanti lo lebih ngebut."
"Kalo lo ngebut nanti lo jatoh."
"Gue nggak mau lo jatoh," ujar Gama seraya menatap Rindu dengan tatapan lekat. Matanya membola kearah Rindu seakan tak ingin melepaskan tatapannya. Rindu membalas tatapan cowok berang-berang itu, mata mereka bertaut dalam sekejap waktu. Seketika suasana hening, mata mereka seakan sama-sama menunjukan pancarannya.
Keheningan itu terpecahkan ketika Gama membuka suara.
"Soalnya—nanti diomelin pak polisi kalo berang-berang jatoh. Berang-berang 'kan hewan langka," ujar Gama seraya tertawa.
Rindu menatap Gama sejenak. Entah, seketika desiran hangat menghampiri perasaannya.
"Terserah lo."
"Dasar berang-berang aneh!" Rindu menghela napas lagi lalu mengegas motornya dengan kecepatan kencang.
Lagi-lagi Gama berteriak. "Semangat!"Setengah perjalanan, cuaca mendung di sore ini benar-benar menurunkan hujan. Hujan deras membasahi ibu kota membuat Rindu tak dapat melihat apa yang ada didepannya demgan jelas.
Hujan semakin deras, Rindu yang terlalu cepat mengendarai motor membuat Gama tak dapat menjangkau gadis itu. "Rin, jangan ngebut-ngebut!"
Gama berteriak, berharap Rindu mendengarnya. Namun rasanya suara hujan yang begitu derasnya mengalahkan suara Gama.
Sialnya suara petir kembali menyertai hujan deras di sore ini, suara petir itu kembali membuat pikiran Rindu menjadi kalut. Ia kehilangan fokus dan keseimbannya ketika mengendarai motor. Kepalanya terasa semakin pusing ditambah pandangannya yang kabur karena derasnya hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...