10. Without a Reason

223K 14.8K 1.1K
                                    

Suka aja. Kalo suka 'kan nggak perlu pake alesan.

Sepertinya Rindu kualat karena semalam ia tidur terlalu larut, sekarang sudah jam 7 pagi namun Rindu masih berada diatas kasurnya.

Ia menghela napas berat, rasanya ia ingin pura-pura sakit saja agar tidak masuk sekolah. Namun seperti ada yang membuatnya ingin berangkat ke sekolah tapi ia tak tahu kenapa. Bukan karena ia menyukai pelajaran sekolah. Itu salah besar, ia sama sekali tidak menyukai satupun pelajaran di sekolah kecuali pelajaran seni.

Rindu beranjak untuk bersiap dan keluar dari dalam rumahnya.

Terlihat sosok Mang Dasep yang tengah meminum segelas kopi di halaman depan. "Non Rindu mau dianter?"

"Nggak usah, Mang. Rindu udah telat." Rindu menaiki motornya lalu memakai helm kesukaannya. Setelah itu ia mengegas motornya dengan kecepatan kencang.

"Hati-hati, Neng!" Mang Dasep tampak menatap Rindu ngeri karena gadis itu mengegas motornya dengan sangat kencang.

Kali ini Rindu kembali sial, karena gerbang sekolah sudah tertutup rapat dan penjaga sekolah juga tidak tertidur. Dan didalam sudah ada para OSIS menyebalkan yang sepertinya sudah menunggunya.

"Pagi Neng, Rindu." Pak Darmo membukakan pintu gerbang sekolah untuk Rindu.

"Bapak baik, 'kan? Neng Rindu nggak usah manjat lagi pagi ini."

Iya, nggak usah manjat. Paling lari ngelilingin lapangan, batin Rindu menggerutu.

Rindu menghela napas kesal lalu memasuki sekolahnya dengan anggota OSIS yang siap untuk mencatat namanya.

"Kenapa kamu telat?" tanya salah satu anggota OSIS itu.

Rindu menatapnya malas. "Kesiangan, padahal masih pagi."

"Rindu Pressila, XI IPA 2. Betul?" tanyanya. Rindu hanya berdeham.

"Coba kamu hitung, sudah berapa kali kamu datang terlambat?" tanyanya lagi.

"Nggak tau, nggak ngitung."

"Dalam catatan saya, kamu sudah lebih dari 10 kali terlambat. Belum lagi jika saya menghitung seberapa sering kamu kabur!" ujarnya. Rindu menghela napas kesal.

"Yasudah, kamu lari keliling lapangan 15 kali sekarang!" sentaknya. Rindu menatapnya kesal.

"Sekarang!"

Rindu menghela napas berat lalu terpaksa menuruti kemauan OSIS menyebalkan itu.

Dengan terpaksa Rindu memutari lapangan itu. Sudah 3 kali Rindu memutarinya. Hingga tiba-tiba ada seseorang yang berlari disampingnya.
"Geseran!" sentaknya. Rindu berdecak kesal, ia menoleh kearahnya.

"Apaan sih?"

"Cewek berang-berang, geseran."

Rindu menatapnya sejenak, ternyata itu adalah Gama. Ketua organisasi theater sekaligus cowok berang-berang menyebalkan yang tak henti-hentinya memanggilnya dengan sebutan berang-berang.

Rindu bertolak pinggang menatap Gama. "Cowok berang-berang, lo tuh kenapa sih suka tiba-tiba nongol dimana-mana?"

"Geseran, gue juga telat." Rindu menggeser tubuhnya ke tepi lapangan. Keberadaan Gama yang ada disampingnya membuat Rindu bernapas lega, panas matahari tak langsung mengenai tubuhnya. Tubuh Gama yang agak lebih tinggi darinya berhasil menutupinya.

Sudah 10 kali putaran, namun Rindu merasa benar-benar sangat lelah. Kepalanya terasa sangat pusing, ia terdiam sejenak lalu menunduk memegangi lututnya. Gama yang tengah berlari disampingnya pun berhenti berlari.

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang