Orang jatuh cinta 'kan suka lupa segalanya.
✏
Melihatmu bersama dirinya memang menyakitkan.
Namun tak apa, jika itu memang bisa membuatmu bahagia.
Aku minta maaf jika aku mencintaimu terlalu lama.Mungkin itu kata-kata yang dapat menggambarkan apa yang ada diperasaan Rindu saat ini.
Menurutmu, haruskah kau bertahan untuk tetap mencintai seseorang ketika engkau hanya mendapatkan luka? Bagaimana caranya ketika engkau ingin berhenti mencintainya namun hati dan pikiranmu selalu tertuju kepadanya? Wajahnya, senyumnya, hal-hal yang kau pernah lalui bersamanya, sapaan yang selalu kau dapatkan setiap pagi, semuanya, segalanya selalu tertuju kepadanya.
Siapa yang salah ketika kau tak dapat berhenti mencintai seseorang? Apakah hatimu salah?
Apa seharusnya memang kau tak perlu mencintainya dari awal? Namun waktu tak dapat diulang, jadi, biarkan aku menikmati rasa yang telah tertoreh didalam hatiku entah sampai kapan. Walau perih dan sakit yang harus dirasakan.
Dengan perasaan yang tak karuan, Rindu mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang yang memanggilnya.
Gama menatap Rindu dengan tatapan yang sangat menenangkan. "Rin, boleh gue duduk?"
Rindu memalingkan wajahnya dari Gama. "Lo pulang aja."
Tapi Gama malah duduk didepan bangku Rindu. Rindu menghela napas berat.
"Gue mau sendiri."
"Pergi, Gam," suruh Rindu. Namun Gama tak menggubris. Ia tetap duduk didepan Rindu seraya menatap Rindu.
"Kalo gue nggak mau?" tanya Gama. Rindu menatap Gama dengan matanya yang sudah sembab dan memerah karena ia terus menangis.
"Mau lo apa sih?" tanya Rindu balik.
"Menjaga populasi berang-berang," jawab Gama seraya tersenyum. Rindu berdecak kesal.
"Nggak lucu."
"Emang, yang lucu 'kan berang-berang." Gama masih menatap Rindu. Rindu menatap Gama dengan tatapan tajam.
"Lo ya?"
"Lo 'kan yang nempelin artikel itu di mading sekolah?" sentak Rindu.
"Gue salah apa?" tanya Rindu lagi.
"Lo nggak salah apa-apa."
"Terus maksud lo apa?" tanya Rindu dengan emosinya yang tengah memuncak.
Gama hanya tersenyum, membiarkan Rindu melampiaskan apa yang ia rasakan. Jika ia katakan bukan dirinya pelakunya, Rindu pun tak akan percaya.
"Tunggu ya." Gama tersenyum lagi lalu berjalan menuju kasir. Rindu menatap langkah Gama dari belakang.
"Dasar cowok aneh."
Gama menghampiri meja kasir. "Mbak, ada kotak P3K nggak?"
Setelah mendapatkan kotak tersebut, Gama kembali duduk di hadapan Rindu dan menatap luka di sudut bibir Rindu.
"Siapa?" tanya Gama. Rindu mengerutkan dahinya. Ia tak menggubris pertanyaan Gama.
Gama menghela napas sejenak. "Siapa?"
Rindu menatap Gama yang sudah terlebih dahulu menatapnya. Lalu ia kembali memalingkan wajahnya dan memutar kedua bola matanya malas.
"Siapa yang berani nampar lo?" tanya Gama lagi seraya menyentuh dagu Rindu agar Rindu menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...