"Semesta punya banyak cara untuk membuatmu kembali tersenyum. Tetapi terkadang kau tak pernah menyadarinya, salah satunya adalah perihal jatuh cinta."
✏
Suara tawa Gama seakan mencairkan suasana. "Yaudah biarin aja, paling dari Miti atau berang-berang yang lain."
Rindu ikut tertawa. "Nggak jelas lo."
"Lo bawa motor?" tanya Gama seraya menatap Rindu lekat. Rindu menggelengkan kepalanya.
"Balik bareng gue aja ya?" Gama menawarkan.
Rindu lagi-lagi tertawa. "Nggak mau, nanti berang-berang marah gimana?"
"Biarin aja, marahin balik lah."
"Jangan, kalo nanti lo dimakan sama dia gimana?" ledek Rindu.
Gama terkekeh kecil. "Nggak papa, bagus."
"Kok nggak papa?" tanya Rindu bingung.
Gama membisikkan sesuatu di telinga Rindu. "Biar lo kangen sama gue."
Gama terkekeh kecil seraya mengacak-acak rambut Rindu, setelah itu Gama keluar dari studio theater menuju koridor parkir Grocks Studio Theater.
Rindu tersenyum tipis, ia tak mengerti mengapa degupan itu kembali hadir didalam hatinya. Seolah ada yang menggelitik didalam perutnya. Akhirnya sosok cowok berang-berang, sosok monster baiknya sudah kembali.
Rindu tersenyum-senyum sendiri lalu bergegas menghampiri Gama yang sudah terlebih dahulu berada di koridor parkir. Lelaki itu sudah terlebih dahulu menaiki motornya.
Rindu menaiki motor Gama namun Gama masih saja belum mengegas motornya. Rindu menatap Gama bingung. "Cowok berang-berang aneh, kenapa nggak jalan?"
Gama menoleh. "Nggak takut jatoh?"
Rindu mengerutkan dahinya, tak, mengerti dengan maksud Gama. "Maksud lo?"
Gama tertawa renyah. "Lo nggak takut jatoh?"
Rindu menatap Gama sejenak lalu tangannya perlahan melingkari pinggang Gama lalu memeluknya dari belakang. "Boleh? Nanti gue diomelin dinosaurus sama berang-berang gimana?"
Gama tertawa sejenak lalu mengegas motornya, membiarkan Rindu memeluk dirinya. Motor Gama keluar dari koridor parkir studio. "Cewek berang-berang, dinosaurus udah punah. Kalo berang-berang, dia nggak bakal marahin lo."
"Kenapa?"
"Dia 'kan sayang sama lo."
"Masa calon pacarnya dimarah-marahin?" tanya Gama. Rindu terkekeh kecil.
"Bohong, masa sih berang-berang suka sama gue?"
"Iya, dia bilang sendiri kok sama gue. Lo nggak percaya?" tanya Gama seraya menatap Rindu dari kaca spionnya.
Rindu menggeleng. "Enggak, lagian dia bilangnya sama lo bukan sama gue. Dia sebenernya suka sama lo atau sama gue?"
"Kenapa dia nggak bilang ke gue aja?"
"Dia suka sama lo, tapi takut ditolak aja."
Gama tersenyum tipis tanpa menatap Rindu. "Lo 'kan sukanya sama gue."
Rindu terdiam sejenak, entah mengapa didalam perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan disana. Desiran itu semakin menjadi-jadi ketika Gama mengucapkannya. Entah mengapa pipinya terasa sangat panas sekarang.
"Hah?"
Gama malah tertawa. "Iya, lo kan sukanya sama gue. Suka kesel maksudnya."
Rindu berdecak kesal, ia mendorong tubuh Gama dari belakang. "Nggak jelas lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]
Teen Fiction#1 in Teenfiction [26/09/2020] "Apa gunanya kehadiran gue kalo lo selalu anggep gue nggak ada?" "Bukannya lo yang nggak pernah anggep gue ada? Emang gue siapa buat lo?" Apakah kau pernah saling mencintai namun sama-sama menganggap jika kehadiranmu t...