14. Bercerita

200K 14.1K 463
                                    

Rindu menatap Gama penuh arti. "Nggak jelas lo."

Tak lama datang dua siswi perempuan yang memasuki ruang UKS, sepertinya mereka anak kelas 10 karena baju mereka yang masih tampak putih dan kaku.

Mereka menatap Gama dengan tatapan ragu dan takut. Mereka tampak menundukkan kepalanya karena tak berani bicara dengan Gama.

"Maaf, Kak. Kak Gama dipanggil Bu Lia ke ruang BK," jawab mereka dengan sangat berhati-hati. Mereka langsung keluar dari ruangan UKS dengan tatapan takut Gama yang tak hilang. Apakah Gama semenyeramkan itu?

"Bu Lia kangen banget apa sama gue?" tanya Gama dengan percaya dirinya lalu turun dari ranjang UKS. Rindu menatap Gama dengan tatapan heran.

"Siapa juga sih yang mau kangen sama cowok berang-berang nggak jelas terus nyebelin kayak lo?" tanya Rindu.

Gama menoleh kearah Rindu sejenak seraya tersenyum penuh arti. "Lo."

Rindu bergedik geli. "Ogah."

Gama tertawa lalu mendekatkan dirinya ke telinga Rindu untuk membisikan sesuatu. "Kalo nanti udah kangen jangan lupa ngabarin ya."

"Siapa juga yang mau kangen sama cowok kayak lo?" dumel Rindu.

Gama terkekeh kecil seraya menatap Rindu gemas. "Nanti juga kangen."

Setelah itu Gama hanya tersenyum kearah Rindu dan keluar dari ruang UKS.

Rindu mendengus kesal. "Dasar cowok aneh."

Rindu mengikuti langkah Gama menuju ruang BK, pasti semuanya tidak baik-baik saja. Benar saja,keputusan Bu Lia hari itu adalah ia menskors Gama selama satu minggu dan memberhentikan Gama sementara sebagai ketua theater.

Hari itu perasaan Rindu benar-benar tak karuan. Ia tak mengerti ia tak terlalu memikirkan Nino yang babak belur karena Gama yang mengantamnya. Yang ia pikirkan, mengapa Gama harus melakukan itu sehingga ia di skors dan kehilangan jabatannya untuk sementara? Untuk apa Gama melakukan itu untuknya?

Perasaan khawatir merasuki kedalam perasaannya, pasalnya Gama tak menemuinya ketika sehabis masuk ke ruang BK.

Rindu mengubah-ubah posisi tidurnya, malam ini pikirannya sangat tak karuan. Mengapa pikirannya selalu tertuju kearah cowok berang-berang itu? Rindu mengambil ponselnya, ternyata sudah ada notifikasi pesan masuk dari aplikasi Line-nya.

Rindu membuka notifikasi tersebut, namun nyatanya itu bukan dari Gama. Itu hanya pesan dari OA Supermarket yang menawarkan berbagai promo makanan.

Rindu kembali merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya.

Ia menghela napas sejenak dan mencoba menjernihkan pikirannya. "Tunggu, kenapa gue seakan nungguin cowok berang-berang itu ngechat gue ya?"

"Rindu, lo pasti kesambet berang-berang deh." Rindu mengetuk-etuk kepalanya sendiri agar tidak terus memikirkan Gama. Namun nyatanya sosok Gama terus memenuhi isi otaknya.

Rindu meletakkan ponselnya di meja yang ada didekat kasurnya. Ia masih mengetuk kepalanya agar bayang-bayang dari cowok berang-berang itu hilang dari otaknya sekarang juga.

"Kalo nanti udah kangen jangan lupa ngabarin ya."

"Nanti juga kangen."

Entah mengapa ucapan cowok berang-berang itu tak henti-hentinya terngiang ditelinga Rindu. Rindu menghela napas kesal. "Kayaknya kuping gue ikutan bermasalah deh."

Rindu kembali mengambil ponselnya. "Gimana kalo gue nyari-nyari giveaway korek kuping di instagram?"

"Ide bagus."

Baru saja Rindu ingin membuka aplikasi instagramnya, panggilan masuk muncul di layar ponselnya. Panggilan itu dari Gama, namun sedetik kemudian lelaki itu mematikan panggilannya.

GamaArdhino: Maaf, tadi berang-berangnya genit mau nelpon lo.

RinduPressila: Dia lagi males sama lo kali, soalnya 'kan lo ngeselin.

GamaArdhino: Tapi ngangenin, 'kan? Cewek berang-berang, hati-hati nggak bisa tidur karena kangen sama gue.

RinduPressila: Geer. Inget ya, gue bukan cewek berang-berang. Kedua, nggak ada yang kangen sama lo!

Rindu tersenyum tipis lalu meletakkan ponselnya diatas meja yang ada didekat kasurnya lalu memejamkan matanya untuk tertidur.

Gama memang tidak jelas, namun entah mengapa lelaki itu seakan punya seribu cara sehingga Rindu selalu ingin menanggapinya.

Gama yang awalnya berada di ruang tamu beranjak memasuki kamarnya. Ia hendak meletakkan ponselnya diatas meja, namun matanya membulat kearah kunci dengan gantungan kunci gitar.

Gama baru ingat jika kunci itu adalah milik Rindu. Gama mengambil gantungan kunci itu. "Oh iya, gue lupa balikin."

Bagaimana Gama dapat mengembalikannya padahal besok ia harus tetap menjalankan hukuman? Ia tidak boleh masuk sekolah selama seminggu. Namun bagaimana jika Rindu memerlukan kunci itu?

TBC

Author Note:
Halo, aku double update nggak papa 'kan? Oh iya, kira-kira sebenernya perasaan mereka itu gimana sih? Thanks for reading

Alya Ranti

Tentang Rindu [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang