Dia berlari menerobos hujan yang mengguyur kota itu.
Dia berlari menuju gedung rumah sakit itu.
Dia berlari.
Dan terus berlari di antara jalanan yang sepi dengan pejalan kaki namun padat dengan kendaraan pribadi.
Dia berlari ingin segera sampai di rumah sakit itu.
Dia menaiki tangga yang menuju pintu masuk rumah sakit itu.
Dia memutar kepalanya, mencari tempat informasi di setiap langkah kakinya.
Lalu dia berhenti berlari.
Berhenti melangkah.
Berhenti menggerakkan badan, tangan, dan kakinya.
Karena dia melihat-nya.
Dia melihat apa yang ingin ia temukan.
Dia berjalan tak jauh darinya menuju dirinya.
Sedang berbicara dengan salah satu teman kerjanya sambil bercanda.
Lalu tak sengaja pandangannya bertemu dengan dirinya.
Dan berhenti melangkah.
Dia berhenti melangkah.
Tepat tak jauh di hadapannya.
Ah, kenapa aku sangat lemah di hadaan pria ini?
Bahu, tangan dan lehernya yang menegang langsung lemas ketika mereka bertemu pandang.
Bahunya yang tegak langsung turun.
Tangannya yang mengepal dengan perlahan membuka.
Dan lehernya yang menegang karena menopang kepalanya yang selalu tegak, dapat berisitirahat sebentar ketika dia menunduk.
Menyembunyikan ekspresi wajahnya yang tak ingin dilihat oleh siapapun, termasuk dia.
Ahh, kenapa dirinya selemah ini?
Kenapa?
Dia mengeratkan rahangnya.
Merasa marah pada dirinya sendiri karena selemah ini di hadapannya.
Lalu dia menegakkan kepalanya.
Dia ingin mengatakan sesuatu.
Dia melangkah dan membuka mulutnya untuk berbicara.
Namun pikirannya kembali kosong ketika mereka bertatapan.
Perasaannya yang selama ini dipendam dirinya, langsung meluap, tumpah menyelimuti seluruh dirinya.
Dan dia berkedip.
Menjatuhkan air mata yang telah di tahannya sejak awal berlari menuju tempat ini.
Dia mengusap pipinya yang basah dengan kasar, namun air matanya jatuh kembali.
Lagi dan lagi.
Bahunya mulai bergetar dan dia berusaha tidak mengeluarkan suara di dalam tangis.
Menggigit bibir bawahanya agar tak mengeluarkan suara dengan erat.
Lalu menatap dirinya.
Ahh, ini sangat dingin.
Kenapa tubuhnya terasa sangat dingin sekarang?
Air hujan yang membasahi dirinya tadi mulai terasa di seluruh tubuhnya.
Bajunya terasa sangat berat karena basah.
Dan tubuhnya kedinginan karena sudah berada di bawah air hujan cukup lama sebelumnya.
Dan dia baru merasakannya sekarang.
Dia baru merasakannnya sekarang.
Dia kedinginan.
Dia mengusap matanya lagi dan lagi, berusaha menghentikan air matanya yang terus berjatuhan dengan kasar.
Hingga tak sadar bahwa dia telah melangkah mendekatinya.
Kemudian merengkuh dirinya ke dalam pelukannya.
"Menangislah. Tidak apa."
Dan ketika dia mendengar suara itu mengucapkan kalimat tersebut, seluruh pertahanan yang tersisa di dalam dirinya runtuh.
Dia melepaskan gigitan pada bibir bawahnya dan mengeluarkan suara tangisnya yang menyakitkan untuk di dengar.
Dia menangis lebih keras, menyembunyikan wajahnya di dalam dadanya dan memeluknya dengan erat.
Seakan hidupnya kini hanya bergantung pada dirinya.
Dan memang seperti itulah kenyataannya.
Hidupnya kini, ada di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lies Made By Me
FanficKebohongan yang aku buat untuk dirimu. Terimakasih. Dan - Maaf.