10.5

387 64 3
                                    

"Apa-apaan itu!?"

Byun Jinki berteriak marah ketika mereka telah mengantarkan calon besan mereka pulang.

Dia menatap putri sulungnya.

"Kalau kamu alergi seharusnya bilang pada bibi untuk mengantikan makan malamu, kenapa sampai Park Chanyeol yang harus berbicara seperti itu!?"

"..."

"Apakah kamu anak kecil yang harus selalu diingatkan agar tak makan scallops karena kamu alergi dengan hal itu!?"

"..."

"Kamu sudah dewasa Baek! Jangan seperti anak kecil!"

"..."

"Bukankah aku sudah bilang dari dulu!?"

"..."

Baekhyun hanya menatap papanya dalam diam. Dia melirik ibu dan adiknya yang berdiri tak jauh dari Papanya, lalu menatap neneknya yang hanya diam saja.

"Jika kamu memang ingin mati seperti yang dikatakan Park Chanyeol tadi, matilah di tempat lain! Jangan disini! Menyusahkan, tahu!?"

Baekhyun menatap Papanya kembali dan tersenyum tipis.

"Apakah sudah?"

Byun Jinki mendengus marah, kemudian berlalu pergi tanpa menjawab pertanyaannya diikuti ibu dan adiknya.

Dia menatap neneknya yang masih diam di tempatnya dan tersenyum lalu membungkukkan badannya serta mengucapkan selamat malam.

Diapun kembali ke kamarnya.

*

Sejujurnya.

Dia tidak menyangka.

Pria itu mengatakan apa yang hanya mereka berdua ketahui.

Mungkin itu hanya kebetulan, namun jantungnya berdegub dengan kencang dan perutnya serasa di gelitiki.

Dia sangat bahagia.

Ternyata dia masih mengingatnya.

Meskipun secara tidak sadar.

Baekhyun merebahkan tubuhnya ke tempat tidur lalu menutup matanya. Dengan bibir yang melengkuk membentuk senyuman, dia jatuh tertidur kedalam tidur yang paling nyaman selama dua tahun terakhir ini.

Ini adalah tidurnya yang ternyenyak sejak hari itu.

Hari yang sangat menyedihkan.

*

Beberapa hari kemudian, di pagi hari, ketika mereka sarapan pagi, Baekhyun berhenti memakan sarapannya saat mendengar perkataan Papanya.

"Mulai sekarang, kamu bekerja di kantor Papa, tidak ada lukis, pameran dan segala hal yang berbau ataupun bentuk seni."

"Papa!"

"Papa ternyata terlalu membebaskanmu, saatnya Papa harus bertindak tegas sekarang."

"..."

"Papa sudah membebaskanmu untuk masuk kesekolah apapun, ke universitas manapun, jurusan apapun  dan bimbel yang kamu ikuti! Sekarang Papa yang akan menentukan hidupmu bagaimana selanjutnya!"

"Papa!"

"Bereskan ruang kerjamu sendiri arau Papa akan membakar semua lukisan-lukisanmu itu."

"Papa jangan seperti ini dong, melukis adalah pekerjaanku! Pekerjaanku adalah melukis! Aku tak bisa melakukan hal yang lainnya!"

"Menjadi seorang seniman tak ada jaminannya!"

"Menjadi seorang pekerja kantoran memang ada jaminannya!?"

Byun Jinki mengetatkan rahangnya penuh amarah.

"Berapa gaji menjadi seorang kantoran!? Apakah Papa sanggup menggajiku lebih tinggi dari nilai jual karya seniku!?"

"..."

"Jika papa dapat melakukannya, maka dengan senang hati aku akan berhenti melukis, jika tidak, jangan mengaturku lebih dari ini."

"..."

Baekhyun mengambil napasnya dalam, kemudian melanjutkan perkataannya.

"Anda tidak berhak mengatur hidup saya."

"..."

"Lagi pula, siapa anda?"

"..."

"Anda hanyalah seorang pria dewasa yang berstatus biologis sebagai orang tua saya."

Lies Made By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang