"Silahkan dimakan."
Dia tersenyum tipis melihat makanan di depannya lalu berkata, "Saya bukan pasein di rumah sakit ini."
"Anda pasein saya, bukan?"
Dia melirik pria itu sekilas dan menggelengkan kepalanya kecil.
"Saya rasa, teh hangat ini sudah cukup."
Pria itu mengangguk kaku ketika mendengar jawabannya.
Kemudian mereka saling diam.
Dia meminum sedikit teh hangatnya lalu meletakan gelasnya di atas meja kerja pria itu, kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela.
"Masih hujan ternyata."
"Ya. Sepertinya akan cukup lama." Timpal pria itu.
Hujan bertambah deras dan ditambah dengan beberapa petir datang. Suaranya menggelegar kuat dan kilat yang muncul terlihat sangat dekat.
Dan tanpa sadar dia tiba-tiba bergumam, "Saat itu juga seperti ini."
*
Dia menatap perempuan itu yang bergumam. Dia dapat mendengarnya dengan jelas apa yang digumamkan oleh perempuan itu, maka dari itu dia bertanya, "Kapan?"
"Saat saya masih mahasiswa." Jawab perempuan itu dengan gumaman.
Dia melihat sedikit perubahan di mata perempuan itu ketika menjawab pertanyaannya. Terlihat sedikit hidup.
Perempuan itu tersenyum tipis kemudian menatap gelas teh-nya. "Saat itu, kami sedang duduk berhadapan dengan beberapa buku tebal serta laptop di depannya, sedangkan saya hanya membaca komik miliknya."
"Saat itu juga hujan besar seperti ini."
"Kami seperti sepasang orang tua renta yang kerjaannya hanya diam di tempat. Saya asik membaca komik sedangkan dia stress dengan penelitian yang sedang di kerjakannya."
Perempuan itu tertawa kecil dan dia entah mengapa tersenyum tipis melihatnya.
"Kemudian dia tiba-tiba berteriak kesal disusul dengan suara petir yang nyaring."
"Saya ikut teriak dong ketika dia tiba-tiba berteriak seperti itu. Saya kira ada apa atau terjadi sesuatu." Perempuan itu tertawa kecil.
"Sayapun memarahi dia karena membuat saya terkejut."
"Tapi anda tahu apa yang dikatakan oleh dia ketika saya memarahinya?" Perempuan itu mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan sendu.
"Dia meminta maaf pada saya, kemudian mengerjakan tugasnya lagi, membaca kembali tugasnya yang berada di laptop kemudian memeriksanya dengan buku yang disampingnya, apakah itu sudah betul atau belum."
"Seharusnya saya tidak memerahainya, seharusnya saya yang meminta maaf padanya, namun saya tak mengatakan apapun dan melanjutkan membaca komik saya."
"Saya sebenarnya tahu bahwa saya salah. Namun entah mengapa saya tak mau meminta maaf padanya."
"Mungkin karena saya tahu, saya sangatlah buruk dalam merangkai kata."
Kemudian perempuan itu terdiam cukup lama dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.
"Dan sepertinya, dia juga tahu bahwa saya merasa bersalah, tapi dia tak mengatakan apapun."
Kali ini perempuan itu tersenyum lebar dan menatapnya , "Tapi sejujurnya saya sudah meminta maaf padanya. Saat dia ketiduran mengerjakan tugasnya itu, saya meminta maaf padanya."
"Maaf, saya tidak dapat menunjukkan sikap yang saya ingin tunjukan secara langsung, bahkan untuk meminta maaf saja sangat susah."
"Dan saya mengatakan terimakasih telah padanya yang mengerti saya dan betapa saya sangat mencintainya."
"Saya sangat mencintainya."
Tamat.
Lanjut kebagian Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lies Made By Me
FanfictionKebohongan yang aku buat untuk dirimu. Terimakasih. Dan - Maaf.