11.5

393 61 2
                                    

Dia menatap lukisan separuh jadinya yang tergantung di ruang kerjanya dengan sendu

Mungkin apa yang diharapkannya tidak akan terjadi sama sekali.

Dia tersenyum pahit.

Karya ini mungkin tidak akan pernah selesai.

Dia berdiri dari duduknya lalu keluar dari ruang kerjanya dengan berat hati.

Dia ingin lebih lama dari ini, namun ada yang lebih penting dari hal itu.

Dia harus bertemu dengannya.

Dia mengunci ruang kerjanya kemudian memeriksa pintunya apakah sudah yerkunci dengan baik atau belum, kemudian meninggalkan tempat itu.

Tanpa sadar bahwa itu mungkin adalah kali terakhirnya.

*

Selama perjalanannya menuju rumah sakit tempat lelaki itu berada, dia termenung di dalam bus yang membawanya.

Pikirannya melayang mengingat masa lalu kembali setelah apa yang terjadi pagi itu.

Saat kecil dia selalu mendengar saudara-saudaranya mengatai dirinya atau paman dan bibinya berceramah.

Mengatakan kenapa dirinya harus tinggal dengan neneknya, kenapa tidak dengan ibunya?

Seharusnya itu tanggung jawab ibunya.

Kenapa membuangnya ke keluarga ini?

Menambahkan beban saja.

Dia seperti bukan bagian keluarga ini meskipun dari anak tertua mereka.

Dia mengerti dengan apa yang terjadi di keluarganya.

Keluarga besar Papanya tidak pernah menyukai ibunya. Ibunya selalu di anggap rendah dan tak berguna. Hanya dapat menyusahkan saja, sehingga mereka pikir wajar saja kakak tertua mereka meninggalkannya.

Namun dia tau lebih dari apapun. Ibunya bukanlah orang yang seperti itu. Ibunya selalu berjuang untuknya dan berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka yang di tinggalkan oleh Papanya - yang saat itu dia bahkan tidah tahu bagaimana sosok Papanya itu.

Namun ibunya tidaklah sekuat itu.

Dia tahu.

Ibunya sangat lelah dan sedih.

Ibunya selalu menangis dimalam hari lalu tertidur di sofa ruang tamu atau di depan pintu apartemen mereka.

Dia sangat sakit melihatnya.

Sehingga dia yang memutuskan untuk tinggal dengan neneknya yang tidak terlalu akrab dengannya.

Dia ingin ibunya tidak terbebani lagi.

Dia ingin melihat ibunya tersenyum lagi padanya.

Namun orang-orang disekitarnya selalu berpikiran bahwa dirinya dibuang oleh ibunya dan menyerahkannya pada keluarga ini.

Dan mereka malu akan hal itu.

Malu untuk membesarkan anak dari perempuan yang tak diharapkan di keluarga itu.

"Kenapa Oppa membiarkannya melahirkan anak itu sih?! Sudah tahu perempuan itu tak berguna dan tak ada untungnya menikahi perempuan itu! Lihat sekarang, mereka membuang anaknya sendiri ke keluarga ini. Itu akibatnya tak mengikuti apa yang aku katakan."

Dia hanya dapat diam saja ketika mendengar itu, lalu kembali ke kamarnya lagi. Memutuskan niatannya untuk mengambil minum.

"Anak yang tidak dapat diharapkan, pasti akan sama tidak bergunanya seperti ibunya."

Dia menyandarkan kepalanya ke jendela bus.

Mengingat itu membuat dadanya sesak dan tenggorokannya terhimpit.

Dan matanya memberat.

Tanpa sadar diapun tertidur dibus itu.

Dengan beban yang memenuhi pikiran serta hatinya.

"Kenapa kamu bisa lahir di dunia ini, hah?"

"Kenapa kamu tidak mati saat itu!?"

"Kenapa!? Kenapa!? Kenapa!?"

"Jika kamu mati saat aku mencoba mengugurkanmu waktu itu, semuanya tidak akan seperti ini!"

"Aku pasti hidup bahagia dan tak menyedihkan!"

"Kenapa kamu harus hidup?"

Kenapa tidak kamu bunuh aku saja ketika aku lahir kedunia ini?

Lies Made By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang