Keesokan harinya.
Ketika dia menelepon perempuan itu untuk memberitahukannya bahwa kalungnya ada bersamanya, dia mendengar suara perempuan itu parau.
"Apakah terjadi sesuatu?"
"Maafkan saya Chanyeol-ssi, bisakah anda mengatakan secara langsung apa yang anda ingin katakan? Saya harus melakukan sesuatu."
"Dan apakah itu?"
"Anda tidak perlu mengetahuinya."
Kemudian dia mendengar barang-barang yang berjatuhan.
"Baekhyun-ssi? Saya mendengar ada yang jatuh, apa yang sedang anda lakukan?"
"Bisakah saya menutup teleponnya? Jika itu bukanlah hal yang penting, bisakah kita bicarakan di lain waktu?"
Dia mengerutkan dahinya.
"Tidak."
"Jika begitu mohon cepat katakan apa yang anda inginkan."
Dia tidak menyukainya.
Dia tidak suka dengan intonasi yang perempuan itu gunakan padanya saat ini.
Sangat dingin.
"Saya menemukan sebuah kalung."
Perempuan itu diam.
"Sepertinya ini milik anda."
Dia mendengar perempuan itu menghela napas lega.
"Y-ya, itu milih saya." Jawab perempuan itu dengan terbata-bata.
Dia mengerutkan dahinya ketika mendengar suara tangis kecil.
"Baekhyun-ssi? Anda yakin, anda baik-baik saja?"
"Ya, ya, saya baik-baik saja, terimakasih, terimakasih telah menemukan kalung saya."
"..."
"Terimakasih telah menemukannya."
"Apakah ini dari kekasih anda?"
Perempuan itu cukup lama tak menjawabnya.
"Ya."
"Cincinnya juga?"
"Cincin itu milik kekasih saya."
Dia mengeratkan rahangnya.
"Kenapa anda masih menyimpannya?"
"Karena-"
"..."
"Saya tidak bisa membuangnya."
"..."
"Saya tidak bisa membuang apapun yang berkaitan dengannya."
*
Dadanya masih merasa sangat sakit ketika mendengar jawaban perempuan itu.
Dia menatap cincin yang kini ada di tangannya dengan perasaan tidak suka.
Dia sangat tidak menyukainya.
Tapi jika dilihat-lihat-
Cincin itu seukuran dengan jari manisnya.
Dia mencoba cincin itu ke jari manis tangan kirinya dan terkejut ketika iti sangat pas dengan jarinya.
Dia tersenyum senang.
Diapun menyukai detail cincin itu.
Andaikan saja itu miliknya.
Andai saja-
Pria itu adalah dirinya.
Dia pasti sangat bahagia dicintai sebegitu besarnya oleh perempuan itu.
"Maaf tidak mengetuk terlebih dahulu, dimanakah cin-"
Dia langsung berdiri dari duduknya ketika melihat perempuan itu memasuki ruang kerjanya.
Perkataan perempuan itu terhenti ketika melihat sesuatu di jari manis tangan kirinya.
"Ah, maaf, maaf atas kelancangan saya."
Dia segera melepas cincin itu dan meletakkanya kembali ke tempat semula.
Perempuan itu menutup pintu di belakang dan melangkah mendekatinya.
Dia memberikan kalung cincin itu pada perempuan di hadapannya.
"Maaf baru menghubungi anda sekarang, anda pasti mencari-carinya tadikan?"
Perempuan itu terlihat sangat lega luar biasa ketika benda itu kembali ke tangannya.
"Saya sangat suka desain cincinnya, sederhana namun tetap terlihat indah, dan ukurannya ternyata sama dengan jari manis saya, maaf lancang telah mencobanya."
Perempuan itu menggelengkan kepalanya, "Tidak apa. Terimakasih telah menyimpannya untuk saya."
"Bukan masalah besar."
"..."
"Ngomong-ngomong, jika boleh tau, ukiran di dalamnya, apa artinya?"
Mereka saling bertatapan beberapa detik sebelum akhirnya perempuan itu mengalihkannya dan menunduk menatap cincin yang ada di tangannya kini.
"Selalu berjuang."
Dia hampir saja tidak mendengar jawaban perempuan itu yang seperti bisikan.
Dia tersenyum.
"Agar kalian tetap saling mencintai?"
"Yeah."
Perempuan itu tertawa kecil kemudian melanjutkan perkataannya.
"Semper fidelis-"
"Dan semper amemus."
"Selalu berjuang dan biarkan kita saling mencintai."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lies Made By Me
FanfictionKebohongan yang aku buat untuk dirimu. Terimakasih. Dan - Maaf.