6.5

317 48 0
                                    

Walapun kebanyakan yang mereka lakukan adalah saling diam - dia merasa nyaman.

Berbeda sekali dengan dirinya ketika bersama kekasihnya.

Ji Hyo selalu banyak bicara dan terkadang itu sangat mengusiknya.

Berbeda sekali dengan kakaknya ini.

Sangat pendiam dan ketika berbicara selalu memilih sesuatu yang pas dengan waktunya ingin mendengarkan pembicaraan tersebut.

Tidak terlalu membosankan.

Dan yang lebih penting, perempuan itu membiarkannya berbicara lebih banyak.

"Rasanya, seperti anda yang konsultan, bukan saya." Katanya di sela-sela dirinya berbicara mengenai kehidupannya.

Perempuan itu tertawa kecil, "Saya, lebih senang menjadi pendengar."

"Tapi, bukankah anda juga membutuhkan orang yang ingin mendengarkan cerita anda?"

"Ya, tapi saya tidak terlalu membutuhkannya."

"..."

"Saya, hanya membutuhkan orang yang selalu berada disamping saya dalam diam dan mengerti saya dengan baik."

"Apakah kekasih anda termasuk hal itu?"

Kenapa dia bertanya seperti itu?

Dia melakukan kesalahan besar.

Dia menatap perempuan itu dan terkejut ketika melihat senyuman tipis di bibirnya.

"Ya, dia sangat mengerti saya."

"..."

"Bahkan ketika saya membutuhkan sesuatu darinya, dia akan sadar itu dan memberikannya pada saya."

"..."

"Dia, pria satu-satunya yang saya sangat percayai."

*

"Terimakasih telah mengantar saya."

Perempuan itu melepas sabuk pengamannya.

"Anda yakin tidak ingin saya antar ke depan rumah anda?"

"Apakah anda lupa?"

Ah, ya, perempuan itu tak ingin siapapun tahu hal ini.

"Terimakasih atas niat anda ingin mengantar saya hingga depan rumah, tapi saya baik-baik saja. Anda lupa? Sayakan pernah memberitahu anda, jika saya-"

"Pemegang sabuk dan lima hapkido." Potongnya dan perempuan itu tersemyum.

"Terimakasih untuk hari ini, sesi kali ini cukup menarik dan saya terhibur."

"Apakah kita harus melakukan hal ini lagi?"

"Asalkan anda dapat menemukan tempat yang tidak di ketahui oleh siapapun."

"Call!"

Perempuan itu tertawa kecil, "Sekali lagi, terimakasih, saya pergi."

Dia mengangguk sebagai balasan.

Ketika perempuan itu telah berdiri di luar, dia melambaikan tangannya pada perempuan itu kemudian pergi dari sana.

Tanpa melihat perempuan yang kini menatap kepergiannya dengan sendu.

*

Dia menginjak rem mobilnya perlahan ketika lampu lalu lintas berubah jadi merah. Matanya melirik ke sebrang jalan, lalu ke kursi yang ada di sampingnya. Dahinya berkerut ketika melihat benda yang bukan miliknya.

Sebuah kalung dengan cincin sebagai hiasannya.

Mungkin milik perempuan itu.

Kenapa tidak dipakai saja cincinnya?

Dia mengambil kalung tersebut dan melihat cincinnya.

Ada sebuah tulisan di dalamnya.

Semper fidelis?

Apa artinya?

Lies Made By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang