Baekhyun merasakan tubuhnya di goyangkan, kemudian dengan perlahan dia membuka matanya.
"Nona, ini sudah pemberhentian terakhir."
Baekhyun langsung menegakkan tubuhnya dengan cepat dan menatap lelaki paruh baya yang membangunkannya.
"Ah, maaf, terimakasih telah membangunkan saya Pak."
"Ya, sama-sama."
Bapak itu pergi terlebih dahulu.
Dia menatap keluar bus yang dinaikinya dan melihat langit sudah gelap karena malam.
Dia melewatkan sesinya.
Dia berdiri dari tempat duduknya dan turun dari bus itu.
Sekarang bagaimana?
Dia merogoh saku celananya dan menemukan ponselnya masih ada, kemudian merogoh saku jaket bagian dalamnya.
Dompetnya juga masih aman.
Dia mengembalikan dompetnya kesemula dan memegang ponselnya.
Semoga ponselnya belum habis baterai.
Dia tersenyum lebar ketika ponselnya masih hidup.
Syukurlah.
Dia menghela napas kemudian mengecek panggilan masuk yang ternyata cukup banyak dilihat dari angka yang berada di atas icon telepon itu.
Panggilan masuk tidak terjawab: 32
Park Chanyeol.
Ah ya, dia selalu menggunakan metode senyap ketika di bus, pantas saja dia tidak bangun ataupun tahu ada panggilan yang masuk.
Dia tersenyum ketika melihat itu lagi, hatinya menghangat.
Sekarang dia harus cari cara untuk pulang bagaimana.
Tapi sebelum itu diharus merubah metode ponselnya menjadi bunyi.
Baru saja ketika dia akab berjalan mencari taksi ataupun apapun itu yang dapat mengantarkannya pulang, ponselnya berbunyi dengan nada dering sebuah telepon masuk.
Dia mengambil ponselnya lalu mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya karena dia sibuk berjalan menuju tepi jalan dan mencari taksi.
"Byun Baekhyun-ssi?"
Dia berhenti melangkah ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya.
"Saya tidak melihat anda di acara makan malam hari ini-" Dia melanjutkan langkahnya kembali ketika dirinya sudah mengatur keterkjutannya akan telepon pria itu. "Anda dimana?"
"Saya ada di pemberhentian terakhir."
"Pemberhentian terakhir?"
Dia mengangguk, kemudian sadar bahwa pria itu takkan tahu bahwa dia membetulkan perkataannya sehingga dia menjawab, "Ya. Saya tertidur di dalam bus lalu berhenti di pemberhentian terakhir."
"Saya akan menjemput anda."
"Tidak perlu, saya akan naik taksi."
"Tidak, tunggu saya disana, saya akan menjemput anda."
"Bagaimana dengan makan malamnya?"
"Sudah selesai, saya baru saja mengantar orang tua saya kembali ke rumah dan saya sedang dalam perjalan pulang menuju apartemen saya."
Dia berhenti melangkah ketika menemukan kursi panjang tepat di pinggir jalan.
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Hanya kelanjutan pembicaraan waktu itu." Jeda sesaat, kemudian pria itu melanjutkan perkataannya. "Tanggal pertunangan dan pernikahannya."
"Sudah di tentukan?"
"Ya, tiga bulan lagi, tanggal sepuluh pertunangannya, untuk pernikahannya tahun depan."
Dia tersenyum tipis, kepalanya ia tundukan, "Selamat."
"Terimakasih."
Suara pria itu terdengar senang.
Dia tak mengatakan apapun kembali, sehingga pria itu khawatir dan melirik ponselnya yang masih terhubung dengan panggilan.
"Baekhyun-ssi?"
"Ya?"
"Tunggulah sebentar lagi, saya akan sampai, jangan naik taksi, jangan naik apapun, tunggu saya."
"Eum."
Perempuan itu tak mengatakan apapun lagi.
"Baekhyun-ssi?"
Tidak ada jawaban.
"Baekhyun-ssi, jangan putus sambungannya."
".."
"Baekhyun-ssi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lies Made By Me
Fiksi PenggemarKebohongan yang aku buat untuk dirimu. Terimakasih. Dan - Maaf.