5.5

339 50 5
                                    

"Lama menunggu?"

Dia sedikit terkejut ketika perempuan itu tiba-tiba membuka pintu mobil sampingnya.

Bagaimana perempuan itu tahu ini mobilnya? Apakah dia pernah melihatnya menaiki mobil ini?

"A-ah, tidak juga, ngomong-ngomong, bagaimana anda tahu ini mobil saya?"

Perempuan itu diam sesaat ketika akan memakai seatbelt, kemudian memasangnya dengan cepat dan menjawab, "Ah ya, saya pernah melihat anda memakai mobil ini di jalan."

Tapi dia belum pernah memakai mobil ini lagi sejak beberapa tahun yang lalu, ibunya yang selalu memakainya.

Dan diapun tak mengatakan apapun.

Biarlah dia simpan sendiri untuk kali ini.

"Kita akan pergi kemana?" Tanya perempuan itu.

"Saya ingin menemui seseorang terlebih dahulu, setelah itu kita dapat berbincang seperti biasanya, bagaimana?"

"Baiklah, asalkan seperti yang saya harapkan."

"Tak boleh ada yang tahu tentang pertemuan ini?"

Perempuan itu mengangguk.

"Siap! Laksanakan!" Diapun tersenyum lebar, kemudian menjalankan mobilnya menuju toko milik Paman Jang.

*

Perempuan itu menatap bangunan tua di sampingnya dengan resah.

"Sebaiknya saya tunggu disini saja."

"Benarkah?" Dia menatap perempuan itu terkejut saat mendengar perkataan itu.

"Ya, hanya sebantarkan?"

Dia mengangguk, "Kalau begitu saya masuk, tunggu disini, saya akan kembali dengan cepat."

Dia keluar dari mobilnya dan masuk kedalam toko.

Pintu toko itu bergemelincing lembut ketika dia buka dari lonceng yang dipasang di pinggirnya, kemudian dia menutupnya kembali.

"Ho, ho, ho, lihat ini, siapa yang datang?"

Seorang pria paruh baya menghampirinya dan memberikannya pelukan hangat, dia tersenyum lebar dan membalas pelukannya.

"Paman Jung, maaf baru dapat menemuimu sekarang."

Pria paruh baya melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan senyuman ciri khasnya, "Ayo, aku sudah siapkan jas yang kamu minta dari dulu."

"Dari dulu?"

"Ya, bukankah jas ini akan kamu pakai dengan perempuan yang waktu itu kamu bawakan?"

Mereka berjalan ke sisi lain toko itu.

"Tolong ambilkan suits yang ada di ruang jahit."

"Baik."

Salah satu pelayan yang ada di sana langsung melaksanakan tugas yang di berikan, sementara yang lainnya mengikuti mereka ke sisi lain toko ini.

Aku pernah kesini dengan Ji Hyo?

"Sudah sangat lama sekali, semoga ini masih bisa di pakai, aku sudah menambahkan beberapa centi jika-jika ukuran tubuhmu berubah, tapi sepertinya, tidak ada yang berubah ya?"

Mereka berdiri di tengah-tengah ruangan itu. Dia menatap sekeliling toko itu dan melihat kaca besar yang memperlihatkan suasana di luar sana.

Dia dapat melihat perempuan itu.

"Ini Tuan."

"Terimakasih." Dia menatap Paman Jung yang sudah mendapatkan suits-nya kemudian memberikan itu padanya. "Cepatlah ganti, aku sudah tidak sabar untuk melihat ini di badanmu yang bagus itu."

Dia tersenyum canggung dan menerima suits tersebut, kemudian mengganti pakaiannya.

Tak butuh waktu lama, dia keluar dari ruang ganti lengkap dengan full set yang telah di sediakan oleh Paman Jung.

"Ternyata benar dugaanku. Tapi syukurlah ini sangat pas di badanmu."

Dia mengangguk setuju dan mendekati Paman Jung.

"Tinggal sentuhan terakhir. Bawakan saya dasi."

Dia melirik salah satu pekerja yang pergi meninggalkan ruangan itu, kemudian menatap keluar kaca besar.

Dia terkejut ketika menemukan perempuan itu sedang menatapnya. Dia tersenyum tipis.

"Bagaimana dengan yang ini? Angkat dagumu." Pria paruh baya itu memasangkan dasinya.

Sejak kapan pekerja itu sudah kembali?

Dia mengikuti perintah lelaki paruh baya itu, lalu menatap keluar kaca kembali.

Perempuan itu tersenyum tipis padanya.

"Yeap, ini sangat bagus sekali." Paman Jung menatap ponakannya itu, namun terdiam ketika melihat fokus lelaki itu tidak padanya. Dia melihat apa yang lelaki itu pandangi sejak tadi.

"Wah, kenapa tidak ajak masuk sekalian kekasihmu? Aku sudah mempersiapkan hadiah juga untuknya."

"Ah Paman, dia bukan-" Dia menatap Pamannya dengan panik. Namun sepertinya Pamannya tidak mendengarkannya.

"Sudah dua tahun ya dari hari itu?"

"..."

"Kalian sudah melewati banyak hal ya."

Lies Made By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang