0.5

384 59 0
                                    

Dia termenung cukup lama.

Beberapa hari setelah hari itu, dia lebih banyak melamun dari pada biasanya, membuat pekerjaannya menumpuk tanpa dia sadari.

Dia tidak menyukainya.

Hatinya merasa sangat gelisah, resah tak menentu sejak hari itu.

Ketika melihat perempuan itu tersenyum hanya karena menceritakan tentang kekasihnya.

Kenapa perempuan itu bisa tetap tersenyum padahal pria itu sudah melupakannya?

Betulkan pria itu sudah melupakan perempuan itu?

"Bodoh."

Dia berdecak sebal.

Dan mulai merasa marah.

Entah pada siapa.

Mungkin pada dirinya sendiri.

Dia mengeratkan pegangannya pada pulpen yang di pegangnya.

Kenapa dia menjadi seperti ini?

*

Tanpa disadarinya, kini dia selalu menanti hari dimana perempuan itu akan menemuinya setiap minggu.

Dia akan merasa resah ketika perempuan itu belum juga menghubunginya untuk konfirmasi kedatangannya dan akan sangat luar biasa senang saat perempuan itu datang.

Tapi dia cukup baik menutupi kebahagiannya itu.

Setiap sesi pertemuan yang mereka jalani tidak banyak yang terjadi.

Terkadang perempuan itu menceritakan harinya berjalan bagaimana kemudian sisanya mereka diam cukup lama.

Dia merasa seperti mereka sudah cukup lama kenal, karena dirinya ikut merasa santai mendengar apa yang dibicarakan oleh perempuan itu.

Meskipun benar bahwa perempuan itu kurang bagus dalam berbicara atau menyampaikan maksud yang ingin dibicarakannya. Namun dia dapat mengerti begitu saja apa yang perempuan itu coba katakan padanya.

Terkadang diapun menceritakan kekasihnya.

Seperti saat ini-

"Kami berpacaran sejak kelas dua sekolah menengah atas."

Perempuan itu memulai bercerita.

"Dia sangatlah populer saat itu, banyak perempuan yang ingin menjadi kekasihnya."

"Saat itu, aku hanya satu kelas dengannya, lalu suatu hari tempat duduk kami dirubah."

"Aku duduk dengannya dan hampir setiap perempuan di kelasku sangat merasa iri dan ingin bertuker tempat denganku."

"Sebenarnya akupun dengan senang hati bertukar dengan mereka, namun kau tahu?"

"Dia melarangku pindah dan ingin aku tetap duduk dengannya."

"Saat itu aku bingung sekali, kenapa aku jangan pindah, dan akupun bertanya padanya, Lalu dia menjawab-

"Karena kamu sepertinya tidak punya rasa seperti mereka padaku. Jadi kamu tidak akan berisik seperti merekakan?"

Akupun membetulkannya."

"Ya, karena aku memang tidak punya rasa suka padanya seperti para teman sekelasku lainnya dan alasannya cukup masuk akal saat dia menambahkan,

"Bagaimana aku bisa belajar kalau mereka selalu menggangguku? Jadi, bisakah kamu tetap duduk disini agar aku bisa belajar dengan tenang?"

Dan akupun tidak jadi pindah."

Lies Made By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang