Langkah gontai dari seorang gadis berambut hitam panjang itu terlihat begitu menyedihkan, padahal biasanya ia terlihat begitu semangat. Namun hari ini, 180 derajat gadis itu berbeda. Dia adalah Krisia Libona, atau yang kerap dipanggil Cia. Cia memasuki kelasnya, 12 IPA 2. Kelas sudah lumayan ramai, beberapa dari mereka asik dengan ponsel, ada yang bergosip, ada juga yang tidur.
Cia melangkah menuju kursinya dan duduk, meletakkan tas di atas meja. Shireen sudah ada disampingnya, gadis itu sibuk memoleskan kutek bening dikukunya. Shella juga ikut disana, memerhatikan ketelitian Shireen sesekali mengomentari.
Shella menoleh pada Cia lalu tersenyum,
"Pagi"Cia tersenyum kecil,
"Pagi juga""Lemes banget, udah sarapan?"tanya Shella yang menyadari perubahan sikap Cia.
"Lo bego apa gimana, Shell? Lo ga inget si Erwin buat kelakuan?"
Bukan Cia yang menjawab melainkan Shireen, Shella cemberut mendengar ucapan Shireen.
"Jadi lo gimana sama Erwin?"tanya Shella menyelesaikan drama cemberutnya.
Cia mengedikkan bahu,
"Ikhlasin kali ya?"Terdengar decakan dari Shireen,
"Itu pertanyaan, pernyataan lo mana?"Cia mendengus, emang gampang ngomong lakuin yang susah. Cia harus gimana? Apa lagi ia tak punya hak, dia bukan siapa-siapa Erwin, sementara Quincy? Dia punya hak. Mereka tunangan. Sangat tak ternilai status Cia dan Erwin ini. Cia menompang dagu dan menatap lurus kedepan.
"Gue bingung, gue ga ada apa-apa sama Erwin. Cuma mantan. Kalau Quincy kan tunangan Erwin. Gue ga bisa marah"ucap Cia malas.
Shireen menutup kuteknya lalu menatap Cia iba,
"Emang bener sih ya, gue juga ga nyangka Erwin bisa begitu. Kan yang kita-kita tau dia sayang banget sama lo, sampe mau bunuh diri kan dulu?"Cia mengangguk mengingat kejadian nekat itu dulu,
"Lo aja gitu apa lagi gue?""Lo coba deh omongin sama Erwin berdua"usul Shella menatap Cia yang masih saja lurus kedepan.
"Jangan, mending omongin ke Quincy. Biar semua nya jelas, walaupun itu nenek sihir resek, dia tetap pacar pertama Erwin. Dia juga tersakiti disini, dia ga salah. Yang salah itu kan Erwin"bantah Shireen membuat Cia meliriknya. Ada benarnya juga.
Shella mengangguk,
"Ho'oh""Lewat mana? Gue ga ada kontak dia"
Shella menjentikkan jarinya,
"Gue dapat, semalam gue langsung nge-stalk Quincy. Dan anjingnya Quincy itu model disana"Cia menatap Shella dengan kedua alis yang terangkat,
"Kebanting dong gue"Sontak tawa Shireen dan Shella pecah. Shireen menepuk ringan bahu Cia dan menganggukkan kepalanya maklum.
"Ga papa, lo kan pasus"
Cia memutar bola matanya,
"Tai!"•••
Cia, Shireen, dan Shella berada di Kantin sekarang. Mereka sudah duduk tenang menikmati hidangan masing-masing. Cia sendiri sibuk dengan bakmi pedasnya, sengaja ia beri sambal lebih. Masih ia ingat Erwin selalu melarang Cia memakan makanan pedas. Namun kali ini Cia bisa dengan bebas memakan apa yang ia mau seperti dulu sebelum mengenal sosok super possesive Erwin.
"Kalian tau ga sih, Nanda katanya hamil?"tukang gosip, Shella. Tapi ya memang begini, kurang sensasi kalau ngumpul tanpa gosip.
Cia menaikkan sebelah alisnya,
"Nanda 11 IPA 3 itu? Yang anak PMR?"Shella mengangguk cepat,
"Iya dia, dihamilin pacarnya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
Teen Fiction[akan direvisi besar-besaran, silahkan segera tamatkan novel ini, atau tunggu hasil revisinya, trims] Erwin Handika Putra, cowo ganteng yang memiliki sifat keras dan terkesan bossy. Benci di tolak dan selalu ingin nomor satu. Ia tak pernah mengenal...