5

31.3K 1.6K 23
                                    

(Sudah direvisi)

Billie Eilish - No time to die.

Pull me once, pull me twice.
Are you die or paradise?

Cia langsung dipindahkan ke ruang UGD, dokter yang menangani gadis yang sudah tak sadarkan diri itu menyarankan untuk segera melakukan operasi. Katanya,  Cia kehilangan banyak darah, benar-benar serius, dan sialnya diantara mereka tidak ada darah yang cocok dengan Cia. Sudah pastinya mereka kalang kabut. Shireen tak henti-hentinya menangis ketakutan, menyesal sudah pergi ke tempat tawuran, harusnya ia memaksa Cia untuk tetap di rumah, keadaannya tidak akan seperti ini.

Erwin berkali-kali memukul kesal dinding rumah sakit yang mengeluarkan aroma anti septik, sampai rongga-rongga jarinya mengeluarkan darah segar. Berkali-kali juga Toha mundar-mandir menghubungi kenalannya yang cocok dan berkenan untuk mendonorkan darahnya.

"Kita harus kasih tau orang tua nya dulu deh, ga mungkin kita diem gini, operasi harus ada persetujuan pihak keluarga," pada akhirnya Shireen berusara pasrah.

"Iya. Kita harus kasih tau keluarga Cia," ucap Toha, mendengar itu Erwin berfikir sejenak. Ia takut orang tua cia akan membencinya karna sudah lalai menjaga Cia. Tapi yang ia tau ia tak boleh egois untuk saat ini, ia harus memberi tahu informasi ini kepada orang tua pacarnya itu.

Erwin menghubungi Mama Cia, Tante Desi. Beberapa saat hingga dering ke berapa barulah suara lembut Tante Desi terdengar lewat ponsel genggamnya.

"H-halo Tante," sesak, teringat kembali pernyataan bahwa Tante Desi mempercayai Cia padanya, namun apa sekarang? Ia lalai, Cia celaka tepat didepan matanya.

"Cia..." ucapan Erwin terpotong-potong, ia tak sanggup mengatakannya. Nafas cowok itu agak tercekat, mengecewakan Tante Desi adalah hal yang paling Erwin hindari selama ini.

"Cia masuk rumah sakit."

"Bukan, bukan gitu tapi... tapi Cia jadi korban tawuran, ini salah Erwin. Maaf," Toha yang sejak tadi menonton terdiam cukup lama, menjadi teman Erwin bertahun-tahun baru kali ini Toha melihat langsung sisi hancur Erwin. Ketua geng sekolah.

"Di rumah sakit dekat sekolah, Tan."

Lalu sambungan terputus,
Erwin terduduk luruh dilantai sejuk. Rambutnya acak acakan, ia begitu menyedihkan sekarang. Mata cowok itu kembali memerah, Shireen dan toha baru kali ini melihat Erwin menangis tak berdaya, biasanya cowok itu kerap memegang kendali segala suasana dan keadaan. Tapi memang kenyataanya Erwin rapuh. Rapuh melihat gadis yang ia cintai kini terbaring lemah tak sadarkan diri. Andai Erwin bisa bertukar posisi dengan Cia saat ini, ia sudah lakukan sejak tadi, tapi apa boleh buat itu tak bisa ia lakukan.

Tak lama Mama Cia datang dengan derai air mata, ia menghampiri Shireen terlebih dahulu karna gadis itu sudah menyambutnya. Desi memeluk shireen sambil terisak.

"Shireen, Cia gimana? Dia ga papa kan? Dia baik baik aja kan?" tanya wanita cantik itu dengan panik.

"Shireen harap gitu tante, tapi Cia harus di operasi, Tante. Cia juga butuh darah tapi antara kami bertiga ga ada yang cocok darahnya. Untungnya Shireen udah ketemu pendonor kok, teman sekolah, sebentar lagi sampai, Ttante" jelas Shireen sedikit banyak bisa menenangkan Desi.

Desi terduduk lemah. Hatinya hancur mengetahui kondisi anak gadisnya yang begitu lemah. Desi beralih menatap Erwin, jelas sekali ia perlu penjelasan cowok Yang berstatus pacar putri semata wayangnya itu.

"Erwin, Cia kenapa?" tanya Desi, Erwin yang tadinya menunduk kini mendongak menatap Desi.

"Cia... Cia..." ucapan Erwin terdengar pelan dan putus putus dadanya kembali sesak.

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang