epilog

14.3K 685 117
                                    

Part ini panjang, jadi ya gt de.
Maafkan jika ada typo:)
Harap memutar lagu yang ada di playlist bab ini, kalau ga ada bisa lewat Joox or. Spotify:))

Dan kita bertemu lagi, Erwin. Aku rindu.

•••

Cia menghembuskan nafasnya kasar, gadis berusia 21 tahun itu menatap datar ponselnya. Ia baru saja keluar dari fakultasnya, sastra inggris. Ponsel berwarna rose itu tak berhenti berbunyi, grup chat yang berisi alumni SMA nya yang paling menimbulkan banyak notifikasi. Cia baru saja mengantar judul skripsinya, diterima juga. Otaknya pusing memikirkan materi-materi yang akan ia pakai, sepertinya ia harus menemui Alfi. Kakak tingkatnya yang sudah lulus, satu fakultas. Dan Cia cukup dekat dengan Alfi.

Balik lagi masalah grup chat alumni, mereka membahas reunian. Reuni dadakan pula, menyebalkan. Apa mereka tak memikirkan nasib yang lain? Misalnya Cia. Ia pusing memikirkan skripsinya mereka pusing memikirkan dimana tempat pertemuan nya. Ada-ada saja. Tapi pujukan Shireen dan Shella membuatnya mengiyakan. Padahal Cia lebih tertarik berada dikamarnya. Lokasinya di Cafe Red Area. Tak jauh dari kampusnya.

Cia berjalan menuju parkiran, berjalan menuju motor matic miliknya. Dulu saat SMA ia tak pandai naik motor, karena dulu selalu ada yang mengantar-jemput. Mengingat sudah tidak ada lagi, ia mulai belajar naik motor. Hingga sekarang ia sudah mahir. Cia memakai helmnya, langsung memasukkan kunci, dan menstater motor. Keluar dari Kampus nya dengan kecepatan sedang.

Diperjalanan Cia mengingat kembali masa putih abu-abunya, persahabatan dengan Shireen dan Shella, tentang malasnya ketika harus belajar karena besok ujian, terlambat datang kesekolah, lari dari bendahara kelas, upacara senin pagi, beberapa perkelahian alay-alay ketika ia memiliki masalah dengan orang lain, dan yang terakhir kisah romansa putih abu-abu. Tak sadar Cia tersenyum tipis, mengingat sosok possesive yang selalu mengaturnya ini dan itu, menjaga dirinya, berkelahi ketika seseorang membuat dia cemburu, gombalan manis, malam minggu, dan rincian yang lain. Semua ia tutup menjadi label kenangan. Terkadang memang ia rindu semua itu, tapi hanya sebatas rindu. Tak lebih.

Cia masih ingat wajah pria itu, meski kontak sosmednya diblokir tanpa sebab. Cia masih ingat. Bagaimana pria itu menjadikannya pacar, bersikap pemilik atas dirinya, ciuman manis mereka, atau bahkan kandasnya hubungan. Alasan semua itu masih ia ingat. Betapa rapuhnya ia dulu, jaman bucin memang memalukan jika di ingat.

Juga pria yang menjadi seluit malaikat baginya, ya Angga. Angga yang selalu ada, ketika ia patah hati, dikecewakan, ia selalu ada. Dan Angga sudah bahagia sekarang dengan tunangannya. Tunangan Angga menurut Cia biasa saja, tidak cantik, tapi standar. Tidak pintar, tidak anggun, tidak menggemaskan, dia super biasa saja. Gadis yang begitu sederhana. Namanya Krisia Libona.

Ah, Cia jadi melirik cincin silver yang berada dijari nya.

Angga tau Cia akan ikut reunian, oleh karena itu Angga sudah stand by ketika Cia menghentikan mesin motornya diparkiran Cafe. Cia melepas helm, tak langsung turun. Ia menatap Angga sambil bertompang dagu. Cia tersenyum melihat Angga yang memakai kaus pink kesayangannya. Bertulisan pull and bear. Memang dari jaman Cia SMA Angga sudah menjadikan kaus brended itu favoritnya.

"Cepet banget datangnya, mas" goda Cia menaik-turunkan alis matanya yang tebal.

Angga terkekeh. "Abisnya tunangan saya mau reunian, mba"

Kini alis tebal itu berkerut menyatu. "Memang kenapa kalau mereka reunian?"

"Nanti jumpa mantan lagi" bisik Angga namun tetap bisa Cia dengar. Cia terbahak, begitu juga dengan Angga. Angga berjalan mendekati Cia, menyentuh dagu gadis itu.

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang