29

13K 721 3
                                    

Hai
Kangen ga? Kangen lah yau.
Capek ga nunggu?
Ga lama kan tapi?

Jangan lupa vote. Thnks.

Selamat membaca.

•••

"Hai win, pagi"sapaan riang dari seorang gadis berseragam putih abu-abu membuat erwin menoleh dan tersenyum.

Erwin bangkit dari duduknya dan langsung memeluk gadis itu lama, erwin rindu dengan cia. Sangat rindu, benar ternyata kata dilan. Tapi yang erwin tau kehilangan lebih berat dari segalanya. Sumpah demi apapun, kamu ga akan sanggup kehilangan orang yang kamu cintai. Erwin menghirup aroma vanila dari tubuh cia, ah aroma ini. Aroma menenangkan.

"Erwin, udah. Nanti kita telat"sela cia halus, sudah jam setengah tujuh. Kalau telatkan bahaya.

Erwin melepaskan pelukannya, kemudian dengan lembut dia meraih tangan kanan cia dan mengecup lama tangan cia. Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat cia melambung tinggi, siapa juga yang ga baper?

"Win, udahlah. Ayo"

Erwin berdecak tak suka, momen romantisnya terganggu. Padahalkan erwin rindu dengan cia, sudah lama dia tidak bermanja dengan keka-ah sial maksudnya mantan. Jangan lupakan mereka sudah putus.

"Emang kenapa sih? Kamu mau jumpa siapa hah?"tanya erwin mulai menunjukkan sifat possesivenya.

Cia mendengus, sifat erwin kembali lagi. Namun jujur saja dia rindu dengan momen seperti ini, ia merasa diperhatikan dan disayangi. Cia meraih tangan erwin dan menggenggamnya erat.

"Memang kalau aku mau jumpa seseorang kenapa? Ingat loh kamu cuma mantan"peringat cia dengan senyum manis.

Erwin terkekeh,
"Mantan ga pegang-pegang tangan kali"

Damn!
Senjata makan tuan.

Cia tersenyum kecil sambil menggigit bibir bawahnya, ide muncul diotaknya.

"Oh iya! Aku lupa, maaf ya. Aku kaya nya harus move on ya win? Cowo di Sekolah banyak yang masuk tipe aku kok win"

Erwin menyerngit dahinya, matanya menatap cia lama dan dalam. Tangannya melepas genggaman cia beralih meraih pundak cia dengan sedikit remasan membuat cia menegang seketika. Erwin sudah kembali, erwin yang possesive.

"Coba ulang"lirih erwin penuh penekanan. Cia diam tak berkutik.

"Ulang cia!"

"Aku..."

Erwin sedikit terpengah melihat keberanian cia mengulang perkataannya meski belum selesai, biasanya cia akan diam dan menunduk. Tapi sekarang tidak. Erwin dibuat tambah kesal saja.

"Aku apa?"tantang erwin.

"Aku..."

"Hm?"

"Aku..."

Erwin masih menunggu.

"Aku...akucintakamu"jawab cia cepat langsung melepas tangan erwin dari bahunya dan berlari menuju motor erwin yang berada didepan pagar rumahnya.

Cia dapat merasakan pipinya bersemu merah, aish. Kenapa otaknya bisa mendapat ide seperti itu? Ah menyebalkan. Cia menutup wajahnya dengan telapak tangan, kakinya ia hentak-hentakkan. Bibirnya tak berhenti mengumpat kasar akan kebodohannya.

"Bego lo cia! Bego! aku cinta kamu? Gila lo agresif banget. Ya ampun! Bu susi yang terhormat tenggelamkan cia disamudra bu! Ikhlas kok" batin cia tak berhenti meracau.

"Oh gitu ya? Aku cinta kamu ya? Aku juga cinta kamu kok, sayang"bisik erwin tepat ditelinga cia lalu mengecup pipi cia cepat.

Cia semakin malu dibuatnya,
"Hih! Erwin!"

"Iya hadir"

"Ayo berangkat Sekolah, kamu mah"

Erwin terbahak melihat cia yang salah tingkah, cia malah ikut tertawa lebar hingga matanya tinggal segaris dan wajahnya memerah padam. Erwin mengerjap melihat cia tertawa lepas.

"Gelaseh! Cantik banget punya gue" batin erwin.

Memang hanya cia seorang yang mampu membuat erwin bertekuk lutut, erwin yang dingin dengan gadis lainnya. Ah tidak juga sih, ada mama erwin, mama cia, alexa, dan dia.

Tapi tetap cia adalah prioritas erwin, buktinya erwin rela meninggalkan masa lalunya demi cia. Masa lalu? Sepertinya bukan masa lalu. Hanya erwin yang tau.

Erwin menggenggam erat tangan cia dan menarik kepelukannya. Merengkuh cia dan mengelus rambut cia yang beraroma vanila lembut. Semoga tuhan mengizinkan cia dan erwin selalu bersama.

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang