1

48.5K 2.9K 311
                                    

"Permisi...."

pintu kayu besar kudorong dan menampilkan beberapa orang di dalamnya, yang langsung menoleh ke arahku.

"Saya cari Pak Huang dosen Mitologi dan Religi..." ucapku

"Oh, Pak Huang tidak hadir hari ini." ujar salah satu wanita paruh baya yang berada disitu.

"Maaf?"

"Iya, jadwal beliau off, kamu mau bimbingan? Sudah hubungi beliau?"

Mendengar jawaban wanita tersebut membuatku sedikit terkejut dan berfikir keras karna jelas tiga hari yang lalu orang yang bernama Pak Huang itu sudah berjanji akan menemui ku hari ini.

"Sudah, Bu beliau jawab bisa bimbingan hari ini."

"Ah, mungkin ada masalah. Coba hubungi lagi atau kamu langsung ke rumah beliau," jawabnya yang langsung kembali memfokuskan kepalanya di depan laptop.

"I-iya terimakasih Bu." Akupun keluar tidak lupa menutup pintu.

-o-

"Duh, ini dosen ke mana sih?" Aku mengeluh memegang pelipisku yang terasa nyeri karena pusing.

Dengan pikiran yang kalut aku terus menerus menghubungi kontak bernama "Pak Huang" tersebut. Namun nihil karena tidak ada satu panggilan pun yang dijawab.

"Sakha!"

Suara husky dari seseorang yang memanggil lalu menepuk pundaku cukup keras membuatku sedikit mengaduh.

"Apasih!?" Aku menoleh ke sumber suara dengan emosi yang tidak terkontrol.

"Dih, selow kali. PMS? Gimana, udah ketemu sama Pak Huang?" tanyanya sambil menaruh lengannya di atas kepalaku.

"Belum, Bang Jae, malah nggak ada tadi ke ruang dosen juga," keluhku masih terus menekan-nekan layar ponselku.

Tangan kekar dan berotot dari orang yang kupanggil Jae itu langsung menyambar ponsel dari gengamanku dan dengan sigap memasukannya ke saku jaket bomber nya.

"Udah, nanti aja dicarinya. sekarang makan dulu udah jam makan siang. Dari pagi belum makan, kan? Gadang kan ngerjain skripsi?" tawarnya langsung merangkul pundakku dan membawaku berjalan.

"Tapi, Bang Jaehyun, skripsi gue dikit lagi, tinggal beberapa kali revisi ini tuh," ucapku.

"Udah, udah selow ae. Skripsi gue baru bab dua aja santuy Mang. Lagian lu kecepetan, temen angkatan lu baru semester enam, lu udah skripsi aja bareng angkatan gue," jawabnya masih merangkul pundakku dan kami berjalan berdua menyisiri lapangan parkiran menuju kantin.

"Kan gue nggak betah kuliah di sini Bang, pen cepet lulus, sayang kan otak pinter nggak digunain," ucapku setelah kami tiba di kantin dan langsung mendaratkan pantat ke kursi yang kosong.

"Dih, sombong mbak? Nggak baek cepet lulus juga kurang pengalaman organisasi nantinya." Jaehyun lalu berterinya.

"Mama, Sangu koneng hiji sareung gorengan tempe dua rebu. Tong khilaf kopi susu haneut, Lu apa Kha?" tanya nya masih mengangkat tangan ke arah ibu kantin. (Mamah! Nasi kuning satu sama gorengan tempe dua ribu terus kopi susu yang panas!)

"Aku mah nasi cumi weh Ma, minumna teh manis aja," jawabku ikut berteriak ke arah ibu kantin yang biasa dipanggil oleh anak kampus sini 'Mama'.

"Kalo mau jadi dosen pas kuliah, ikut organisasi itu nggak guna, yang ada malah jadi penghalang," sambungku sambil mengambil ponsel yang sudah Jaehyun letakkan diatas meja.

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang