17

10K 1.5K 373
                                    

Pasrah, aku hanya bisa mengusap-usap punggung dan Rambutnya. Hingga aku mendengar suara Jaehyun yang mungkin bermaksud pada Jeno.

"Eh, lo mau ngapain woy?"

Sebelum aku melirik Jeno, aku merasakan bahwa berat Renjun semakin bertambah. Hingga tanpa sadar yang kurasa Renjun kehilangan kesadarannya seolah Terbius sesuatu.

-o-

"Masih belum bangun?" Jaehyun yang baru saja memasuki Kamar Renjun, menyambarku dengan pertanyaan.

Sedangkan aku baru saja tersentak bangun karna mendegar suara Jaehyun. "Udah ngobrol nya?" Tanyaku, merujuk pada Jeno dan Jaehyun.

Setelah Renjun tak sadarkan diri, mereka berdua membopongnya ke kamar. Jeno dengan tiba-tiba ingin berbicara empat mata dengan Jaehyun, meninggalkanku sendiri menjaga Renjun. Mereka lama sekali, sampai aku ketiduran.

"Udah, Renjun masih belum bangun?" Jaehyun masih berfokus pada pertanyaan awalnya, aku melirik tubuh lemas lelaki kurus yang berbaring itu. "Belum."

Hingga Jeno yang berada di ambang pintu akhirnya memutuskan masuk dan duduk disampingku. "Maaf ya Teh." Ia menggulung lengan Renjun dan menekan bagian nadinya. "Masih gapapa kok, dia kayanya tidur aja." Jelasnya.

Aku memicingkan mataku, semakin merasa aneh dengan anak ini hingga aku mengutarakan apa yang aku pikirkan "Sebenernya kamu siapa?"

Jeno diam menatapku, bahkan Jaehyun ikut bertanya "Iya, gue kepo lu siapanya Renjun sih sampe bisa banget ngomongin gue tadi."

"Gue temennya. Udah jelaskan?" Nada dingin dan sinis terdengar jelas dari Jeno. Pandangan tajamnya pada Jaehyun benar-benar menunjukkan rasa tidak suka. "Dan gue harap lo nggak banyak ngomong selama gue ada disini."

Aku merasakan sebuah perang dingin disekitarku. "Apaansih kalian?" Tegurku, namun Jeno kembali menatapku berbeda dibanding menatap Jaehyun. "Maaf ya Teh, sebenernya tadi aku yang kasih obat penenang." Jelasnya, semakin membuatku melebarkan kedua mata.

Apa katanya? Obat penenang?
Sebenarnya siapa sih Jeno ini?

"Seriusan. Lu siapa sih?" Aku yang sudah panik mendengar pengakuan Jeno, tak lagi menjaga tutur kataku. Jeno membuka Sling bag nya dan menunjukkan isinya padaku.

Ada beberapa buah alat suntikan di dalamnya, membuatku semakin terkejut dan tak bisa berkata-kata.

"Papah ku Psikiater, dan Renjun adalah pasiennya."

Aku terdiam begitu pula Jaehyun. Aku bingung apa korelasinya antara ayahnya Psikiater dan ia yang bebas membawa obat antipsikotik itu?

"Trus, dengan bokap lu Psikiater lu bisa seenak itu nyuntik anak orang?" Bariton Jaehyun begitu menyolot, memotong ucapanku yang hendak berbicara.

"Gue udah bilang, selama gue di sini lo nggak usah ngomong." Balas Jeno, terlihat rahang Jaehyun mengeras dan tatapan yang sama tajam pada Jeno.

"Lebih baik lo keluar. Karna liat muka lo aja gue muak." Tekan Jeno, aku bingung hanya melihat mereka saja. Mereka adalah dua orang yang baru saja bertemu hari ini, dan baru saja berbincang tadi tapi mengapa terasa sekali seperti dua orang saling membenci?

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang