27

10K 1.4K 820
                                    

"Karna aku terlalu bikin Teteh capek kaya gini."

Kalimat itu, entah mengapa ingin ku sangkal namun hatiku menyetujuinya. Aku bingung dengan perasaanku sendiri.

"Tolong, jangan marah ke Bang Jaehyun."

-o-

Suara ketukkan pintu menjadi penanda kesadaranku untuk segera bangkit dari alam mimpi, aku mendengar ketukan yang begitu pelan di daun pintu kamarku. Penasaran, aku membukanya.

Mendapati sosok penghuni kamar samping, yang tak lain adalah Renjun.

"Kenapa?" tanyaku, melihatnya begitu kosong, aku tebak ia tidak tidur.

Waktu menunjukkan pukul tiga malam, aku kembali menatap Renjun lamat.

"Aku denger suara lagi," ucapannya yang singkat, jelas membuat rasa khawatirku memuncak.

Aku selalu bingung harus bagaimana menanganinya setiap kali seperti ini. Aku memutarkan mata ke seluruh penjuru rumah, hening, memang tidak ada suara apapun.

Renjun masih menatapku, kali ini ia menunduk dan mengusap kedua matanya. Pasti dia lelah, tapi ia terganggu dengan suara-suara yang ada dikepalanya itu.

Aku merentangkan tangan didepannya, "do you need support system?"

"Of course I Am," lirihnya menjawabku, sedetik kemudian ia sudah mendaratkan tubuhnya kedalam pelukku.

Aku mengusap punggungnya dengan kedua tanganku, mengayunkannya pelan ke kiri dan ke kanan. "Everything is fine, that just sound who don't need you hear." Ujarku mencoba menenangkannya.

Aku tidak yakin berhasil, tapi setidaknya ini yang selalu dikatakan Jeno pada Renjun setiap kali ia mendengarkan bisikkan.

Aku mendengar kekehan dari Renjun, "You sound like Jeno," ternyata ia sepemikiran denganku.

Aku kembali mengayunkan kedua tubuh kami, "ngantuk nggak?"

Renjun berdeham, masih memelukku erat ia berkata. "Can you sleep in my bedroom? I feel lonely if i'm alone."

Sedikit terkejut tapi aku tidak bisa menolak, "sure, but, just till you sleep," aku masih berusaha mengumpulkan kewarasan.

Ya lagian, jika dia sudah tidur buat apa aku tetap di kamarnya?

Renjun terkekeh dan mengiyakan ucapanku. Ia melepas pelukkanku, kembali menatap dengan kedua tangannya masih merangkul pinggangku.

Gemas, aku hanya bisa tersenyum melihat maniknya yang hitam legam itu.

"Siapa yang kemaren sok-sokan Sadboy, bilang kalo aku harus cari 'rumah' buat aku sendiri?" Ujarku mencubit pucuk hidungnya.

Rona merah bersemu di kedua pipi Renjun, ia tak menjawabku hanya terkekeh saja sebagai rasa malunya.

"Gimana aku cari 'rumah' kalo kamu masih butuh aku, sebagai 'rumah' kamu?"

Renjun tersenyum simpul mendengarku, dan aku membalasnya dengan senyuman pula.

Kembali teringat kejadian dimana ia malah menyuruhku bersama dengan Jaehyun, padahal sudah jelas Jaehyun menjadi antagonis di hidupnya ini.

Dia itu terlalu baik atau terlalu polos?

"Kan, aku ngerepotin Teteh," gumamnya yang dapat ku dengar. Aku mengacak surai hitamnya itu, sedikit berjinjit.

"Enggak kok, anggap aja aku rumah, kamu penghuninya. Rumah butuh diisi, penghuni butuh tempat tinggal, sama-sama saling butuh kan?"

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang