"Aduhh, polos amat sih kamu Ren? Gak kok kamu gak ada salah ke aku, gak jahat juga. Lagian emang kita berdua siapa sih? Cuma temen kan? Gak ada yang merasa terugikan disini." Jelasku, dengan enteng menepuk bahu kiri Lelaki pucat ini.
Kembali aku meraih tas yang kusimpan di kursi, sebelum mengatakan sesuatu pada Renjun.
"Yang penting urusan kamu sama Jiheon beres, Aku kan cuma ngawasin kamu doang." Celetukku dengan tersenyum, Namun saat itu yang kulihat hanya senyuman simpul di bibir tipisnya.
-o-
Tempat ini sangat indah. Padahal tempat ini masih terbilang baru di buka dan belum di resmikan, namun sudah ramai dikunjungi warga sekitar. Akupun mengakui taman ini sebagai taman terbesar di Bandung.
Sudah sekitar satu jam kami disini. Renjun masih berkeliling memutari luasnya taman Kiara Artha, dengan menggenggam sebuah eskrim ditangan kirinya.
"Luas banget, tapi belum ada apa-apanya." Celetuknya melihat bus Bandros melintas dihadapan kami. Aku melihat sekeliling, benar, bahkan sebagian gedung masih dalam tahap pembangunan. "Tapi minggu depan katanya bakal ada Festival Light sebelah sana deket pintu masuk tadi." Jelasku menunjuk yang dimaksud.
"Wah? Bagus tuh klo dateng malem-malem jadi ada hiasan lampu gitu." Jawab Renjun menatap arah yang kutunjuk. Aku terdiam menatap wajahnya dari samping, hingga aku merasa tidak tahan harus menahan ini semua.
"Jadi tentang Jiheon itu gimana? Maksudnya Jisung sama Hari itu apa?"
Setelah menanyakan hal yang sangat ingin ku ketahui, Renjun hanya terdiam menghentikan kegiatan mencolek eskrimnya. Tiba-tiba ia memberikan Eskrimnya padaku, membuatku kebingungan apa maksudnya.
"Dengerin sambil makan eskrim." Hanya itu ucapannya, tapi aku menurutinya dengan mengambil eskrim tersebut.
"Hari itu , sebenernya hari pas Teteh jemput aku bareng Teh Bintang." Kalimat pembukanya membuatku kilas balik pada hari itu, hari dimana aku pun mengatakan lelah pada sikapnya yang tak menentu.
Apakah sebenarnya penyebab ia diam saat itu karna ini? Astaga, aku tidak lihat kondisi sekali, malah menambahkan beban pikiran padanya.
"Sesuai perkataan Teteh, bahwa ngegantungin orang itu gak enak. Aku mutusin buat ngejelasin Ke Jiheon, ngembaliin semua barang yang pernah dia kasih dan bilang bahwa aku enggak nyimpan rasa buat dia."
"Aku ngeberaniin diri untuk bilang itu semua karna yakin sama ucapan Teteh, kalo dia nggak bakal ngebenci aku. Tapi ternyata kenyataan nya bukan begitu."
Renjun mengampiri sebuah bangku taman tak jauh dari kami. Mendaratkan pantat bersama, aku masih mendengar setiap perkataanya.
"Ada satu hal dimana perkataan dia malah bikin aku yang benci sama dia." Jelasnya, terlihat helaan nafas dari mulutnya. Aku diam menatapnya masih menunggu kelanjutan pembicaraannya.
"Dan karna ucapan dia itu, aku melakukan kesalahan yang kasar sampe buat Jiheon kaya sekarang."
Kini Renjun terlihat frustasi, ia menarik anak rambutnya kebelakang dan menundukkan kepalanya. "Aku tau itu salahku." Tutupnya, membiarkan aku tetap merasa ada yang menggantung, masih ada beberapa bagian cerita yang hilang. Seolah sengaja untuk menyembunyikannya.
Mengulum bibir, aku menggeleng pelan "Aku nggak ngerti Ren, perbuatan Kasar apa yang udah kamu buat itu? Dan ucapan yang bagaimana dari Jiheon sehingga bikin kamu melakukan itu?" Tanyaku, merasakan hembusan angin yang teduh di taman ini.
Bahkan belaian anginpun menghembuskan surai hitam Renjun. "Aku nggak bisa bilang."
"Kamu nggak bilang , aku tetep nggak ngerti sama permasalahannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona! ✔️
Fanfiction[SUDAH TERBIT TERSEDIA DI SHOPEE] ❌TIDAK ADA BAB YG DI HAPUS❌ Kuliah itu pusing! apalagi Skripsi! demi tanda tangan dosen pembimbing, rela deh lakuin apa aja yang penting lulus! Tapi kebayang nggak tuh, kalo dititipin anaknya buat syarat lulus skrip...